Anak Muda Indonesia Diajak Terus Bekerja untuk Kemanusiaan
Acara Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) Nasional IX Palang Merah Remaja 2023 menjadi ajang mencetak generasi muda berintegritas, mencintai perdamaian, dan bekerja untuk kemanusiaan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS – Anak muda Indonesia hendaknya terus diajak peduli pada kemanusiaan. Semuanya bisa menjadi modal kuat mencari pemimpin bangsa yang tangguh di kemudian hari.
Hal itu menjadi benang merah dalam Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) Nasional IX Palang Merah Remaja (PMR) 2023 di Lampung Selatan, Lampung. Kegiatan itu diikuti 2.200 peserta dari 34 provinsi di Indonesia.
Berlangsung di Taman Agro Wisata Way Handak, peserta berkemah dan mengikuti lokakarya, kewirausahaan, parade budaya, dan bakti lingkungan.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla saat membuka acara itu mengutarakan, Jumbara PMR merupakan upaya mencetak kader kemanusian. Mereka nantinya akan memimpin berbagai kegiatan kemanusiaan di masa datang.
”Harapan saya, muncul generasi muda yang mengerti perdamaian hingga kemanusiaan,” kata Kalla.
Kalla juga mengajak seluruh peserta selalu menjaga persatuan. Persatuan merupakan kunci untuk kemajuan bangsa.
”Anda semua belajar di sekolah untuk maju. Tetapi, pengalaman bukan hanya didapat dari sekolah,” ucap Kalla.
Ketua Bidang Relawan PMI Pusat Sasongko Tedjo menuturkan, Jumbara juga diikuti perwakilan dari 11 negara. Beberapa di antaranya adalah Amerika Serikat, Italia, China, Filipina, dan Laos.
Sekretaris Daerah Lampung Fahrizal Darminto berharap, para peserta bersemangat melaksanakan semua kegiatan. Setelah dibatasi akibat pandemi, mereka kini dapat beraktivitas normal lagi.
Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto menyebutkan, kegiatan ini disiapkan selama empat bulan. Persiapannya dilakukan bersama warga setempat.
”Kami juga memperkenalkan potensi Lampung Selatan dengan menugaskan satu pemandu wisata di setiap kontingen,” kata Nanang.
Anjesca Maxroyzer (16), siswa kelas XII SMA Negeri 1 Bitung, Sulawesi Utara, bangga menjadi perwakilan daerahnya. Dia tidak hanya belajar soal palang merah, tetapi juga ikut mempelajari budaya di Indonesia.
”Saya tidak hanya belajar tentang kemanusiaan, tapi juga kegiatan budaya,” katanya.