Pengumpulan Zakat dan Kurban di Jabar Meningkat, Ridwan Kamil Nilai Ekonomi Warga Membaik
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menilai perekonomian umat Islam di Jabar membaik karena pengumpulan zakat melampaui target pada tahun 2022. Nilai kurban juga meningkat Rp 152 miliar daripada tahun lalu.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Perekonomian warga, khususnya umat Islam, di Jawa Barat dinilai membaik dilihat dari pertumbuhan nilai zakat dan kurban pada tahun 2023. Tidak hanya perbedaan nilai kurban yang mencapai Rp 152 miliar dibandingkan dengan tahun lalu, pengelolaan zakat juga telah melampaui target tahun 2022.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyatakan, peningkatan itu membuktikan perekonomian umat Islam di Jabar semakin membaik. Dia berharap pertumbuhan tersebut menandakan aktivitas ekonomi di Jabar kembali pulih setelah pandemi Covid-19.
”Ekonomi umat Islam Jabar yang jumlahnya 46 juta jiwa meningkat pesat. Jumlah nilai kurban dibandingkan dengan tahun lalu meningkat sekitar Rp 152 miliar. Zakat yang dikelola sampai Juli bahkan sudah Rp 3,2 triliun,” paparnya, di Masjid Raya Al-Jabbar, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/6/2023).
Menurut Emil, nilai zakat di pertengahan tahun ini telah melampaui target selama tahun 2022 yang mencapai Rp 2,4 triliun. Sementara itu, jumlah hewan kurban mencapai 261.000 ekor. Hal ini, lanjutnya, terjadi karena daya beli masyarakat yang meningkat.
”Diprediksi pengumpulan dana zakat di Jabar mencapai hingga akhir Desember (2023) senilai Rp 3,7 triliun. Dua angka (kurban dan zakat) ini menunjukkan ekonomi telah pulih. Jumlah orang yang membayar zakat meningkat ini menjadi berita baik,” ujarnya.
Dari ratusan ribu hewan kurban di Jabar tersebut, hampir 12.000 hewan di antaranya dibagikan di Kota Bandung. Pelaksana Harian Wali Kota Bandung Ema Sumarna memaparkan, hewan yang dipotong ini terdiri dari 6.025 sapi dan 5.705 domba.
”Pelaksanaan kurban di Kota Bandung kondusif. Kemarin ada 30 lokasi yang melaksanakan shalat Idul Adha, tetapi penyembelihan digabung hari ini. Dagingnya diberikan kepada warga sekitar, diprioritaskan kepada yang secara ekonomi kurang berkemampuan,” ujarnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar menambahkan, jumlah hewan kurban saat ini berasal dari 16.213 ekor hewan yang telah diperiksa. Hewan yang tidak layak didominasi umur yang belum cukup.
”Ada juga hewan yang tidak sehat seperti terkena penyakit mulut, tapi bukan PMK (penyakit mulut dan kuku). Ada luka, sakit mata, hingga diare. Penyakit ini tidak menular,” ujarnya.
Swasembada
Ridwan Kamil juga berharap permintaan hewan kurban yang meningkat diikuti dengan pengembangan sektor peternakan berkuku belah. Apalagi, saat ini kebutuhan sapi untuk kurban di Jabar sebagian besar didatangkan dari luar daerah.
”Hari ini masih swasembada karbohidrat, tetapi protein belum. Semoga suatu hari nanti negeri ini bisa swasembada protein, dari sapi salah satunya,” ujar Emil.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar Moh Arifin Soedjayana, jumlah sapi yang didatangkan dari luar Jabar untuk kebutuhan kurban mencapai 80 persen. Sebagian besar berasal dari Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Jawa Timur.
”Untuk kebutuhan sapi saat hari raya Idul Adha, rata-rata setiap tahun mencapai 80.000 ekor. Namun, Jabar hanya punya sedikitnya 150.000 ekor. Itu sudah termasuk pedet (anak sapi) dan induknya,” papar Arifin.
Di sisi lain, kebutuhan daging sapi tidak hanya sebatas saat kurban. Arifin berujar, Jabar adalah salah satu daerah konsumen sehingga swasembada daging sapi bisa menentukan kemandirian pangan dalam negeri.
”Saat ini kami mengembangkan genetika lokal, yaitu sapi pasundan yang dikenal memiliki produktivitas tinggi. Pemurnian dan peningkatan kualitas sapi lokal ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujarnya.