Para peternak didorong aktif untuk mencegah terjadinya penularan antraks di Jawa Tengah. Kecepatan pelaporan gejala mampu mempercepat pula penanganan demi mengantisipasi paparan penyakit berbahaya tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS — Para peternak didorong aktif mencegah penularan antraks di Jawa Tengah. Kecepatan pelaporan gejala mampu mempercepat pula penanganan demi mengantisipasi paparan penyakit tersebut. Vaksinasi ternak juga digencarkan guna memberikan perlindungan lebih terhadap ternak di daerah tersebut.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan, keaktifan masyarakat menjadi kunci dalam pencegahan antraks. Kejelian peternak mengamati kondisi ternak masing-masing akan membuat penanganan penyakit lebih cepat dilakukan. Dengan demikian, ancaman penyebarannya juga bisa dicegah sesegera mungkin.
”Kalau sapi terkena penyakit antraks, segera dilaporkan. Lapor, itu ada dokter hewan cukup banyak. Kalau itu segera dilaporkan, kami bisa cepat menangani seperti hari ini,” kata Ganjar di sela-sela vaksinasi antraks, di Desa Karanganyar, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (11/7/2023).
Ganjar juga menyoroti perihal pemicu penularan antraks, yakni tradisi ”brandu” di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), beberapa waktu lalu. Pihaknya meminta agar masyarakat Jateng belajar dari pengalaman tersebut. Ia mengharapkan supaya hal semacam itu tidak terjadi di daerahnya.
Tradisi ”brandu” merujuk pada kebiasaan warga mengumpulkan iuran untuk diserahkan kepada pemilik ternak yang mati atau sakit. Daging hewan tersebut selanjutnya dibagikan kepada orang-orang yang mengumpulkan iuran.
”Kita tahu kalau (ternak) sudah jadi bangkai, dikubur. Ini tidak mudah mengedukasi. Tetapi, perlu perhatian dari masyarakat. Kepedulian warga juga pada sapinya. Begitu ada kejadian, tolong cepat dilaporkan,” kata Ganjar.
Di sana, cara menyembelihnya yang benar, termasuk sapinya, dicek dulu.
Untuk itu, lanjut Ganjar, upaya pencegahan antraks yang dilakukannya juga dengan menerjunkan tim penyuluh. Diharapkan, pemberian informasi bakal membuat warga lebih waspada atas ancaman penyakit tersebut.
Ia pun mengharapkan agar rumah pemotongan hewan milik pemerintah dijadikan rujukan bagi warga ketika menyembelih hewan. ”Di sana, cara menyembelihnya yang benar, termasuk sapinya, dicek dulu. Semoga semua bisa belajar dan tidak mengikuti itu (’brandu’),” kata Ganjar.
Antisipasi paparan antraks coba dilakukan pula lewat vaksinasi antraks. Sebanyak 25.000 dosis vaksin telah dialokasikan bagi ternak di Jateng. Ada 10 kabupaten yang disasar program vaksinasi tersebut. Daerah-daerah itu merupakan wilayah endemi antraks atau berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul, sebagai titik temuan antraks terkini.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng Agus Wariyanto mengungkapkan, sejauh ini belum ada laporan temuan antraks di daerah tersebut. Pihaknya menggencarkan vaksinasi untuk menangkal kemunculan penyakit itu sedini mungkin. Itu menjadi bentuk perlindungan tambahan bagi ternak. Pihaknya menargetkan vaksinasi rampung dalam sepekan ke depan.
”Jumlah yang dibagikan tiap-tiap daerah bergantung kerentanan dan tingkat populasinya. Memang, jumlah vaksinnya terbatas. Tetapi, ini sudah upaya luar biasa. Walau terjadi di DIY, jangan sampai nanti masuk Jawa Tengah,” kata Agus.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Bagas Windaryatno mengatakan, wilayahnya memperoleh alokasi vaksin sebanyak 2.000 dosis. Pihaknya membidik wilayah perbatasan sebagai tujuan vaksinasi awal. Salah satunya ialah Kecamatan Weru yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul.
Di sisi lain, Bagas mengungkapkan, lalu lintas ternak juga akan diawasi lebih ketat. Penapisan kesehatan ternak diberlakukan sebelum memasuki pasar hewan. Ia ingin menjaga agar daerahnya bebas dari penularan antraks. Terlebih lagi, belum pernah ditemukan kasus antraks selama ini di daerah tersebut.
”Pengawasan lalu lintas ternak diperketat. Ternak dilakukan skrining sebelum masuk pasar. Harapannya, ternak yang dijual semuanya dalam keadaan sehat,” kata Bagas.
Suyono (40), warga Desa Karanganyar, Kecamatan Weru, merupakan salah seorang peternak yang sapinya divaksin paling awal di Kabupaten Sukoharjo. Ada 11 ekor sapinya yang divaksinasi, Selasa. Dia merasa beruntung ada perlindungan tambahan dari pemerintah lewat program vaksinasi tersebut.
”Sampai sekarang pelihara sapi, belum pernah kena antraks. Jadi, terima kasih sekali ada vaksinasi seperti ini. Saya merasa lebih aman. Nanti, kalau ada gejala-gejala, segera saya laporkan. Kebetulan dokter hewan ada di dekat sini,” kata Suyono.