Bantuan Mengalir, Gotong Royong Mengatasi Dampak Gempa di Bantul Dimulai
Bantuan untuk mengatasi dampak gempa magnitudo 6,0 yang melanda wilayah DIY mulai mengalir. Warga di Bantul segera merespons dengan melakukan perbaikan secara gotong royong.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Bantuan untuk mengatasi dampak kerusakan akibat gempa magnitudo 6,0 pada Jumat (30/6/2023) lalu mulai mengalir ke sejumlah daerah terdampak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga pun langsung memanfaatkan bantuan itu dengan melakukan kerja bakti perbaikan.
Sudarbo, ketua RT 006 di Dusun Bangen, Kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, mengatakan, beragam bantuan material mulai berdatangan sejak Sabtu (1/7/2023) hingga Minggu (2/7). Bantuan yang diterima itu diperkirakan bisa membenahi kondisi rumah secara lebih baik daripada sebelumnya.
”Kami menerima bantuan keramik. Padahal, sebagian lantai dari bangunan yang rusak terdampak gempa sebelumnya masih berupa lantai semen dan sebagian tanah,” ujarnya, Minggu.
Bantuan material tersebut berdatangan dari berbagai dinas dan instansi yang tidak diingatnya satu per satu. Selain keramik, bantuan yang sudah diterima tersebut, antara lain, berupa batako, pasir, semen, dan sejumlah pintu.
Sudarbo menuturkan, di RT 006, terdapat dua rumah yang terdampak gempa. Satu rumah mengalami rusak ringan dengan sebagian tembok retak. Ada pula satu rumah dengan tingkat kerusakan lebih parah, milik Ponem (80). Sebagian dinding di dapur dan ruang shalat berukuran 3 meter x 7 meter persegi roboh.
Sementara itu, di Dusun Dodogan, Kelurahan Srigading, Kecamatan Sanden, bantuan juga sudah mengalir untuk perbaikan rumah Sri Surati (69). Bantuan tersebut diterima dalam bentuk uang tunai sebesar Rp 5 juta dari pihak Kepolisian Resor (Polres) Bantul. Kerusakan di rumah Sri Surati terjadi pada bagian atap dan sebagian tembok ruang tidurnya.
Kepala Dusun Dodogan Kevinanto mengatakan, perbaikan dilakukan mengikuti ketersediaan bantuan tersebut. ”Karena baru bantuan tersebut yang kami terima, maka uang tersebut akan kami belanjakan untuk membeli kayu dan difokuskan untuk perbaikan atap kamar terlebih dahulu,” ujarnya.
Setelah berbelanja material kayu pada Minggu, Kevinanto mengatakan, dia akan mengoordinasikan warga untuk melakukan gotong royong memperbaiki atap rumah Sri pada Senin (1/7/2023). Perbaikan selanjutnya akan dilakukan sembari menunggu tambahan bantuan lain.
Sebagian besar dari 144 rumah di Dusun Dodogan turut terdampak gempa dengan berbagai jenis kerusakan, mulai dari genteng atau balok penyangga atap yang melorot hingga tembok retak-retak. Namun, hingga Minggu, baru ada delapan rumah yang dilaporkan warga rusak terdampak gempa.
”Karena tingkat kerusakannya ringan, banyak warga memilih untuk berswadaya memperbaiki rumah sendiri,” ujar Kevinanto.
Sabtu kemarin saya masih pusing, nyut-nyutan teringat getaran gempa.
Saat gempa terjadi, Sri yang tinggal sendirian di rumah hanya bisa berdiam diri di tempat tidur. Dia mengaku sudah tidak bisa lari atau menggerakkan kaki dengan cepat tanpa bantuan orang lain. Warga sekitar pun sempat panik, khawatir dan kebingungan mencari-cari Sri.
Saat ditemui, Sri mengaku, dirinya baru merasakan pulih dan lebih tenang pada Minggu. ”Sabtu kemarin saya masih pusing, nyut-nyutan teringat getaran gempa,” ujarnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Agus Yuli Hermawan mengatakan, hingga Minggu, pihaknya masih terus berupaya memperbarui dampak kerusakan akibat gempa di selatan Yogyakarta.
Berdasarkan data terakhir yang berhasil dihimpun, sebanyak 95 rumah warga rusak ringan, satu warga meninggal, dan delapan warga luka-luka. Total estimasi kerugian akibat gempa sementara ini terdata Rp 69.990.000.
Agus mengatakan, banyak bantuan mulai diterima BPBD dari berbagai pihak. Belum mendata keseluruhan bantuan, BPBD Kabupaten Bantul saat ini hanya berupaya membantu penyalurannya.
”Kami mendampingi pihak penyumbang agar bantuan bisa benar-benar diterima dan dirasakan manfaatnya oleh warga terdampak,” ujarnya.