BKSDA Sumsel Lepas Liarkan Empat Satwa yang Diserahkan Masyarakat
BKSDA Sumsel melepasliarkan empat satwa di Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Selasa (25/7/2023). Pelepasaliaran satwa yang diserahkan masyarakat itu diharapkan dapat menambah keanekaragaman hayati di Sumsel.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan melepasliarkan empat ekor satwa liar di kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Kabupaten Banyuasin, Sumsel, Selasa (25/7/2023). Pelepasaliaran satwa yang diserahkan masyarakat itu diharapkan dapat menambah keanekaragaman hayati di Sumsel.
Satwa tersebut terdiri dari tiga satwa dilindungi, yaitu dua buaya muara (Crocodylus porosus), satu elang brontok (Spizaetus cirrhatus), dan satu satwa tidak dilindungi, yaitu ular sanca kembang (Python reticulatus).
Empat ekor satwa yang dilepasliarkan itu merupakan satwa hasil penyerahan masyarakat selama kurun waktu Maret-Juli 2023. Setelah diserahkan, satwa-satwa itu dirawat di Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) Punti Kayu, Kota Palembang, sebelum kemudian akhirnya dilepasliarkan.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel Ujang Wisnu Barata, Rabu (26/7/2023), mengatakan, pelepasliaran satwa itu merupakan rangkaian akhir dari sejumlah proses yang telah dilalui. Sebelumnya, satwa-satwa itu telah menjalani proses karantina, rehabilitasi, dan pemeriksaan kesehatan di PRS Punti Kayu.
Setelah melalui proses itu, satwa-satwa tersebut dinyatakan siap dan layak untuk dilepasliarkan ke habitat alaminya. ”Pemeriksaan kesehatan satwa meliputi kondisi satwa, apakah telah sehat secara fisik dan bebas dari penyakit, serta pemeriksaan sifat atau karakter liar satwa,” ujar Ujang.
Menurut Ujang, empat satwa tersebut memiliki wilayah sebaran di seluruh Indonesia. Tim BKSDA Sumsel pun memutuskan untuk melepasliarkan satwa-satwa tersebut di Suaka Margasatwa Padang Sugihan. Salah satu pertimbangannya adalah kondisi vegetasi di Suaka Margasatwa itu masih relatif bagus.
Selain itu, terdapat aliran sungai kecil di sana, yakni Sungai Betung, yang memiliki sumber pakan yang cukup dan mudah didapatkan oleh satwa. Suaka Margasatwa Padang Sugihan juga memiliki tempat yang cocok untuk membangun sarang dan areal yang cukup luas untuk pergerakan satwa liar.
”Pertimbangan lainnya adalah lokasi pelepasliaran tersebut relatif jauh dari permukiman warga,” ujar Ujang.
Ujang menambahkan, BKSDA Sumsel juga menanam tanaman jenis bintaro (Cerbera manghas), pulai (Alstonia scholaris), meranti batu (Parashorea aptera), belangeran (Shorea balangeran), dan tembesu (Cyrtophyllum fragrans) di kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan. Penanaman dilakukan tidak jauh dari lokasi pelepasliaran satwa.
Kegiatan itu merupakan rangkaian acara menuju peringatan Hari Konservasi Alam Nasional 2023. Puncak acara Hari Konservasi Alam Nasional 2023 akan dilaksanakan pada Oktober 2023 di Taman Wisata Alam Tangkiling, Kalimantan Tengah.
Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem dan Perubahan Iklim Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel Elva menyambut baik proses pelepasliaran satwa itu. Menurut dia, kegiatan tersebut dapat menambah keanekaragaman hayati di Sumsel.
Elva menyebut, pelepasliaran satwa itu merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan populasi satwa liar di habitatnya. Kegiatan ini juga merupakan wujud konsistensi pemerintah untuk melestarikan satwa liar.
Empat individu satwa yang dilepasliarkan itu diharapkan mampu beradaptasi di alam tanpa terancam perburuan. Dengan demikian, kelestarian satwa tersebut dapat terjaga dengan baik.