Puluhan Tim dari 13 Negara Ikuti Kompetisi Mobil Hemat Energi di Sirkuit Mandalika
Sekitar 70 tim dari 13 negara Asia Pasifik dan Timur Tengah mengikuti Shell Eco-marathon Asia 2023 Mandalika. Sejumlah tim dari Indonesia optimistis bisa meraih juara dalam kompetisi mobil hemat energi tersebut.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
PRAYA, KOMPAS — Shell Eco-marathon, yang merupakan kompetisi merancang, membangun, dan menguji mobil hemat energi bagi pelajar, kembali digelar di Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tahun ini, kompetisi tersebut diikuti lebih dari 70 tim yang berasal dari 13 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah.
Shell Eco-marathon Asia 2023 Mandalika secara resmi dibuka pada Rabu (5/7/2023). Hadir dalam pembukaan tersebut, antara lain, Vice President Corporate Relations Asia-Pasifik Shell Sean Winnett, Gubernur NTB Zulkieflimansyah, serta Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Pendanaan dan Keuangan Otto Ardianto.
Sean mengatakan, Shell Eco-marathon secara resmi dimulai lebih dari 37 tahun lalu. Secara keseluruhan, sudah ada 100.000 pelajar dari ratusan universitas yang terlibat dalam kompetisi itu. ”Kegiatan ini mendorong kolaborasi dan inovasi untuk menjawab pertanyaan, bagaimana kita menyediakan solusi untuk energi di masa depan?” kata Sean.
Menurut Sean, Shell berharap Shell Eco-marathon akan memicu lahirnya ide dan solusi yang bisa berkontribusi pada transisi energi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. ”Bagi Shell, kompetisi ini adalah demonstrasi dari Powering Progress (strategi Shell) untuk mempercepat transisi bisnis kami menuju net zero emissions pada 2050,” katanya.
Sean menambahkan, di Asia Pasifik, Shell telah memulai kompetisi ini sejak 2010 dan menginspirasi banyak pelajar. Tahun ini Shell Eco-marathon kembali digelar di Indonesia dengan jumlah peserta yang lebih banyak.
Lebih dari 900 pelajar yang tergabung dalam lebih dari 70 tim ikut ambil bagian dalam kompetisi itu. Mereka berasal dari 13 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah, yakni Brunei Darussalam, China, India, Qatar, Thailand, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Kazakhstan, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Indonesia.
Otto menambahkan, pemerintah mengapresiasi kegiatan Shell Eco-marathon. Sebab, kompetisi itu bisa memfasilitasi pelajar dalam menghadirkan kendaraan yang efisien energi. ”Kompetisi ini akan mendorong produktivitas pelajar untuk menghadirkan invensi dan inovasi di Asia Pasifik dan Timur Tengah,” katanya.
Menurut Otto, saat ini, dampak perubahan iklim menjadi tantangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Naiknya suhu permukaan bumi berdampak pada berbagai sisi kehidupan manusia, termasuk sosial hingga ekonomi dan bahkan memicu kematian.
”Salah satu pemicu utama perubahan iklim adalah meningkatnya emisi karbon. Terkait itu, Presiden Joko Widodo secara resmi telah mengeluarkan Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon sebagai bentuk komitmen pengurangan emisi karbon hingga 41 persen di 2030. Lalu mencapai emisi nol pada 2060,” kata Otto.
Dua kategori
Seperti tahun sebelumnya, para peserta Shell Eco-marathon akan berkompetisi pada dua kategori kendaraan, yakni urban concept dan prototype. Para peserta harus mendesain kendaraan yang bisa melaju paling jauh dengan konsumsi energi paling sedikit. Sumber energi yang digunakan adalah baterai listrik, sel bahan bakar hidrogen, bensin, etanol, dan solar.
Kategori prototype ditujukan untuk kendaraan ultra-efisien, ringan, yang umumnya memiliki tiga roda dan dirancang untuk mengurangi resistensi dan memaksimalkan efisiensi. Adapun kategori urban concept difokuskan pada efisiensi energi dalam desain kendaraan roda empat layaknya mobil penumpang konvensional yang dirancang untuk penggunaan di jalan raya.
Sebelum berkompetisi, kendaraan peserta harus lolos inspeksi atau pemeriksaan teknik serta keselamatan. Tujuannya, untuk memastikan kendaraan memenuhi semua peraturan kompetisi yang terdiri dari 12 pemeriksaan sebelum diizinkan masuk lintasan.
Kompetisi ini akan mendorong produktivitas pelajar untuk menghadirkan invensi dan inovasi di Asia Pasifik dan Timur Tengah.
Saat kompetisi, para peserta harus menyelesaikan sejumlah putaran. Mereka kemudian di peringkat berdasarkan kategori kendaraan dan kelas energi. Hal itu untuk mengetahui peserta dengan efisiensi bahan bakar terbaik. Juara diberikan kepada tim teratas di setiap kategori kendaraan dan sumber energi.
Pada Shell Eco-marathon 2022, tim asal Indonesia mendominasi di semua kategori kendaraan. Di kategori prototype, Nakoela Tim dari Universitas Indonesia meraih juara pada mesin pembakaran dalam. Selain itu, pada baterai listrik dimenangkan oleh Semar Proto Universitas Gadjah Mada, dan pada sel bahan bakar hidrogen diraih Appate Elang Perkasa Team 2 Universitas Brawijaya.
Sementara di kategori urban concept, Garuda UNY Eco Team dari Universitas Negeri Yogyakarta meraih juara di mesin pembakaran dalam, sementara Arjuna Team Universitas Indonesia di baterai listrik. Adapun untuk sel bahan bakar hidrogen dimenangkan tim TP Eco Flash dari Temasuk Polytechnic Singapore.
Manajer Tim Indonesia Apatte62 Brawijaya Team 1 Universitas Brawijaya Muhammad Dilan Noval mengatakan, tahun lalu timnya hanya mampu meraih peringkat kedua. Namun, tahun ini mereka optimistis bisa keluar sebagai juara pertama pada kategori urban listrik.
”Kami mempersiapkan diri selama tujuh bulan sejak Shell Eco-marathon tahun lalu. Tahun ini banyak pengembangan yang kami lakukan, mulai dari bodi kendaraan dengan desain terbaru dan bobot lebih ringan. Kelistrikan juga sudah diperbarui dan efisiensi baterai lebih bagus,” kata Dilan.
Semar Proto UGM juga tampil dengan lebih optimistis tahun ini. Manajer Tim Semar Proto UGM Adzim Mardiansjah mengatakan, tahun lalu mereka membawa mobil yang belum pernah dilombakan di Shell Eco-marathon. Tahun ini mereka membawa mobil yang sama, tetapi telah dimaksimalkan segi mekanikal dan elektrikal.
Menurut Adzim, mereka senang bisa terus terlibat dalam Shell Eco-marathon. ”Ajang ini bisa menjadi tempat belajar bagi semua orang sehingga bisa berpartisipasi dan berkontribusi terhadap perkembangan otomatif ke depan,” ujar Adzim.