Gubernur Olly Dondokambey Akui ASF Sudah Masuk Sulut
Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan, virus demam babi afrika atau ASF telah masuk di wilayah Minahasa. Peternak diminta memperketat akses masuk kandang serta mencegah pemberian pakan sembarangan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mengatakan, virus demam babi afrika atau ASF telah masuk Minahasa. Namun, dinas pertanian dan peternakan setempat enggan membenarkan atau menyangkalnya demi melindungi kepentingan ekonomi.
”Baru kami dapat kepastian dari laboratorium Balai Besar Veteriner Maros, virus ini (ASF) sudah masuk di Sulut, di Minahasa. Ini termasuk juga (akibat) kelalaian kita sendiri, tidak (menjaga) bersama-sama,” kata Olly kepada para wartawan di Kantor Gubernur Sulut, Rabu (26/7/2023) pagi.
Selama lebih kurang empat tahun, Pemerintah Provinsi Sulut mengeklaim berhasil menangkal masuknya ASF sejak virus itu pertama kali merebak di Sumatera Utara. Namun, sejak awal hingga pertengahan 2023, berkali-kali ditemukan bangkai babi dalam jumlah puluhan yang dibuang sembarangan.
Mula-mula, pada 4 Juni 2023, ditemukan beberapa bangkai babi yang dibuang sembarangan di daerah Gunung Potong, Desa Pangu, Minahasa Tenggara. Terakhir, 24 bangkai ditemukan di sebuah empang di Desa Matungkas, Minahasa Utara, pada Rabu (19/7/2023).
Kematian babi dalam jumlah besar juga dilaporkan terjadi di sejumlah daerah. Namun, jumlahnya belum dapat dipastikan. Menurut Olly, hal itu karena masuknya babi dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Meski perbatasan telah dijaga agar babi sakit dari daerah lain tak masuk, mobil-mobil pengantar ternak menemukan jalan tikus di perbatasan dengan Gorontalo.
”Sejak adanya isu virus ini, kami sudah lakukan (pengawasan perbatasan darat). Cuma, memang penanganan (pengawasan di kandang) tidak selalu lancar karena dampak sosialnya sangat besar. Peternak-peternak babi di Sulut itu semuanya masyarakat, bukan pengusaha besar,” katanyaa.
Terkait kematian ternak di kandang-kandang yang ada di Sulut, Olly mengatakan, pemerintah sedang memikirkan berbagai alternatif untuk penanganan kerugian yang diderita para peternak. Langkah yang diambil pun harus disesuaikan dengan hukum pengelolaan anggaran yang berlaku.
Untuk sementara, ia mendorong para peternak memperketat akses masuk ke kandang serta mencegah pemberian pakan secara sembarangan, seperti sisa makanan dari bandar udara. ”Masyarakat harus ikut menopang. Jangan hanya melihat keuntungan ekonomi sejenak, karena dampaknya panjang,” ujar Bendahara Umum PDI-P itu.
Di sisi lain, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut Nova Wilhelmina Pangemanan tidak membenarkan ataupun mengoreksi pernyataan Gubernur. Ia hanya mengatakan, ada banyak virus yang menyerang ternak di Sulut hingga menyebabkan kematian dalam jumlah besar.
”Virus ini banyak sekali, jadi torang harus jaga sama-sama karena potensi ternak babi (sangat besar) di Sulut. Sekarang ini torang ada pesanan 3.000 starter (anakan babi) dan 55 ekor penggemukan. Itu semua sementara diisolasi selama 14 hari karena aturannya begitu. Jadi, torang jaga sama-sama. Ngoni (kalian) orang Sulut juga, to?” tutur Wilhelmina kepada beberapa wartawan yang meminta keterangannya.
Senada dengan Olly, ia pun mendorong para peternak meningkatkan biosecurity atau keamanan biologis di kandang. Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut akan membantu menyediakan peralatan yang dibutuhkan. ”Hari ini tim turun ke lima kota/kabupaten untuk menyerahkan disinfektan,” katanya.
Salah satu kendala yang kini dihadapi pemerintah, lanjut Wilhelmina, adalah keengganan peternak lokal membiarkan babi-babi di kandang diberi vaksin kolera babi (hog cholera). ”Sekarang intinya adalah bagaimana peternak lokal mengamankan kandang masing-masing,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Tomohon Karel Lala menyangkal adanya ASF di kota kecil pegunungan berpenduduk 100.587 orang itu. Insiden kematian ternak yang terjadi di sana diklaim lebih mengarah pada kasus kolera babi dan penyakit lain yang sudah biasa.
Masalahnya, vaksin kolera babi belum tersedia di Tomohon dan ia akan mengusahakannya. ”Yang terpenting adalah menjadikan pakan asal hewan higienis, sehat, dan utuh,” katanya.
Seperti hog cholera, virus ASF juga tidak bersifat zoonosis sehingga tidak akan mengganggu kesehatan manusia. Namun, isu keberadaan virus ini telah merugikan peternak sehingga harga babi hidup jatuh dari Rp 36.000 per kg menjadi Rp 28.000 per kg saja.
Ketua Asosiasi Peternak Babi Sulut Gilbert Wantalangi mengingatkan pemerintah untuk lebih terlibat aktif dalam pendeteksian mengingat peternak tidak bisa melakukan diagnosis sendiri. ”Tetapi, sejauh ini pemerintah sudah cukup responsif dengan membagikan disinfektan gratis,” ujarnya.