Antraks Kembali Muncul di Gunungkidul, Satu Orang Meninggal dan 87 Warga Positif
Penyakit antraks kembali muncul di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Satu orang meninggal dengan status positif antraks dan 87 orang lain dinyatakan positif antraks.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
WONOSARI, KOMPAS — Penularan penyakit antraks kembali terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hingga saat ini, ada satu orang yang meninggal dengan status positif antraks. Selain itu, sebanyak 87 warga dinyatakan positif antraks melalui tes serologi.
Penularan antraks itu dilaporkan terjadi di Dusun Jati, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul. Pada 4 Juni 2023, seorang warga Dusun Jati meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, DIY. Berdasarkan hasil tes, warga tersebut terkonfirmasi positif antraks.
”Yang meninggal untuk kasus antraks ini ada satu. Dengan diagnosis konfirmasi laboratorium RSUP Dr Sardjito karena meninggalnya di RSUP Dr Sardjito,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul Sidig Hery Sukoco, Rabu (5/7/2023), di Gunungkidul.
Sidig menuturkan, selain satu orang yang sudah terkonfirmasi antraks itu, ada dua warga lain di Dusun Jati yang juga meninggal. Namun, kedua orang tersebut tidak didiagnosis terpapar antraks. Oleh karena itu, keduanya juga tidak menjalani tes untuk memastikan apakah mereka positif antraks atau tidak.
Setelah mendapat laporan adanya kasus antraks, Sidig menyebut, sebanyak 143 warga telah dilakukan pemeriksaan serologi untuk mengetahui apakah mereka tertular antraks atau tidak. Hasilnya, sebanyak 87 orang dinyatakan positif. Namun, rata-rata dari mereka tidak mengalami gejala apa-apa.
”Semua sekarang dalam pemantauan, kondisi sehat,” ujar Sidig. Pemantauan itu akan dilakukan selama dua kali masa inkubasi atau 90 hari.
Menurut Sidig, warga yang dinyatakan positif antraks itu bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Mereka tidak diharuskan menjalani pembatasan aktivitas karena penyakit antraks tidak menular dari manusia ke manusia.
”Aktivitas sosial normal, tidak ada pembatasan-pembatasan untuk manusia. Hanya kita sampaikan untuk menjaga kebersihan lingkungannya,” tuturnya.
Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto mengatakan, ada enam ekor sapi dan enam ekor kambing yang terpapar antraks. Dia menyebut, sampai saat ini, penularan antraks hanya terjadi di Dusun Jati, Desa Candirejo. Petugas pun terus berupaya agar penyakit tersebut tidak menyebar ke wilayah lain.
Heri menambahkan, berdasarkan hasil rapat koordinasi pada Rabu ini, disepakati hewan ternak dari Dusun Jati untuk sementara tidak boleh keluar dari dusun tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya penularan antraks ke wilayah lain.
”Sebab, biar bagaimanapun ini penyakit menular. Apabila edukasi di masyarakat tidak berjalan baik, kita khawatirkan penularannya ke tempat-tempat lain,” ujarnya.
Hingga sekarang, kata Heri, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul juga belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) antraks. Hal ini karena penularan antraks hanya terjadi di satu dusun.
Heri menuturkan, untuk mencegah penularan antraks, warga diimbau tidak mengonsumsi daging hewan ternak yang sakit atau mati. ”Hewan-hewan ternak yang terpapar penyakit atau bahkan sudah mati jangan dikonsumsi,” ungkapnya.
Sapi mati
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul Wibawati Wulandari mengatakan, penularan penyakit antraks itu diduga terjadi karena warga mengonsumsi daging sapi yang sakit. Dia menambahkan, ada beberapa ekor sapi di Dusun Jati yang sakit, lalu mati.
Namun, warga tetap nekat mengonsumsi daging sapi yang telah mati itu. Bahkan, Wibawati menyebut, ada sapi yang mati dan telah dikubur sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP), tetapi kemudian digali lagi dan dagingnya dikonsumsi masyarakat.
”Ada sapi sakit, lalu mati, kemudian sudah dikuburkan sesuai SOP, tetapi oleh masyarakat ada yang digali lagi kemudian (dagingnya) dikonsumsi,” ungkap Wibawati.
Wibawati menambahkan, Pemkab Gunungkidul menerima laporan kasus antraks di Dusun Jati pada 2 Juni 2023. Sehari kemudian, aparatur pemerintah langsung meminta agar hewan ternak di dusun tersebut tidak dibawa ke wilayah lain.
Kasus antraks di Gunungkidul bukan kali ini saja terjadi. Berdasarkan arsip pemberitaan Kompas, pada akhir Desember 2019, antraks merebak di Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul.
Saat itu, sebanyak 27 orang di dusun tersebut dinyatakan positif antraks. Penularan itu diduga terjadi karena adanya hewan ternak yang terpapar antraks, lalu disembelih dan dagingnya dimakan oleh warga.
Hewan-hewan ternak yang terpapar penyakit atau bahkan sudah mati jangan dikonsumsi.
Pada Mei 2019, beberapa ekor sapi di Dusun Grogol 4, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, juga dilaporkan mati karena diduga terpapar antraks.
Sementara itu, seperti diberitakan Kompas.com, pada Desember 2021 hingga Januari 2022, belasan ekor hewan ternak di Gunungkidul juga dilaporkan mati. Berdasarkan hasil tes, belasan hewan ternak tersebut terkonfirmasi terpapar antraks.