Industri Manufaktur Berkontribusi Besar bagi Ekonomi Jawa Timur
Pameran Internasional Manufacturing Surabaya 2023 diharapkan memberi ruang perkembangan industri manufaktur lokal dan nasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi secara inklusif menuju masyarakat 5.0 dapat terwujud.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 253 perusahaan manufaktur atau industri produk jadi berpartisipasi dalam Pameran Internasional ke-17 Manufacturing Surabaya di Grand City Convention & Exhibition, Surabaya, Jawa Timur, 12-15 Juli 2023. Pameran menegaskan kontribusi besar dan terus berkembangnya industri manufaktur terhadap perekonomian daerah dan nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sepanjang 2018, industri manufaktur berkontribusi 29,8 persen terhadap ekonomi Jatim. Angka itu naik menjadi 30,7 persen pada 2022, di mana kurun 2020-2022 situasi ekonomi terganggu akibat pandemi Covid-19. Kontribusi industri manufaktur di Jatim terhadap ekonomi nasional mencapai 25 persen.
Untuk itu, pameran diharapkan terus mendorong industri manufaktur tetap kreatif, inovatif, inklusif, dan berdampak positif terhadap perkembangan ekonomi. Meski menghadapi tantangan, industri manufaktur secara ajaib tetap tumbuh dan berkembang.
”Dalam masa penurunan impor bahan baku, industri manufaktur ternyata berkontribusi terbesar dalam ekspor nasional kurun Januari-April 2023 senilai 60,63 miliar dollar AS,” kata Wakil Gubernur Jatim Emil Elestiando Dardak, Jumat (14/7/2023).
Situasi itu mencerminkan kekuatan industri manufaktur terutama dari Jatim terhadap pasar dunia. Untuk itu, perlu langkah dan kebijakan strategis untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi di tengah prediksi kelesuan ekonomi secara global akibat belum pulihnya kehidupan sosial dari pandemi, perang antarnegara, dan perebutan pasar komoditas.
Di sisi lain, Bank Indonesia Perwakilan Jatim merekomendasikan agar provinsi berpopulasi 40 juta jiwa ini tetap menjadi pemimpin ekspor industri manufaktur secara nasional. Di Jatim, industri manufaktur Jatim berpusat di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, Gresik) yang notabene penyumbang ekonomi terbesar provinsi yang setidaknya 50 persen. Industri manufaktur juga dikembangkan di kawasan-kawasan khusus di Pasuruan dan Mojokerto.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Iwan mengatakan, pihaknya berupaya mendorong peningkatan penanaman modal industri hilir sumber daya alam. Di dalam industri manufaktur, roda penggerak utama ialah pengolahan, yakni makanan minuman, tembakau, kimia, farmasi, jamu, dan obat tradisional, dan kertas.
Komunitas industri manufaktur, menurut dia, perlu memaksimalkan teknologi dan digitalisasi serta mengupayakan proses yang ramah lingkungan. Ada harapan pada pameran agar memberi ruang yang cukup bagi produsen peralatan industri manufaktur lokal untuk berkembang.
Pasar di Jatim cukup terbuka bagi impor mesin. Pada 2021, impor mesin mencapai 1,88 miliar dollar AS yang setahun berikutnya naik menjadi 2,2 miliar dollar AS.
Menurut Event Director PT Pamerindo Indonesia Meysia Stephannie, pameran ke-17 merupakan dukungan kepada pemerintah untuk mendorong investasi dan interaksi bisnis dalam industri manufaktur. Peserta pameran mengedepankan teknologi dan digitalisasi dalam proses produksi menuju masyarakat 5.0 yang superpintar. Inilah konsepsi masyarakat masa depan, berpusat pada manusia yang mampu menyeimbangkan pemajuan dan kemajuan ekonomi, sosial, politik, budaya melalui sistem atau mekanisme terintegrasi antara ruang fisik dan dunia maya.
Untuk Jatim, dalam pameran telah disediakan Industri Area untuk peningkatan kapabilitas dan potensi pengusaha lokal. Di sinilah zona khusus berisi sepuluh pengusaha industri manufaktur Jatim.
Pameran dilaksanakan secara komprehensif dengan platform yang praktis untuk mengakomodasi interaksi dan transaksi. Misalnya, kerja sama dengan perusahaan rintisan lokal EV Spora, Ecoloop, Graha Mutu Persada, dan Pureve yang fokus dalam pengembangan layanan industri manufaktur agar ramah lingkungan melalui zona berkelanjutan (sustainability zone).