Pencarian Korban Rakit Tenggelam di Buton Tengah Dihentikan, Tersangka Belum Ditetapkan
Rakit yang menjadi andalan penyeberangan warga itu idealnya hanya ditumpangi 15-20 orang. Namun, dalam kejadian ini, jumlah penumpang mencapai 48 orang. Sebanyak 15 orang meninggal dan 33 lainnya selamat.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS - Operasi pencarian korban rakit penyeberangan rakyat yang tenggelam di Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, telah dihentikan setelah semua penumpangnya telah teridentifikasi. Sebanyak 33 korban selamat dan sebagian besar telah kembali ke keluarga. Meski begitu, aparat kepolisian belum menetapkan tersangka dari kejadian yang menewaskan 15 orang ini.
”Hingga pukul 13.30 Wita, tim SAR gabungan belum mendapatkan korban lagi dalam proses pencarian. Setelah mendata dan memastikan, total 48 korban yang terdata, di mana 15 orang meninggal dan 33 orang selamat. Dari korban selamat ini, dua orang dirawat di Puskesmas Mawasangka. Dengan demikian, operasi SAR selesai,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kendari Muhammad Arafah, Senin (24/7/2023) sore.
Korban meninggal, tutur Arafah, sebagian besar merupakan perempuan yang rata-rata adalah remaja. Semua korban yang ditemukan ini berasal dari Desa Lagili, Mawasangka Timur. Sementara korban yang selamat diketahui pulang ke kediaman masing-masing setelah berhasil berenang ke tepian. Setelah dilakukan verifikasi dan pendataan, diketahui ada 27 orang yang selamat dan pulang ke rumah, dan enam orang sempat dirawat di Puskesmas Mawasangka.
Marlina (18), salah seorang korban selamat, menuturkan, ia bersama puluhan penumpang lainnya menaiki rakit tersebut untuk pulang ke kediaman di Desa Lagili, Mawasangka Timur. Mereka baru saja mengikuti perayaan HUT Buton Tengah, Minggu malam, yang dipusatkan di Mawasangka. Kedua wilayah ini dibelah Teluk Mawasangka Tengah dan transportasi paling mudah menuju dua daerah tersebut adalah menggunakan rakit.
Para penumpang berdesakan di atas rakit kecil tersebut. Sebagian besar adalah remaja, juga anak-anak. Rakit berjalan meninggalkan Desa Lonta, Mawasangka Tengah, menuju Desa Lagili. Di tengah perjalanan, rakit diketahui bocor dan miring. Para penumpang melaporkan hal ini ke operator yang menjalankan rakit tersebut.
”Tapi operatornya bilang tidak apa-apa. Habis itu kapal tambah miring dan air naik. Kita semua jatuh ke laut. Saya berusaha selamatkan diri berenang sampai tenaga habis. Alhamdulillah saya selamat,” katanya.
Kapolres Buton Tengah Ajun Komisaris Besar Yanna Nurhandiana menjelaskan, kecelakaan laut ini terjadi di Teluk Mawasangka Tengah pada pukul 00.20 Wita, Senin (24/7/2023). Rakit yang tenggelam adalah rakit yang rutin membawa penumpang di kawasan itu.
Namun, di tengah perjalanan rakit tersebut bocor dan miring. Puluhan penumpang mulai panik. Kapal lalu semakin tenggelam hingga akhirnya terbalik. Semua penumpang lompat dan berusaha menyelamatkan diri.
Berdasarkan jumlah penumpang yang menaiki rakit tersebut, terang Yanna, melebihi kapasitas. Seharusnya, rakit hanya ditumpangi maksimal 20 orang. Akan tetapi, jumlah penumpang sementara mencapai 48 orang.
”Kami sedang memeriksa operator kapal yang selamat dari kejadian ini karena saat itu cuaca teduh dan tidak ada gelombang. Dia berada di Polres Buton Tengah saat ini untuk dimintai keterangan. Sampai sekarang, statusnya masih saksi,” katanya.
Seharusnya, rakit hanya ditumpangi maksimal 20 orang, tetapi jumlah penumpang sementara mencapai 48 orang
Sementara itu, Penjabat Bupati Buton Tengah Andi Muhammad Yusuf menuturkan, pihaknya turut berduka atas tragedi tenggelamnya rakit penyeberangan yang menelan korban jiwa 15 orang. Pemkab Buton juga telah memberikan santunan untuk membantu keluarga korban.
”Tadi kami mengunjungi mereka dan melihat pemakaman ke-15 korban yang dimakamkan di satu liang lahat. Kita semua tentu berdukacita dengan kejadian ini,” katanya.
Terkait rakit penyeberangan yang kelebihan muatan, Yusuf menuturkan, hal ini memang tidak bisa dibenarkan. Rakit yang menjadi andalan penyeberangan warga tersebut idealnya hanya ditumpangi 15-20 orang dalam sekali penyeberangan. Dalam kejadian ini, jumlah penumpang mencapai 48 orang.
Ke depannya, ia melanjutkan, pihaknya akan mengkaji hal ini, utamanya terkait aspek keselamatan dan kapasitas. ”Tentunya ini menjadi perhatian kami karena menyangkut nyawa masyarakat. Di satu sisi, penyeberangan dengan rakit tersebut adalah moda utama yang menjadi andalan warga,” katanya.