Gubernur Khofifah: Jadikan Kurban sebagai Referensi Kesalehan Sosial
Ibadah kurban harus jadi referensi kesalehan sosial bagi masyarakat. Hanya generasi yang saleh yang bisa mewarisi, mengelola, dan memakmurkan bumi ini dengan baik.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, ibadah kurban harus jadi referensi kesalehan sosial bagi masyarakat. Hal itu dilakukan dengan saling berbagi bahagia dan saling memberikan sapaan kesejahteraan bagi sesama warga di lingkungan sekitar.
”Mudah-mudahan Allah memberikan tambahan ketakwaan kepada kita semua dan menganugerahkan putra putri yang saleh salihah seperti yang diteladankan oleh Nabi Ismail,” ujar Khofifah, Kamis (29/6/2023).
Dalam kesempatan itu, Gubernur mengucapkan selamat Idul Adha 1444 Hijriah. Dia pun berdoa agar Allah menganugerahkan semua kekuatan ketakwaan, keimanan, dan kesalehan. Mantan Menteri Sosial itu pun berdoa, Allah akan memberikan rido dan barokah kepada masyarakat Jatim.
Khofifah melaksanakan shalat Idul Adha di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya bersama Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak. Dalam kegiatan tersebut, khotbah disampaikan oleh Profesor Muhammad Nuh.
Mantan Menteri Pendidikan Nasional ini mengajak masyarakat senantiasa bersyukur sebagai syarat memenangi pertarungan dalam kehidupan ini. Bersyukur atas pemberian, nikmat, dan kesempatan yang diberikan oleh Allah. Hal itu karena besarnya nilai dari nikmat itu baru terasa pada saat nikmat itu tercabut.
Pada saat perayaan Idul Adha, sebagian orang di dunia tengah menjalani serangkaian ibadah haji. Mereka menjadi tamu yang dimuliakan Allah. Ibadah haji adalah ibadah yang penuh pergerakan sehingga bersifat dinamis. Pergerakan itu tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga melibatkan orang lain.
”Karena itu, kalau kita semua mementingkan diri sendiri, itu tidak baik. Dalam kehidupan kita harus mengawinkan antara kompetisi, musabaqoh, dengan kolaborasi muawanah,” kata Nuh.
Pada saat kita gunakan logika kompetisi, lanjut Nuh, konsep yang digunakan adalah harus menang dan mengalahkan yang lain. Namun, apabila menggunakan filosofi muawanah, kolaborasi, untuk memenangi kompetisi, tidak harus mengalahkan orang lain. Kedua pihak bisa sama-sama menang. Itulah konsep sinergi yang akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Konsep kolaborasi dan sinergi tersebut sejalan dengan keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mereka selalu menggunakan rasio, logika, berpikir terbuka sebagai basis kwoledge society, yakni masyarakat yang berbasis pengetahuan. Itulah ciri khas masyarakat modern. Namun, kekuatan logika tidak selamanya menang.
Oleh karena itulah, ciri khas generasi yang saleh adalah utuhnya kompetensi yakni tilawah, tazkiah, dan ta’alim atau attitude, skill, dan knowledge (sikap, keterampilan, dan pengetahuan). Hanya generasi yang saleh yang bisa mewarisi, mengelola, dan memakmurkan bumi ini dengan baik.
Hanya generasi yang saleh yang bisa mewarisi, mengelola, dan memakmurkan bumi ini dengan baik.
Pelaksanaan kurban di Jatim secara umum berjalan lancar meski tidak bersamaan. Terkait penyembelihan hewan kurban harus digunakan prinsip animal welfare. Selain itu, harus sehat dan baik untuk hewan kurban serta dapat dikonsumsi sesuai prinsip kesejahteraan dan memenuhi syarat sesuai dengan fikih.
”Maka, tentu kita harus menuju ke sana. Hewan kurban jangan dibanting, tetapi direbahkan,” ucap Khofifah. Sebab, kesejahteraan hewan berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat. Jika hewan kurban sehat, hal itu akan mendatangkan kebaikan bagi yang berkurban dan yang mengonsumsinya.
”Proses pemotongan hewan kurban itu konvergen. Jika hewan ternak yang menjadi kurbannya sehat, sudah dalam monitoring, serta hewan memenuhi syarat, dan proses penyembelihan mengedepankan animal welfare, maka yang mengonsumsi akan sehat juga sebab dagingnya halalan toyiban,” ujar Khofifah.
Dia berpesan kepada semua rumah pemotongan hewan di Jatim untuk tak lupa memperlakukan hewan ternak dengan baik sebagai bagian dari syariat dan syarat kurban. Bukan hanya saat Idul Adha, tetapi juga seterusnya.
Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama ini memastikan hewan ternak di Jatim dalam keadaan sehat dan terbebas dari lumpy skin disease (LSD) serta penyakit mulut dan kuku (PMK). Berdasarkan data Dinas Peternakan Jatim, proyeksi kebutuhan ternak kurban tahun 2023 mencapai 304.108 ekor. Adapun ketersediaan hewan kurban di Jatim mulai dari sapi, kambing, domba, hingga kerbau mencapai 2.014.660 ekor. Karena itu, untuk hewan kurban Jatim 2023 masih surplus 1.710.444 ekor.
Untuk mencegah sebaran penyakit menular pada ternak di Jatim, pemerintah provinsi telah mengalokasikan 5.764.350 dosis vaksin PMK dan telah terealisasi 4.825.992 dosis.