Nelayan tradisional dinilai abai terhadap keselamatan diri. Sejumlah instansi terus berupaya mengingatkan mereka untuk memperhatikan keselamatan diri dengan membawa dan memakai ”life jacket” saat melaut.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Cilacap Sarjono menyampaikan, masih ada ribuan nelayan tradisional di Cilacap yang cenderung mengabaikan keselamatan diri saat melaut. Hal itu ditandai dengan tidak dibawa apalagi dipakainya life jacket dan minim kesadaran untuk mengikutsertakan dirinya ke BPJS Ketenagakerjaan.
”Di Cilacap ada BPJS Ketenagakerjaan. Belum semua ter-cover, terutama yang susah itu nelayan-nelayan kecil atau nelayan tradisional. Diarahkan kadang-kadang susah, sebenarnya bukan karena ekonomi, karena hanya sekitar Rp 17.000 per bulan. Tinggal keniatannya saja,” kata Sarjono, Rabu (26/7/2023).
Sarjono menyampaikan, di Cilacap ada sekitar 30.000 nelayan dan 20.000 di antaranya anggota HNSI Cilacap. Nelayan tradisional atau mereka yang melaut menggunakan perahu ukuran di bawah 10 GT ada sekitar 5.000 nelayan.
”Kalau nelayan yang ikut kapal besar otomatis sudah terdaftar karena harus mengurus perizinan. Tapi nelayan-nelayan kecil, dulu ada program dibayari pemerintah. Namun setelah satu tahun, tidak mereka perpanjang,” tuturnya.
Menurut Sarjono, pihaknya sudah sering melakukan sosialisasi dan memberi arahan supaya mengikuti BPJS Ketenagakerjaan serta membawa dan memakai life jacket saat melaut. Namun, hal itu sering diabaikan.
”Arahan sudah berkali-kali, sosialisasi melaut harus pakai life jaket untuk perlindungan, safety diri sendiri saja kadang-kadang tidak dihiraukan, katanya ribet, padahal itu penting. Sekalipun tidak bisa renang, kalau kecemplung laut itu kan pasti terapung-apung. Kalau tidak ada perlindungan, kecemplung laut itu tidak dapat apa-apa, sudah kayak ayam meninggal dibuang begitu saja, udah,” ujarnya.
Sarjono berharap ada CSR perusahaan-perusahaan besar di Cilacap yang ikut serta membantu para nelayan kecil untuk membayarkan BPJS Ketenagakerjaan. Perusahaan bisa membantu pembayaran misalnya 6 bulan atau 12 bulan tergantung kemampuan serta diberikan secara selektif dan tepat sasaran kepada yang membutuhkan.
”Nelayan tidak pernah takut dengan gelombang. Sekalipun ombak besar dan bisa diterjang, tetap melaut cari ikan,” ujarnya.
Arahan sudah berkali-kali, sosialisasi melaut harus pakai life jaket untuk perlindungan, safety diri sendiri saja kadang-kadang tidak dihiraukan, katanya ribet, padahal itu penting.
Kepala Satuan Polisi Air Polresta Cilacap Ajun Komisaris Huda Syafi’i menyampaikan, pihaknya juga sudah sering mengingatkan para nelayan untuk memakai life jacket serta bekerja sama dengan sejumlah instansi terkait untuk membagikan life jacket secara gratis per 3 bulan atau 6 bulan. Pihaknya juga membuat banner atau spanduk imbauan supaya nelayan memakai alat keselamatan diri.
”Kami juga membuat banner imbauan untuk pakai life jacket dengan kata-kata yang unik misalnya ditelan ombak tidak seindah ditelan cinta. Kami juga mengingatkan bahwa keluarga menunggu di rumah, kalau pakai life jacket saat angin kencang malah hangat, bukannya ribet,” tuturnya.
Huda menyebutkan, pihaknya pun beberapa kali menyita tutup mesin dan kemudian menyita mesin kapal jika mengetahui ada kapal penyeberangan wisata yang tidak menyediakan atau membiarkan penumpangnya tidak mengenakan life jacket.
”Kalau tutup mesin disita, mesin itu akan basah kecipratan air. Maka, mereka akan pelan-pelan jalannya. Jika diulangi lagi tidak pakai life jacket, berikutnya mesin kapal yang kami sita. Cara itu tidak terlalu represif karena kami menyadari mereka butuh bekerja. Jika ketahuan tidak pakai life jacket lagi, mereka diminta membuat surat pernyataan untuk diproses hukum,” ujar Huda.