Tim Forensik Mulai Usut Kasus Lift Jatuh di Bandar Lampung
Tim Laboratorium Forensik Kepolisian Daerah Sumatera Selatan mulai bekerja untuk membantu proses penyelidikan insiden lift jatuh di Sekolah Islam Az-Zahra yang menewaskan tujuh pekerja bangunan di Bandar Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Tim Laboratorium Forensik Kepolisian Daerah Sumatera Selatan mulai bekerja untuk membantu proses penyelidikan insiden lift jatuh di Sekolah Islam Az-Zahra yang menewaskan tujuh pekerja bangunan di Bandar Lampung, Lampung, Jumat (7/7/2023). Polisi segera menaikkan status perkara dari penyelidikan ke penyidikan.
”Hasil dari penyelidikan laboratorium forensik dan akademisi ini statusnya akan kita tingkatkan. Siapa yang bertanggung jawab terhadap kejadian ini. Secepatnya pasti akan kita lakukan penegakan hukum supaya ada kejelasan terhadap kasus ini,” kata Kepala Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung Komisaris Besar Ino Harianto saat meninjau Sekolah Az-Zahra, Jumat pagi.
Menurut dia, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim laboratorium forensik ini merupakan tindak lanjut dari penyelidikan yang dilakukan oleh aparat Polresta Bandar Lampung. Sebelumnya, Polresta Bandar Lampung telah melakukan olah tempat kejadian perkara pada Rabu (5/7) malam.
Selain itu, polisi juga telah memeriksa tujuh saksi atas insiden kecelakaan kerja itu. Saksi mulai dari pemilik yayasan, kepala sekolah, empat satpam yang mengetahui kejadian, hingga pihak kontraktor yang bertanggung jawab atas pekerjaan proyek renovasi gedung sekolah itu.
Ino menyebut, pihaknya masih menunggu hasil kajian dari tim laboratorium forensik untuk mengetahui secara pasti penyebab jatuhnya lift tersebut. Polisi juga telah meminta keterangan dari ahli.
Sebelumnya diberitakan, lift barang yang ditumpangi sembilan pekerja bangunan di Sekolah Dasar Islam Az-Zahra jatuh pada Rabu (5/7/2023) sore. Akibat insiden tersebut, tujuh pekerja tewas dan dua lainnya kritis.
Ketujuh korban tewas dalam insiden tersebut ialah Udin (65), Rahmatullah (38), Selamet Saparudin (44), Romi (32), Edi Mulyono (38), Asep Nursyamsi (39), dan Ahmad Burhan (39). Sementara dua korban luka ialah Sutiaji (26) dan Herizal (41).
Tujuh korban merupakan warga Bandar Lampung, sedangkan dua korban lainnya merupakan warga Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran. Para korban umumnya mengalami patah tulang tangan dan kaki hingga luka pada bagian kepala.
Berdasarkan pantauan Kompas, Jumat, Tim Laboratorium Forensik Polda Sumsel dan Inafis Polresta Bandar Lampung mendatangi Sekolah Az-Zahra sekitar pukul 08.30 WIB. Tim yang terdiri dari empat orang itu melakukan pemeriksaan kabin lift yang berada di lantai 1. Tim lalu naik ke lantai lima untuk memeriksa alat pengangkut lift. Pemeriksaan berlangsung selama sekitar tiga jam.
Kepala Subbidang Fisika Komputer Direktorat Laboratorium Forensik Polda Sumsel Ajun Komisaris Besar Arie Hartawan mengatakan, pihaknya telah memerika sejumlah komponen lift yang jatuh.
”Kita periksa dari bawah, kabin liftnya, kemudian kita naik ke atas melihat alat pengangkutnya. Di situ kita temukan alat pengangkut dengan kabel sling dan ada kuku macan pengikatnya. Itu saja sementara ini,” katanya.
Jadi, nanti setelah diturunkan, baru bisa kita ketahui dari spesifikasi yang ada di mesin.
Arie menyebut, pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab pasti yang membuat lift tersebut jatuh. Pihaknya masih harus memeriksa sejumlah dokumen dan melakukan uji kapasitas dan kekuatan katrol lift tersebut.
”Untuk sementara belum bisa ditentukan (kapasitasnya). Kami belum membawa barangnya. Jadi, nanti setelah diturunkan baru bisa kita ketahui dari spesifikasi yang ada di mesin,” ucapnya.
Berdasarkan pengamatan fisik, lift berukuran 1 meter x 1,5 meter itu memang hanya diperuntukkan mengangkut barang. Sistem keamanan lift itu dinilai tidak aman digunakan untuk mengangkut orang karena sangkar kabin dibuat terbuka, hanya berupa platform tanpa dinding.
Sementara itu, Rahmat selaku kontraktor yang menangani proyek renovasi Sekolah Az-Zahra menuturkan, ada 40 pekerja bangunan yang tengah bekerja di lokasi saat insiden itu. Menurut dia, lift tersebut seharusnya tidak boleh dinaiki oleh orang.
Selama ini, akses naik dan turun para pekerja dapat melalui tangga utama dan lift penumpang yang berada di bagian dalam gedung utama sekolah. Selain itu, para pekerja juga bisa menggunakan tangga alternatif yang berada area belakang gedung.
Namun, Rahmat menyebut, untuk lewat lift penumpang atau tangga utama, para pekerja harus melepas sandal atau sepatu yang mereka pakai sesuai aturan sekolah. Karena alasan itu, para pekerja menggunakan lift barang yang letaknya berada di sisi samping gedung.
Ia menyatakan sudah sering mengingatkan para pekerja untuk tidak menggunakan lift barang. Namun, mandor dan pengawas yang ditugaskan untuk mengontrol penggunaan lift juga turut menjadi korban dalam insiden tersebut. ”Kalau mulai kerja selalu diingatkan dan memang orang yang bertanggung jawab untuk itu ikut jadi korban,” ucap Rahmat.