Jalan Tol Mendekatkan Wisatawan dengan ”Bumi Raflesia”
Jalan tol ruas Bengkulu-Taba Penanjung sepanjang 16,7 kilometer membebaskan Bengkulu dari keterisolasian. Daerah yang kaya dengan sumber daya alam dan kisah sejarahnya itu kini lebih mudah diakses wisatawan.
Markus Akhiary (28), warga Palembang, Sumatera Selatan, tampak antusias melihat bunga padma raksasa (Rafflesia arnoldii) yang mekar di kawasan hutan lindung Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, Rabu (19/7/2023). Bunga dengan diameter sekitar 100 sentimeter itu terlihat indah dengan warna jingga yang mencolok.
Markus pun tidak melewatkan kesempatan untuk berfoto dan kemudian merekamnya lalu membagikannya lewat media sosial. ”Ini supaya teman-teman saya tahu kalau saya sudah di Bengkulu,” ujar Markus.
Sayangnya, ia tidak bisa lama-lama di lokasi tersebut karena sudah ada puluhan orang yang mengantre untuk mengabadikan bunga endemik Bengkulu itu. Bagi Markus, ini adalah kali pertama ia datang ke Bengkulu.
Tidak hanya menyaksikan bunga raflesia, tetapi juga menikmati indahnya Pantai Panjang dan mengunjungi tempat bersejarah, seperti Rumah Pengasingan Soekarno dan Museum Fatmawati.
Untuk sampai ke Bengkulu, ia juga harus menempuh jarak 463 km dengan waktu tempuh hingga 12 jam. Bahkan, ia harus menginap semalam di Lubuklinggau, Sumatera Selatan, untuk sekadar melepas kantuk dan melanjutkan perjalanan keesokan paginya.
Baca juga : Kota Bengkulu: dari “Bumi Rafflesia” hingga Tempat Pengasingan Soekarno
”Perjalanan yang melelahkan. Bahkan ketika berada di kawasan Liku Sembilan, saya hampir muntah karena lintasan yang sangat ekstrem. Mungkin itu yang dinamakan Mabuk Kepahiang,” ujarnya sembari tertawa.
Markus merasakan ruas Tol Bengkulu-Taba Penanjung sejauh 16,7 km. Setelah merasakan tol pertama di Bengkulu itu, Markus berharap pembangunan tol bisa dilanjutkan sampai Lubuklinggau seperti yang sudah direncanakan pemerintah.
Ketua Komunitas Peduli Puspa Langka Kabupaten Bangka Tengah Ibnu berpendapat, keberadaan tol menjadi tapak awal terbebasnya Bengkulu dari keterisolasian. ”Banyak obyek wisata yang ada di Bengkulu tapi semua tampak buram karena terbatasnya akses,” ujarnya.
Menurut Ibnu, keberadaan tol bisa menjadi berkah jika semua pihak bekerja sama menjadikan Bengkulu sebagai tempat yang pantas dikunjungi dan bukan hanya untuk dilewati.
Ibnu tidak khawatir jika tol dibangun melewati daerahnya, sepanjang pemerintah dan komunitas memiliki cara untuk memancing wisatawan berkunjung ke Bengkulu. ”Kita memiliki bunga raflesia yang bisa memikat wisatawan,” ucapnya.
Sebelum ada jalan tol saja, banyak agen perjalanan yang bertanya kapan bunga raflesia mekar. Apalagi ketika ada tol, setidaknya akan lebih banyak warga yang akan keluar dulu melihat keunikan bunga raflesia sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
Menurut Gerhana, salah satu pengelola wisata bunga raflesia di Kabupaten Kepahiang, ada sekitar 500 pengunjung dalam satu hari yang penasaran melihat bunga raflesia yang hanya mekar dalam waktu tujuh hari. ”Mereka (pengunjung) datang dari berbagai kota, bahkan ada yang dari luar negeri,” ucap Gerhana.
Tingginya tingkat kunjungan disebabkan lokasi mekarnya bunga tidak jauh dari jalur lintas, yakni hanya 20 meter. Melewati jalan setapak yang sudah ia buat sejak 2016 lalu. ”Tidak hanya pengunjung yang penasaran, tetapi ada juga wisatawan yang ingin datang untuk belajar atau membuat penelitian,” ujar Gerhana.
Dengan keunikan ini, Gerhana meyakini keberadaan tol tidak mengurangi rasa penasaran pengunjung, sebaliknya mempermudah warga untuk datang ke lokasi tumbuhnya raflesia. Bahkan, setelah meresmikan Tol Bengkulu-Taba Penanjung, Presiden Joko Widodo singgah sejenak melihat bunga raflesia.
