Kecelakaan Air di Kalteng Terjadi Hampir Tiap Bulan, Kesadaran Masih Minim
Kecelakaan di perairan Kalimantan Tengah terus terjadi. Kesadaran atas keselamatan dalam transportasi perairan masih belum diindahkan masyarakat. Korban pun berjatuhan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kecelakaan di perairan wilayah Kalimantan Tengah terjadi hampir setiap bulan. Sebagian besar kecelakaan terjadi lantaran kesalahan manusia, terutama karena tak mengindahkan prosedur keamanan dalam transportasi air.
Hal itu dijelaskan oleh Kepala Seksi Operasi Kantor Pencarian dan Pertolongan Kota Palangkaraya Salman saat ditemui pada Selasa (25/7/2023) siang. Meski berkantor di Palangkaraya, wilayah kerja Salman dan timnya mencakup seluruh Kalimantan Tengah.
Salman menjelaskan, kecelakaan di perairan terjadi bukan karena cuaca ekstrem. Cuaca hanya merupakan satu dari banyak faktor pemicu kecelakaan. Human error atau kelalaian manusia merupakan faktor utama penyebab kecelakaan.
Kantor Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Kota Palangkaraya mencatat, pada 2022 setidaknya terjadi 19 kecelakaan air di Kalteng. Sebanyak 10 kasus kecelakaan tersebut menyebabkan orang tenggelam yang berakhir meninggal. Adapun tahun ini, sampai Mei terdapat empat kecelakaan air yang menyebabkan orang tenggelam dan berakhir meninggal.
Dari catatan Kompas, pada Juli setidaknya terdapat dua kasus kecelakaan air yang berujung orang tenggelam lalu meninggal. Basarnas masih melakukan pendataan untuk Juni dan Juli.
”Kecelakaan air itu banyak, ada yang mesin mati, ada yang kapal terbalik, ada yang kapal dan orangnya juga tenggelam. Tidak semua kasus tersebut menyebabkan orang tenggelam,meskipun sebagian besar iya,” papar Salman.
Semua kasus tersebut di atas, lanjut Salman, merupakan kasus yang ditangani Basarnas. Menurut dia, masih banyak kasus serupa yang tidak dilaporkan.
”Ada juga yang sudah tujuh hari menghilang baru dilaporkan. Saat kami ke sana, kami lakukan pencarian selama dua hari, jadi orang tersebut sudah hilang selama sembilan hari sehingga kondisi jenazah sudah sulit diidentifikasi,” katanya.
Sebagian besar kecelakaan air, kata Salman, menimpa nelayan sungai dan laut. Ada juga beberapa kasus yang korbannya merupakan buruh dan warga yang hobi memancing. Sungai masih menjadi transportasi favorit warga Kalteng dengan menggunakan kelotok atau perahu kayu bermesin.
”Kami sudah sering sosialisasi soal safety, tapi karena menganggap sudah biasa melintas di jalur sungai, warga jadi kurang waspada. Padahal, bencana dan kecelakaan bisa menghampiri kapan saja,” kata Salman.
Padahal, sudah sering juga disosialisasikan oleh dinas lain soal jaket pelampung.
Salah satu alat keselamatan yang wajib dilengkapi saat menggunakan transportasi air adalah jaket pelampung. Namun, alat keselamatan itu jarang dimiliki para nelayan atau warga yang hidup di pinggir sungai.
”Padahal, sudah sering juga disosialisasikan oleh dinas lain soal jaket pelampung. Kami juga pernah memberikan sosialisasi keamanan diri itu hingga ke sekolah-sekolah,” kata Salman.
Di hari yang sama, Direktorat Polisi Air dan Udara Polda Kalteng melalui kapal KP XVIII-2005 melaksanakan patroli perairan. Petugas juga berdialog dengan warga di Desa Bengkirai yang tinggal di Daerah Aliran Sungai Mentaya, Kabupaten Kotawaringin Timur, Selasa sore.
Brigadir Kepala Ujang Rusdi dan Brigadir Satu Priwansis melaksanakan patroli untuk menyosialisasikan aspek keselamatan diri pada transportasi air. Selain itu, disosialisasikan juga tentang pelanggaran dan tindak pidana perairan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
”Hal tersebut dilakukan karena keamanan masyarakat adalah hal yang paling primer. Kemudian, relasi dengan masyarakat menjadi lebih baik dan harmonis dengan cara kita bertatap muka secara langsung,” kata Komandan Kapal XVIII-2005 Brigadir Kepala Sunardi.