Gempa di Selatan Yogyakarta, Pemda DIY Fokus Identifikasi Dampak Kerusakan
Pemerintah DIY fokus melakukan identifikasi dampak kerusakan akibat gempa, Jumat (30/6/2023). Rehabilitasi bangunan dengan tingkat kerusakan ringan dan sedang ditangani lewat gotong royong warga.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
GUNUNGKIDUL, KOMPAS — Gempa bumi berkekuatan M 6,0 di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (30/6/2023) malam, mengakibatkan ratusan bangunan rusak. Pemerintah daerah memfokuskan penanganan dengan identifikasi dampak bencana tersebut. Rehabilitasi bangunan warga berkategori rusak ringan dan sedang ditangani lewat cara gotong royong masyarakat.
Laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hingga Sabtu (1/7/2023) siang, terdapat 206 bangunan yang dilaporkan rusak karena guncangan gempa bumi, Jumat malam. Dari jumlah tersebut, sebanyak 12 unit berupa fasilitas perkantoran, 5 unit fasilitas ibadah, 4 unit fasilitas pendidikan, 1 unit fasilitas kesehatan, 2 unit kandang ternak, 3 unit jaringan listrik, 1 unit tiang listrik, dan 6 unit fasilitas umum.
Kabupaten Gunungkidul menjadi daerah yang mencatatkan laporan kerusakan paling banyak. Rumah rusak sejumlah 116 unit, fasilitas perkantoran 11 unit, fasilitas ibadah 5 unit, fasilitas pendidikan 2 unit, kandang ternak 1 unit, dan jaringan listrik 1 unit. Sebagian besar tingkat kerusakannya tergolong ringan.
”Harapan saya, identifikasinya bisa cepat diselesaikan. Jadi, kalau memang membutuhkan rehabilitasi, juga bisa cepat dilakukan,” kata Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono saat ditemui setelah meninjau dampak kerusakan gempa di Taman Budaya Gunungkidul, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Sabtu siang.
Menurut Sultan, dampak gempa, Jumat malam, jauh lebih ringan dibandingkan dengan bencana serupa yang terjadi pada 2006. Untuk itu, ia menilai tak perlu mengeluarkan status tanggap darurat. Pihaknya juga mendorong supaya kerusakan bangunan warga yang tergolong ringan agar ditangani secara gotong royong oleh masyarakat setempat.
”Sekarang, kan, tetap bisa tinggal di rumah sendiri-sendiri. Hanya mungkin ada genting yang melorot. Mungkin warga masyarakat bisa bergotong royong mengembalikan lagi,” kata Sultan.
Pelaksana Harian Kepala Pelaksana BPBD DIY Danang Samsurizal menyampaikan, tim reaksi cepat langsung diterjunkan guna mengumpulkan data dampak bencana segera seusai gempa. Hasilnya menunjukkan sebagian besar hanya mengalami kerusakan ringan.
Meski demikian, lanjut Danang, titik laporan kerusakan diterima dari banyak wilayah. Lantas, ia memilih strategi penanganan dengan mengoptimalkan sukarelawan dari setiap lokasi kejadian. Pemerintah sekadar memberikan dukungan tambahan jika kelak dibutuhkan.
”Di masyarakat, kami sudah membentuk kelurahan (desa) tangguh bencana. Sekarang saatnya mereka untuk menunjukkan ketangguhannya. Polanya nanti kami akan gotong royong dan pemerintah berikan bantuan,” kata Danang.
Berdasarkan pantauan Kompas, Sabtu sore, empat rumah mengalami kerusakan cukup parah di Dusun Kuwon Tengah, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Bentuk kerusakan terentang dari tembok jebol hingga atap ambrol. Memang tidak ada kerusakan struktur bangunan. Hanya saja, sebagian warga tidak berani tidur di dalam rumah masing-masing. Mereka memilih tidur di teras, rumah saudara, atau halaman rumah.
Wakiman (77), salah seorang warga setempat, memilih untuk bermalam di halaman rumah menggunakan tenda bersama istrinya. Akibat gempa tersebut, beberapa tembok bagian rumahnya jebol dan retak. Terdapat pula genting yang rontok. Puing-puing pecahan genting masih tersisa di dalam rumah. Saat ini ia belum memikirkan renovasi rumahnya agar bisa ditinggali kembali.
”Tinggal di tenda saja dulu. Saya mau kembali ke rumah masih trauma gempa 2006. Waktu itu rumah saya rata tanah. Apalagi ini istri sedang stroke, jadi di tenda saja dulu,” kata Wakiman.