Pertama di NTT, SMP Angkasa Kupang Mulai Program Robotik
Program pengenalan robotik sejalan dengan semangat Merdeka Belajar. SMP Angkasa menjadi yang pertama di NTT.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Suasana pertemuan membahas pelaksanaan pembelajaran robotik di SMP Angkasa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (13/7/2023).
KUPANG, KOMPAS — Seiring tuntutan perkembangan teknologi dan semangat Merdeka Belajar, Sekolah Menengah Pertama Angkasa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengadakan program pengenalan robotik mulai tahun pelajaran 2023/2024. Inovasi pembelajaran di sekolah binaan TNI Angkatan Udara itu merupakan yang pertama di NTT.
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara El Tari, Kupang, Marsekal Pertama Aldrin Petrus Mongan menuturkan, ide pengenalan robotik itu sejalan dengan pengetahuan kedirgantaraan. Selama ini, siswa sekolah di bawah TNI AU sering kali diperkenalkan dengan media kedirgantaraan, tetapi masih sebatas menonton pemeran.
”Lewat program robotik ini, kami ingin mengajak mereka untuk mengenal lebih dalam tentang bagaimana proses pembuatan dan sistem kerjanya. Setidaknya mereka bisa mengetahui sistem kerja helikopter, drone, dan lainnya. Ada unsur robotiknya,” kata Aldrin, Kamis (13/7/2023).
Inovasi pembelajaran yang dimasukkan dalam mata pelajaran ekstrakurikuler level SMP ini merupakan yang pertama di NTT. Ke depan, lanjutnya, kesempatan belajar robotik juga dapat dibuka bagi siswa di luar SMP Angkasa. Metode pembelajaran akan diatur kemudian.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Gerbang masuk SMP Angkasa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (13/7/2023).
SMP Angkasa berada di Kelurahan Penfui, di dalam kompleks militer di bawah kontrol Lanud El Tari. Sekolah yang berada tak jauh dari Bandar Udara El Tari itu sudah ada sejak tahun 1973. Selain SMP, ada juga jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Generasi muda saat ini yang semakin melek teknologi digital akan lebih mudah melakukan penyesuaian terhadap pembelajaran robotik. Terlebih lagi jika mereka memiliki minat untuk mempelajarinya. Bukan tak mungkin, mereka dapat memproduksi robot seperti halnya sekolah-sekolah di kota besar.
Simone Aldrin, Ketua Yayasan Ardhya Garini yang membawahkan SMP Angkasa, menjelaskan, inovasi pembelajaran itu lahir dari diskusi pihak yayasan, guru, dan sejumlah pihak yang memahami bidang robotik. Inovasi itu juga sejalan dengan semangat Merdeka Belajar yang menitikberatkan pemanfaatan potensi yang dimiliki sekolah.
”Waktu pertama kali kami sosialisasi kepada anak-anak dan orangtua, mereka menyambut dengan sangat baik. Mereka ingin secepatnya dapat dilaksanakan. Tahun pelajaran 2023/2024 kami mulai. Tenaga pengajarannya juga sudah ada. Kami akan terus melakukan evaluasi terkait ini,” ucapnya.
Secara teknis, pengenalan robotik itu akan masuk dalam mata pelajaran ekstrakurikuler. Para siswa yang berminat diberi kesempatan. Pembelajarannya dilakukan sekali dalam seminggu, yakni pada hari Sabtu. Pihak sekolah akan menyediakan ruang khusus.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Robot tanpa awak (remotely operated vehicle/ROV) yang dioperasikan siswa SMAN 28 di sungai kawasan Jati Padang, Jakarta Selatan, Sabtu (8/4/2023).
SMP Angkasa kini memiliki 100 siswa. Kelas IX ada 32 siswa, kelas VIII ada 24 siswa, dan siswa baru kelas VII 44 orang. Di tengah krisis jumlah siswa baru di sejumlah sekolah swasta, SMP Angkasa justru mengalami peningkatan hampir 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Ronald Stefanus Gunawan, pengajar robotik, mengatakan, pembelajaran akan dimulai dengan pengenalan, termasuk sarana yang sudah sering dijumpai para siswa. ”Ambil contoh seperti sensor cahaya pada lampu. Itu bagian dari sistem kerja robotik,” katanya.
Menurut dia, generasi muda saat ini yang semakin melek teknologi digital akan lebih mudah melakukan penyesuaian terhadap pembelajaran robotik. Terlebih lagi jika mereka memiliki minat untuk mempelajarinya. Bukan tak mungkin, mereka dapat memproduksi robot seperti halnya sekolah-sekolah di kota besar.
Menanggapi program robotik di SMP Angkasa, Kepala Dinas Pendidikan Kota Kupang Dumul Djami menyampaikan apresiasi. Ia berjanji akan memberi dukungan terhadap pelaksanaan pembelajaran itu. Program tersebut sejalan dengan Merdeka Belajar yang digaungkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Dumul Djami
Kini, di Indonesia, peserta didik yang tersebar di sekitar 350.000 sekolah telah menikmati pembelajaran berbasis Merdeka Belajar. Dalam kurikulum itu, diperlukan inovasi sekolah dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.