Pertumbuhan ekonomi
Pada Kamis (20/7/2023), Presiden Joko Widodo meresmikan ruas Tol Bengkulu-Taba Penanjung sepanjang 16,7 km di Provinsi Bengkulu. Jalan tol pertama di Bengkulu ini merupakan bagian dari jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) Bengkulu-Lubuklinggau, Sumsel, dengan total panjang 95,8 km.
Presiden berharap tol yang menelan biaya pembangunan hingga Rp 4,8 triliun ini memicu kegiatan ekonomi serta memperlancar transportasi orang dan barang di Bengkulu.
Presiden pun berharap jalan tol ini bisa menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang memacu perekonomian Bengkulu. ”Dengan begitu, daya saing di Bengkulu meningkat,” ucapnya.
Baca juga : Tingkatkan Mobilitas Warga, Jalan Rusak di Daerah Mulai Diperbaiki
Ruas tol yang lain, yakni jalur Taba Penanjung-Kepahiang (24,6 km) dan Kepahiang-Lubuklinggau (54,5 km), masih dalam persiapan. ”Semua dalam persiapan. Segala prosesnya sedang berjalan,” kata Presiden.
Pembangunan infrastruktur termasuk tol dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Saat ini, banyak provinsi yang minta dibangunkan infrastruktur, termasuk jalan tol.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan tol di arah Bengkulu-Lubuklinggau memiliki tantangan tersendiri. Karena berada di kawasan perbukitan, konstruksi jalan tol menggunakan struktur jembatan yang menelan anggaran lebih besar.
”Ruas Taba Penanjung-Kepahiang membutuhkan setidaknya 30 jembatan dan harus membuat terowongan. Dalam satu kilometer tol dibutuhkan dana sekitar Rp 160 miliar. Lebih mahal dibanding ruas Bengkulu-Taba Penanjung yang membutuhkan sekitar Rp 130 miliar per km,” kata Basuki.
Basuki mengakui, untuk pembangunan tol Taba-Penanjung-Lubuklinggau belum ada dana. Namun, kini pemerintah sedang mempersiapkan anggarannya.
Direktur Utama Hutama Karya Infrastruktur Aji Prasetyanti mengatakan, sejak konstruksi tol dimulai pada September 2019, pihaknya menghadapi sejumlah tantangan dalam proses konstruksi jalan tol, seperti kondisi topografi trase dengan medan yang cukup berat. Tim harus ”membelah bukit” dengan ketinggian hingga 40 meter dan membangun jembatan guna menyeberangi lembah dan sungai.
Untuk mencegah longsor, pihaknya mengimplementasikan sejumlah metode mencegah erosi pada permukaan lereng akibat curah hujan. ”Proteksi lereng harus dilakukan di proyek Tol Bengkulu-Taba Penanjung guna mencegah erosi yang berpotensi mengganggu operasional jalan tol,” katanya.
Walau menemukan sejumlah tantangan, pembangunan tol ini dapat dituntaskan pada Maret 2022 dan sudah bisa beroperasi pada triwulan II-2022.
Baca juga : Tol Bengkulu-Taba Penanjung Bebaskan Bengkulu dari Isolasi Ekonomi
Meskipun harus membangun tol dengan tantangan yang sangat berat, Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo berpendapat, langkah ini penting untuk memperlancar warga agar dapat mengunjungi Bengkulu.
”Jalan tol ini memangkas waktu tempuh Bengkulu ke Taba Penanjung dari 1 jam menjadi 15 menit. Tidak hanya memangkas waktu tempuh, jalan tol yang membelah kawasan jalur dari bukit barisan ini juga menjadi pilihan bagi hasil komoditas serta akses ke sejumlah obyek pariwisata,” kata Tjahjo.
Antusiasme masyarakat dalam menyambut kehadiran jalan tol bisa dilihat dari akumulasi volume lalu lintas (VLL) kendaraan yang melintas di jalan tol tersebut, yakni lebih dari 40.000 kendaraan, baik saat arus mudik maupun arus balik Lebaran, April 2023.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, pembukaan jalan tol tidak hanya membuka keterisolasian Bengkulu, tetapi juga menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di kawasan pengendalian inflasi di kawasan Sumatera bagian selatan. Karena itu, Presiden menyampaikan pembangunan jalan tol sedang dipersiapkan kelanjutannya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu Kamaluddin berharap pembangunan tol di Bengkulu dilanjutkan sampai ke Kabupaten Kepahiang. Apabila pembangunan tol berhenti di ruas Bengkulu-Taba Penanjung, dampak ekonominya belum terasa karena jaraknya terbilang masih pendek.
Selain menguntungkan sektor pengiriman logistik, keberadaan tol juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan pariwisata di Bengkulu. ”Jika jalan akses dibuka, tentu akan lebih banyak wisatawan yang datang ke Bengkulu. Fenomena ini memberi efek domino bagi masyarakat,” ucapnya.