Gelombang Mereda, Dua Rute Pelayaran ASDP di NTT Mulai Dibuka
Gelombang tinggi di Nusa Tenggara Timur perlahan mulai reda, PT ASDP pun kembali mengoperasikan kapal pada dua lintasan pelayaran, yakni Kupang-Larantuka dan Kupang-Lewoleba-Adonara.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Gelombang tinggi di Nusa Tenggara Timur perlahan mulai reda, PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) kembali mengoperasikan kapal pada dua lintasan pelayaran. Dua jalur dimaksud adalah Kupang-Larantuka dan Kupang-Lewoleba-Adonara yang dianggap minim risiko.
Pada Selasa (25/7/2023) petang, kapal berlayar dari Pelabuhan Bolok, Kupang. Kapal membawa penumpang dan kendaraan berisi barang. Dua lintasan pelayaran tersebut tergolong hampir sama jaraknya. Waktu tempuh diperkirakan 12-14 jam pelayaran.
Manajer Usaha PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Kupang Andri Matte mengatakan, pelayaran pada jalur tersebut dianggap lebih minim risiko. Pasalnya, kapal bergerak dari selatan ke utara, searah dengan angin yang bertiup dari selatan ke utara.
”Hasil diskusi kami dengan para nakhoda kapal bahwa posisi haluan kapal tidak berlawanan dengan arah datangnya gelombang. Ini justru angin dan gelombang yang akan mendorong kapal dari belakang,” kata Andri.
Sementara itu, jalur lain, seperti Kupang ke Pulau Rote, Pulau Sabu, dan Pulau Sumba, untuk sementara belum diizinkan lantaran dianggap masih berisiko. Pada lintasan ini, haluan kapal akan menerjang gelombang. ”Oleh karena itu, jalur tersebut menunggu cuaca benar-benar tenang dulu,” ucap Andri.
Seperti diberitakan sebelumnya, terhentinya pelayaran ASDP mematikan aliran logistik di NTT. Pasalnya, ASDP merupakan tulang punggung angkutan logistik di daerah itu sejak 1986. Ada sejumlah kapal milik PT Pelni yang beroperasi di sana, tetapi frekuensi pelayaran setiap kapal hanya sekali dalam dua pekan.
Tidak ada ikan segar. Ikan yang kami jual ini sisa dari satu minggu lalu yang kami simpan di dalam freezer.
Sementara itu, frekuensi pelayaran kapal ASDP mulai dari setiap hari hingga dua kali dalam seminggu. Kini terdapat 57 lintasan di NTT. Pada tahun 2022, kapal ASDP di NTT melakukan 1.691 kali perjalanan. Total mengangkut 134.502 penumpang, 35.120 kendaraan roda dua, dan 13.646 kendaraan roda empat ke atas (Kompas.com, 25/7/2023).
Sementara, di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memperingatkan bahwa potensi gelombang tinggi masih terjadi hingga dua hari ke depan. Tinggi gelombang dipicu kecepatan angin hingga 50 kilometer per jam yang melalui wilayah NTT. Massa udara itu bergerak dari wilayah Australia ke Asia.
Kecepatan angin membangkitkan gelombang dengan ketinggian mencapai 4 meter. Wilayah perairan yang berpotensi gelombang tinggi meliputi Laut Sawu, perairan di antara Kupang dan Pulau Rote, Selat Sumba bagian timur, dan Selatan Sumba bagian barat. Sementara perairan di sisi utara NTT relatif lebih tenang.
”Kami akan terus memperbarui informasi. Masyarakat bisa mengakses di website resmi atau menghubungi BMKG El Tari, Kupang, melalui nomor Whatsapp 081139404264,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi El Tari, Kupang, Agung Sudiono Abadi.
Cuaca buruk juga menyebabkan kenaikan harga ikan hampir dua kali lipat daripada harga normal. Ikan kombong berukuran sedang yang biasanya dijual Rp 25.000 per 10 ekor kini menjadi Rp 50.000 per 10 ekor. Pedagang mengatakan, pasokan ikan dari nelayan untuk sementara terhenti.
”Tidak ada ikan segar. Ikan yang kami jual ini sisa dari satu minggu lalu yang kami simpan di dalam freezer. Nelayan semua parkir perahu karena gelombang masih tinggi,” kata Ridho Rihi (30), pedagang ikan di Pasar Kasih, Kota Kupang.
Mansyur (44), nelayan di Kelurahan Oesapa, Kota Kupang, menuturkan, gelombang tinggi seperti ini masih berlangsung hingga satu pekan ke depan. Untuk sementara, banyak nelayan beristirahat di rumah sambil memperbaiki perahu motor dan alat tangkap mereka.
Menurut dia, stok ikan di kalangan nelayan cukup untuk makan. Namun, ada sebagian yang tidak memiliki stok ikan segar. Mereka mengandalkan ikan asin yang masih tersimpan.