SDN 23 Lolong di Kota Padang Cuma Dapat 2 Siswa Baru, Terdampak Zonasi dan Relokasi
SD Negeri 23 Lolong di Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, Sumatera Barat, kekurangan siswa baru. Hanya dua siswa mendaftar PPDB daring. Sistem zonasi dan relokasi warga diduga turut jadi penyebab.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — SD Negeri 23 Lolong di Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, Sumatera Barat, cuma mendapat dua siswa dari penerimaan peserta didik baru atau PPDB daring. Sistem zonasi dan relokasi warga diduga turut jadi penyebab. Dinas pendidikan sedang memantau perkembangan untuk mencarikan jalan keluar.
Kepala SD Negeri 23 Lolong Riri Okdayani di Padang, Kamis (13/7/2023), mengatakan, total siswa kelas I hanya tiga orang. Satu merupakan siswa tinggal kelas, dua lainnya siswa baru dari proses PPDB daring.
”Pas PPDB kemarin cuma dua orang yang mendaftar dan dua orang itu yang kami terima. Dari dua itu, satu siswa sesuai zonasi, satu lagi siswa yang orangtuanya pindah ke sini dari Jambi,” kata Riri, yang baru empat bulan menjadi kepala di SD, yang didirikan tahun 1979 berdasarkan instruksi presiden itu.
Kamis pukul 09.00, ketiga siswa kelas I itu sedang belajar menulis huruf bersama guru. Suasana kelas terasa lengang pada hari keempat semester pertama itu, banyak bangku dan meja kosong. Sebanyak 13 pasang bangku dan meja disusun 4 bujur dengan masing-masing 3-4 baris.
Menurut Riri, fenomena siswa baru yang sangat minim ini baru pertama kali terjadi di SD yang lokasinya diapit Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara dan obyek wisata Pantai Padang ini. Dua tahun sebelumnya ada 12 siswa baru pada 2022 dan 7 siswa baru pada 2021.
Saat ini, total jumlah siswa dari kelas I-VI adalah 51 orang. Rinciannya, kelas I 3 orang, kelas II 12 orang, kelas III 7 orang, kelas IV 12 orang, kelas V 10 orang, dan kelas VI 7 orang.
Namun, kata Riri, tren penurunan siswa sebenarnya sudah terjadi sejak gempa Padang pada 30 September 2009. Sebelum gempa, total jumlah siswa mencapai 150 orang dan setiap tahun setidaknya ada 20 siswa baru.
Untuk tahun ini, kata Riri, banyak faktor penyebab siswa baru sangat minim. Pertama, kondisi sekolah saling berdekatan. Di lokasi tersebut, setidaknya ada tiga SD, yaitu SD 23 Lolong, SD 15 Lolong (berjarak 130 meter), dan SD 11 Lolong (berjarak 750 meter). Kedua SD lainnya lokasinya lebih strategis.
Kemudian, lokasi SD 23 Lolong yang tidak ada kompleks perumahan. Di depan SD, di sebelah timur adalah taman makam pahlawan, sedangkan di belakangnya ada Pantai Padang yang hanya berjarak sekitar 65 meter, termasuk zona merah tsunami.
Selanjutnya, permukiman warga yang berada di belakang sekolah juga akan direlokasi pada Oktober tahun ini. Pemindahan warga untuk kelanjutan pembangunan jalan di Pantai Padang.
”Selain itu, di sekitar sini, anak-anak usia produktif sekolah agak kurang. Ditambah dengan wacana relokasi, warga sekitar memikir dua kali untuk menyekolahkan anaknya di sini karena nanti harus mengurus pindah lagi,” ujar Riri.
Siswa jadi kurang berkembang.
Riri menyebutkan, minimnya jumlah siswa akan berdampak pada berkurangnya biaya operasional sekolah. Akibatnya, sekolah akan kesulitan mengadakan/mengikuti kegiatan-kegiatan baik di dalam maupun di luar sekolah.
”Siswa jadi kurang berkembang,” ujarnya.
Ditambahkan Riri, ia bersama para guru masih berupaya mencari tambahan murid. Sejauh ini, ada dua siswa yang mendaftar secara luring. Walakin, keduanya belum juga masuk sekolah.
Nika Afriani Jusman (29), wali kelas I SD 23 Lolong, mengatakan, jumlah siswa yang hanya tiga orang membuat suasana belajar tidak hidup. Siswa jadi kurang termotivasi untuk belajar. Saat satu siswa ada yang masih masa bermain, siswa yang lain jadi ikut-ikutan.
”Kalau ramai, satu siswa bertanya, siswa lain bisa menjawab. Kalau sepi begini, kadang diam saja semuanya. Semua siswa bisa terperhatikan, tetapi suasana kelas tidak hidup,” kata Nika, yang baru pindah ke SD 23 Lolong pada semester ini.
Selain itu, Nika juga masih merasa canggung mengajar di kelas yang minim siswa. Dua tahun sebelumnya ia masing mengajar 20 siswa dan 23 siswa per kelas di SDN 01 Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat. Guru yang baru 3,5 tahun mengajar ini sedang mencari formula yang pas untuk mengajar tiga siswa ini.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang Yopi Krislova mengatakan, sedikitnya siswa baru di SD 23 Lolong antara lain karena adanya SD lain yang berdekatan, relokasi warga untuk pembebasan Jalan Samudera, dan lokasi sekolah jauh dari perumahan.
”Apa kebijakan kami nanti, kami lihat dulu (perkembangannya). Yang penting bagi kami, masyarakat diterima di seluruh sekolah di Padang. Ada sekolah yang kelebihan murid, ada juga yang kekurangan murid. Inilah dinamika hari ini,” katanya.
Yopi menambahkan, salah satu opsi yang dapat ditempuh adalah memindahkan siswa yang sedikit itu ke sekolah terdekat. Walakin, opsi itu akan dikaji lebih dahulu agar tidak merugikan siswa dan guru. ”Yang penting sekolah tetap mengajar siswa itu sampai ada kebijakan tetap,” ujarnya.