Empat kuliner khas Magelang, Jawa Tengah, dihadirkan untuk peserta Friendship Run Surabaya, Minggu (23/7/2023) sebagai jalan diplomasi budaya menuju Borobudur Marathon 19 November 2023.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Empat stan tenda kuliner khas Magelang, Jawa Tengah, mulai diserbu peserta Friendship Run yang telah menuntaskan lari 5 kilometer di Alun-alun Surabaya, Jawa Timur, Minggu (23/7/2023). Setiap peserta dan undangan diberi kupon untuk ditukarkan dengan satu dari tiga menu makanan berat dan minuman khas Magelang.
Untuk minuman tersedia Dawet Ireng Ketan Ijo Nak Robik. Adapun makanan ada tiga menu, yakni Nasi Telang KWT (Kelompok Wanita Tani) Lestari, D’Noel Mangut Beong, dan Nasi Goreng Magelangan Handayani. Keempat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ini binaan tim kuliner dari akomodasi bintang lima Hotel Puri Asri Magelang dan Pelataran Borobudur Hotel & Resort. Mereka dihadirkan untuk memeriahkan Friendship Run di 10 kota di Indonesia, termasuk Surabaya.
Friendship Run ini sekaligus ajang pemanasan menuju Borobudur Marathon pada 19 November 2023. Sebelum diadakan di Surabaya, Friendship Run telah berlangsung di Jakarta (21 Mei), Bandung (4 Juni), Semarang (25 Juni), dan Yogyakarta (9 Juli). Selanjutnya, ajang ini diadakan di luar Pulau Jawa, yakni Denpasar, Bali (6 Agustus); Makassar, Sulawesi Selatan (20 Agustus); Banjarmasin, Kalimantan Selatan (3 September); Medan, Sumatera Utara (17 September); dan Palembang, Sumatera Selatan (1 Oktober).
Setiap menu makanan punya keunikan. Sayangnya, peserta hanya boleh menukar kupon untuk satu menu makanan berat. Padahal, nasi telang, mangut beong, dan nasi goreng magelangan amat menggoda selera.
Menu mangut beong jadi pilihan karena keautentikan dan bahan yang tidak dapat ditemukan di Surabaya, yakni ikan beong. Adapun mangut merupakan jenis masakan mirip gulai, tetapi encer dan pedas.
Masakan mangut dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah di Pulau Jawa. Di Surabaya ataupun Jatim, mangut bisa menggunakan ikan lele, gabus, atau pari. Ada juga yang memanfaatkan ikan lokal Jatim, tetapi jarang dan sulit ditemukan sebagai kuliner yang dijajakan secara komersial.
Ikan beong (Mystus nemurus) ialah satwa endemik Sungai Progo yang melintasi wilayah dua provinsi, yakni Jawa Tengah dan Yogyakarta. Satwa ini agak mirip dengan ikan gabus (Channa striata), tetapi juga disebut punya kesamaan dengan lele (Clariidae).
Ikan beong berdaging tebal dan lembut. Ikan ini idealnya dikonsumsi jika sudah berusia sekitar dua tahun.
”Mangut beong memang khas Magelang,” kata Sri Watini, pengelola UMKM D’Noel Mangut Beong dari Dusun Ngroto, Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. D’Noel atau Denul ialah nama panggilan masa kecil perempuan yang kesehariannya mengelola katering di kampung itu.
Sri gembira dan bersyukur dipercaya oleh kepanitiaan Borobudur Marathon untuk menyuguhkan konsumsi bagi peserta Friendship Run. Mangut beong menjadi menu andalan sekaligus warisan masyarakat di tempat asalnya.
Sri memiliki mimpi membuka warung khusus mangut beong. ”Saat ini saya bikin berdasar pesanan. Pasokan dari warga yang memancing atau budidaya,” ujarnya.
Nasi yang pulen dan masih hangat serta mangut beong yang gurih dan agak pedas menjadi menu yang mantap untuk mengembalikan energi yang hilang setelah berlari.
Minuman segar alami
Seusai menyantap seporsi mangut beong dalam mangkuk kertas, segelas dawet ireng ketan ijo menjadi penyempurnanya. Minuman ini berkalori, manis, dan segar.
Warga Jawa biasa mengenal dawet dan ketan yang dapat dikreasikan beragam minuman. Biasanya minuman diberi santan dan gula aren atau gula kelapa kental serta dicampur dengan es untuk memberi kesejukan dan kesegaran. Bagi sebagian orang, minuman ini membangkitkan kenangan masa kecil terkait jajanan dawet atau cendol.
”Kami membuatnya dari bahan alami untuk menjaga kualitas tinggi dan kesegarannya,” kata Mustofa, pengelola UMKM Nak Robil dari Pasuruhan, Mertoyudan, Magelang. Mustofa telah dua tahun dipercaya ikut menyemarakkan Friendship Run oleh kepanitiaan Borobudur Marathon. Menu yang diandalkan memang minuman dawet ketan yang dianggap kuat mengakar dalam kehidupan orang Jawa, termasuk Magelang, sehingga menjadi kekhasan.
Pengelola dan pegawai empat UMKM itu menyiapkan makanan dan minuman di tenda area parkir halaman belakang kantor Redaksi Kompas Biro Jatim di Jalan Raya Gubeng, sekitar 1,5 kilometer dari Alun-alun Surabaya. Mereka telah mempersiapkan menu sejak Sabtu siang untuk mencukupi konsumsi 1.000 peserta Friendship Run Surabaya.
Kehadiran empat UMKM Magelang itu memberikan nuansa atau gambaran mini tentang Borobudur Marathon di Magelang. Jenis makanan dan minuman itu menjadi perwakilan bagi peserta baru saat menjajal ajang lomba lari 10 kilometer, separuh maraton (21 kilometer), atau maraton (42,195 kilometer). Kehadiran mereka untuk menawarkan keramahan dan kehangatan warga Magelang kepada warga kota-kota penyelenggara Friendship Run untuk bergabung menikmati Borobudur Marathon.
Maka itu turut dihadirkan dalam ajang Friendship Run dengan semangat persaudaraan, persahabatan.
Bank Jateng merupakan sponsor utama Friendship Run sekaligus Borobudur Marathon. Di Surabaya, ajang ini pertama kali diadakan. Ibu kota Jatim ini menjadi kota kelima dari 10 kota penyelenggara di Indonesia.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, saat melepas peserta di garis mula, mengatakan, kehadiran acara di Surabaya yang disponsori Bank Jateng ini mempererat hubungan kedua provinsi dalam berbagai kerja sama. Ini selaras dengan tema yang diusung, yakni persahabatan.
Adapun Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chie An menyebutkan, kehadiran UMKM Magelang di ajang ini merupakan jalan diplomasi untuk memperkuat citra positif Borobudur Marathon.
”Maka itu, turut dihadirkan dalam ajang Friendship Run dengan semangat persaudaraan, persahabatan,” ujarnya.
Berkeliling Indonesia, Borobudur Marathon pun berdiplomasi lewat kuliner khas magelangannya.