Kompetisi Operator Jaringan Beri Keuntungan bagi Masyarakat NTT
Semakin banyak operator telekomunikasi yang hadir di NTT akan memberikan keuntungan bagi masyarakat. Sebaliknya, operator tunggal membuka peluang monopoli yang dapat merugikan masyarakat.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Perusahaan telekomunikasi Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat) terus melakukan ekspansi serta peningkatan kualitas jaringan di Nusa Tenggara Timur. Kompetisi bisnis para penyedia jaringan telekomunikasi seperti ini dinilai sangat membantu masyarakat. Para pengguna akan memilih operator yang dianggap lebih menguntungkan.
Di Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT, jaringan IM3 yang merupakan produk dari Indosat telah menjangkau hingga 100 persen penduduk kota tersebut. Hal ini berarti operator jaringan tersebut sudah menjangkau ke setiap sudut kota seluas 180,3 kilometer persegi itu. Pencapaian tersebut diumumkan di Kupang pada Jumat (21/7/2023).
SPV-Head Indosat Wilayah Jawa Timur dan Bali-Nusa Tenggara Soejanto Prasetya mengatakan, pihaknya ingin memberikan pengalaman digital kelas dunia bagi pelanggan. Pengalaman itu tentu dengan dukungan infrastruktur jaringan yang kuat serta tarif terjangkau. Banyak pilihan produk yang ditawarkan kepada pelanggan.
Keberadaan operator tersebut, lanjutnya, dapat memberi manfaat ekonomi bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Dengan modal data internet, mereka dapat melakukan berbagai kegiatan ekonomi, seperti jual beli dalam jaringan atau online. Para pelaku ojek daring yang bergerak setiap waktu juga dapat memanfaatkannya.
”Hal ini juga menjadi perwujudan dari komitmen Indosat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital bagi masyarakat di wilayah Indonesia timur, khususnya Nusa Tenggara Timur dan Kota Kupang,” kata Soejanto.
Untuk wilayah NTT secara keseluruhan, jaringan IM3 sudah menjangkau ke 8 kabupaten dan 127 kecamatan. Di sana sudah terbangun 311 pemancar sinyal dengan kekuatan maksimum mulai dari panggilan telepon hingga jaringan internet.
Hal ini juga menjadi perwujudan dari komitmen Indosat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital bagi masyarakat di wilayah Indonesia timur. (Soejanto Prasetya)
Ekspansi jaringan akan terus dilakukan. Sebagai gambaran, di NTT terdapat 22 kabupaten/kota yang tersebar di 42 pulau. Total keseluruhan lebih kurang 3.300 desa di dalam 309 kecamatan. Hingga kini, masih banyak daerah yang belum terjangkau satu pun jaringan telekomunikasi.
Pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Tuti Lawalu, berpendapat, semakin banyak operator telekomunikasi yang hadir di NTT akan memunculkan persaingan di antara mereka. Persaingan dimaksud dalam bentuk penguatan jaringan dan tarif yang semakin kompetitif untuk menarik pelanggan.
”Kondisi seperti ini justru menguntungkan masyarakat. Masyarakat punya pilihan, mana operator yang jaringannya lebih kuat dan murah, itu yang akan dipilih. Kalau operatornya hanya satu, itu membuka peluang terjadi monopoli,” ujarnya.
Tuti pun mendorong masyarakat agar memanfaatkan jaringan internet yang semakin kuat dengan harga terjangkau itu untuk kegiatan yang bersifat produktif. ”Paling sederhana adalah jualan online. Jangan sampai isi kuota hanya untuk nonton film di internet,” ucapnya.
Yandri Ndun (38), pengemudi ojek daring di Kota Kupang, menuturkan, kini dengan modal Rp 25.000, ia bisa membeli kuota internet yang dapat digunakan selama lebih dari satu bulan. Kuota internet itu untuk kebutuhan operasional ojek daring dengan jumlah order mencapai 17 kali per hari.
Fatma Dahlan (22), pemilik gerai penjualan kartu perdana di Kota Kupang, mengakui, pembelian kartu perdana semakin bervariasi, tidak hanya tertuju pada satu operator.
”Sekarang pembeli biasanya bertanya, berapa banyak promo kuota internet pada kartu yang akan dibeli. Sebab, dengan internet itu mereka bisa Whatsapp chat, Whatsapp call, dan video call,” ujarnya.