Lima Orang Terseret Ombak di Malang, Dua di Antaranya Mahasiswa Asing
Lima orang, dua di antaranya mahasiswa asing, dilaporkan terseret ombak di Kabupaten Malang, Jatim. Upaya pencarian terkendala cuaca ekstrem di laut.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS - Lima orang terseret arus di Pantai Jembatan Panjang, Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (8/7/2023). Dari lima orang itu, dua merupakan mahasiswa asing yang tengah mengikuti program pertukaran pelajar di Universitas Brawijaya.
Dua mahasiswa asing itu adalah Ana BR (24) asal Spanyol dan Jana OS (24) asal Swiss. Adapun tiga orang lainnya adalah pemandu wisata Made Indra, pemimpin tur Bayu, dan Pendik dari biro wisata.
Informasi yang dihimpun menyatakan rombongan mahasiswa itu berjumlah 29 orang, terdiri dari 12 warga negara Indonesia dan 17 warga negara asing. Mereka berangkat dari salah satu hotel di Kota Malang, Jumat (7/7/2023), pukul 14.00, dengan bus PO Maulana bernomor polisi N 7573 UE.
Rombongan itu sampai di Jembatan Panjang pukul 17.30 dan disambut oleh Pendik dan Bayu. Di tempat itu sudah disiapkan beberapa tenda untuk kegiatan bermalam bersama. Kegiatan malam itu pun berjalan lancar dan aman.
Keesokan hari, Sabtu, sekitar pukul 08.00, delapan orang di antara mereka berenang di pantai. Saat berenang itulah, Ana dan Jana tidak bisa menepi dan berada di salah satu pulau. Mengetahui hal itu, ketiga korban lain berupaya menyelamatkan, tetapi kemudian datang ombak besar yang menyeret mereka.
”Mereka tiba di pantai sejak kemarin dan menginap. Tadi pagi mereka mandi dan sempat ditolong oleh pemandu wisata, tapi kembali terseret ombak. Beberapa hari terakhir ombak di kawasan pantai sini memang ekstrem,” ujar Kepala Kepolisian Sektor Bantur Ajun Komisaris Slamet Subagyo.
Pencarian dilakukan ke sejumlah penjuru dengan melibatkan Muspika Bantur, Perhutani, pengelola wisata, lembaga masyarakat desa hutan, Badan SAR Nasional (Basarnas), dan sukarelawan lain di Malang Raya. Pihak tenaga medis dari Puskesmas Bantur juga bersiap di lokasi.
”Karena ombaknya ekstrem, kami belum bisa menurunkan perahu karet. Sejauh ini tampak ada dua sosok di Pulau Hanoman, tapi belum bisa dijangkau. Kondisinya kami belum berani memastikan,” tutur Slamet.
Pihak Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) membenarkan soal peristiwa ini dan menyampaikan rasa prihatin mendalam. Kepala Pengelola Informasi dan Kehumasan FKUB Holipah mengatakan, mahasisa tersebut anggota program pertukaran mahasiswa yang merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Center for International Student Association.
Pelaksanaan kegiatan ini dikoordinasikan oleh Medical Student’s Committee for International Affairs FKUB di bawah Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. Program ini rutin diadakan setiap tahun.
Pihak kampus telah berkoordinasi dengan kedutaan terkait asal negara korban. Selain itu, pihak kampus juga telah mengirim tim emergency disaster untuk bergabung dengan kepolisian dan Basarnas. ”FKUB telah dan akan selalu berupaya keras dengan berkoordinasi dengan Basarnas dan kepolisian di lokasi,” ucapnya.
Kondisi gelombang di Samudra Hindia dalam beberapa hari terakhir memang tinggi. Menurut Kepala Pusat Meteorologi Maritim Perak II Surabaya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Eko Prasetyo, wisatawan agar waspada saat beraktivitas di pantai. ”Jangan sekali-kali nekat untuk bermain di pantai, terutama berenang,” ujarnya saat dihubungi dari Malang, Kamis (6/7/2023).
Menurut Eko, ada beberapa fenomena pendukung terjadinya gelombang tinggi kali ini, salah satunya berbarengan dengan fase pasang maksimum. ”Dilihat dari prediksi, tiga hari ke depan masih tinggi. Bahkan, di beberapa wilayah sampai 14 Juli masih berlangsung,” ucapnya.