Terseret Ombak, Satu Meninggal dan Dua Warga Hilang di Lombok
Dua peristiwa warga terseret ombak terjadi di perairan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, dalam dua pekan terakhir. Satu orang meninggal dan dua orang dinyatakan hilang.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
Tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah Muslimin (20), warga Dusun Blongas, Desa Persiapan Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Minggu (23/7/2023). Muslimin dilaporkan hanyut terbawa ombak di perairan Pantai Orong Bukal, Kecamatan Sekotong, Sabtu (22/7/2023).
MATARAM, KOMPAS — Kantor SAR Mataram menerima laporan dua kejadian warga terseret ombak di perairan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, dalam dua pekan terakhir. Dari dua kejadian itu, satu orang meninggal dan dua lainnya belum ditemukan.
Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi dalam keterangan persnya di Mataram, Senin (24/7/2023), mengatakan, korban meninggal adalah Muslimin (20), warga Dusun Blongas, Desa Persiapan Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat.
Menurut Wahyu, Muslimin terseret ombak bersama rekan satu kampung, yakni Saefudin (20), saat memancing di Pantai Orong Bukal, Kecamatan Sekotong, Sabtu (22/7/2023). ”Muslimin ditemukan pada Minggu sekitar pukul 12.10 Wita di kedalaman 10 meter,” kata Wahyu.
Wahyu menambahkan, saat ini operasi pencarian dan pertolongan terhadap Saefudin masih berlangsung. Pencarian melibatkan berbagai unsur, antara lain dari Kantor SAR Mataram, TNI, Polri, nelayan, warga setempat, dan unsur SAR lainnya.
Hingga Senin siang, Saefudin belum ditemukan. Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Mataram Saidar Rahmanjaya menambahkan, pada Senin yang merupakan hari ketiga operasi SAR mereka, pencarian diperluas. Tidak hanya di lokasi kejadian, tetapi juga ke beberapa titik lainnya.
”Sejauh ini, kendala pencarian adalah cuaca dan arus (gelombang) yang cukup tinggi. Dari operasi hari ini, kami menemukan baju korban. Harapannya, semoga dia bisa segera ditemukan,” kata Saidar.
Wahyu menambahkan, selain kejadian yang menimpa Muslimin dan Saefudin, pada Senin (17/7/2023) pemancing asal Desa Lembar, Kecamatan Lembar, Lombok Barat, Dwi Andri Prasetya (23), tenggelam di Perairan Ringgit, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat.
Cuaca susah ditebak. Bisa tiba-tiba berubah.
Kejadian bermula saat korban bersama tiga rekannya, yakni H Asmuni (43), Zaenudin (45), dan Wahyu (22), hendak menepi karena cuaca sudah tidak bersahabat. Saat perjalanan, dayung perahunya jatuh ke air. Korban selaku pengemudi kapal terjun mengambilnya.
Perahunya juga terbawa angin dan arus air sehingga korban tidak berhasil meraihnya. Tiga orang lainnya yang masih berada di atas perahu tidak bisa menolong Dwi karena jaraknya semakin jauh dan ia pun tenggelam.
Tiga korban berhasil dievakuasi. Sementara Dwi, hingga operasi ditutup setelah tujuh hari pencarian, tidak ditemukan. ”Berdasarkan hasil koordinasi dengan pihak keluarga dan unsur yang terlibat, kami sepakat menghentikan pencarian pada hari ketujuh,” kata Wahyu, Senin (24/7/2023).
I Gusti Lanang Wisnuwananda dari Hubungan Masyarakat Kantor SAR Mataram menambahkan, banyak peristiwa tenggelam di Sekotong karena di kawasan yang berada sekitar 59 kilometer barat daya Mataram, ibu kota NTB, itu cuaca sedang tidak bersahabat. Oleh karena itu, ia mengingatkan warga, baik di Sekotong maupun NTB, untuk waspada saat beraktivitas di kawasan perairan laut.
”Cuaca susah ditebak. Bisa tiba-tiba berubah. Oleh karena itu, perlu mengantisipasinya dengan tetap melengkapi diri menggunakan peralatan keselamatan,” kata Gusti.
Terkait gelombang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainudin Abdul Madjid (ZAM) juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi ZAM, Agatsya Ardha Chandra Dewi, mengatakan, gelombang tinggi yang mencapai 2 meter atau lebih berpotensi terjadi di sejumlah kawasan sepanjang 24-25 Juli 2023.
Kawasan tersebut adalah di Selat Lombok (selat antara Lombok dan Bali) bagian selatan, Selat Alas (selat antara Lombok dan Sumbawa) bagian selatan, Selat Sape (selat antara Bima dan Labuan Bajo) bagian selatan, dan Samudra Hindia selatan NTB.