Banjir dan Longsor Terjang Kolaka, Ribuan Warga Terdampak
Sejumlah desa di empat kecamatan di Kolaka, Sultra, terendam banjir dan terdampak longsor. Meski pendataan dan identifikasi masih dilakukan, diperkirakan ribuan warga terkena dampak bencana itu.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Bencana hidrometeorologi menerjang wilayah Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (4/7/2023) pagi. Sejumlah desa di empat kecamatan terendam banjir dan terkena longsor, termasuk akses Jalan Trans-Sulawesi yang sempat terputus. Meski pendataan dan identifikasi masih dilakukan, ribuan warga diperkirakan terdampak dari bencana ini.
Rahmad Hidayat (33), warga Desa Tanggebura, Kecamatan Watubangga, Kolaka, menuturkan, air tiba-tiba meninggi sejak Selasa pukul 05.00 Wita. Warga yang sebagian besar masih beristirahat pun kaget dan tidak sempat menyelematkan barang.
”Air cukup deras karena limpasan dari aliran Sungai Matausu. Ketinggian air mencapai 1 meter di dalam rumah. Alhamdulillah warga di kampung kami semua selamat. Hanya warga yang berdagang saja tidak sempat selamatkan barang-barangnya,” kata Rahmad saat dihubungi dari Kendari, Selasa pagi.
Hingga Selasa siang, Rahmad melanjutkan, warga masih bertahan di rumah sembari berharap air segera surut. Sebab, warga tidak bisa keluar kampung karena kendaraan tidak bisa melintas akibat tinggi dan derasnya limpasan air. Sebuah jembatan yang menghubungkan sejumlah desa juga putus akibat terjangan air.
Bencana banjir itu, tutur Rahmad, terjadi setelah hujan deras melanda sejak Senin (3/7/2023) sore. Hujan terus terjadi hingga air melimpas pada dini hari. Ia menduga hujan deras juga terjadi di daerah hulu sehingga membawa debit air yang tinggi.
”Banjir kali ini tertinggi selama ini. Soalnya di daerah hulu itu sudah terbuka semua dan menjadi perkebunan sawit,” katanya.
Air cukup deras karena limpasan dari aliran Sungai Matausu.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kolaka Sutarno mengatakan, bencana hidrometeorologi memang sedang terjadi di beberapa kecamatan di Kolaka. Untuk bencana banjir, sejumlah desa terdampak di tiga kecamatan, yaitu Polinggona, Watubangga, dan Pomalaa.
”Banjir terjadi setelah hujan deras sejak kemarin. Air sungai di sejumlah lokasi tersebut meluap dan merendam rumah warga. Ketinggian air bervariasi, dengan tinggi maksimal sekitar 1 meter,” kata Sutarno.
Akibat bencana banjir ini, ribuan warga dari sejumlah desa terdampak dan tidak bisa beraktivitas. Tim dari BPBD Kolaka dan instansi lainnya masih melakukan pendataan dan identifikasi di lokasi. Berdasarkan laporan sementara, tidak ada korban jiwa dari kejadian ini.
Tidak hanya banjir, Sutarno melanjutkan, bencana longsor juga terjadi di wilayah ini. Longsor membuat akses jalan Kolaka-Kendari di Kilometer 11 sempat terputus pada Selasa pagi. Bidang jalan tertutup longsoran tanah. Meski begitu, longsoran ini telah ditangani dan bisa dilalui kendaraan sekitar pukul 10.00 Wita.
Di lokasi berbeda, beberapa rumah warga juga terdampak longsoran tanah. Dua rumah warga di Kecamatan Watulondo rusak sedang akibat terkena longsor dari tebing di sekitar kediaman mereka.
”Sampai saat ini kami masih lakukan penanganan dan pendataan. Kami berharap cuaca tidak hujan lagi, utamanya daerah hulu. Karena di sana lahan sudah terbuka dan menjadi perkebunan sawit,” ucapnya.
Kepala Stasiun Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kendari Sugeng Widarko mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi memang terjadi di wilayah Kolaka sejak Senin hingga Selasa pagi. Curah hujan mencapai 107 milimeter atau kategori hujan lebat yang berlangsung cukup lama.
”Hari ini juga kami telah mengeluarkan peringatan dini cuaca di Sultra, termasuk wilayah Kolaka yang diprediksi akan terjadi hujan dan angin. Kami berharap masyarakat terus waspada akan perubahan cuaca yang terjadi dan mempersiapkan diri jika memang terjadi bencana,” katanya.