Sebagian Umat Islam di Padang Rayakan Idul Adha Hari Ini
Perbedaan tanggal hari raya Idul Adha 1444 Hijriah adalah hal biasa dan diharapkan tidak mengurangi rasa persatuan di tengah masyarakat.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sebagian umat Islam di Kota Padang, Sumatera Barat, merayakan Idul Adha 1444 Hijriah, Rabu (28/6/2023), lebih awal sehari daripada ketetapan pemerintah. Walakin, perbedaan tanggal hari raya ini diharapkan tak mengurangi rasa persatuan di tengah masyarakat.
Salah satu masjid yang menggelar shalat Id, Rabu pagi, adalah Masjid Hadiqatul Iman, Kelurahan Dadok Tunggul Hitam, Kecamatan Koto Tangah. Ratusan jemaah mengisi saf hingga ke sisi kiri, kanan, dan depan serambi masjid.
Pengurus Masjid Hadiqatul Iman, Yusran Lubis, menjelaskan, penyelenggaraan shalat Id pada Rabu pagi merupakan keputusan dari hasil musyawarah anggota pengurus masjid. Meskipun lebih awal dari pemerintah yang menetapkan hari raya, Kamis (29/6/2023) besok, hal itu tak jadi persoalan.
”Jadi, tidak ada permasalahan. Yang hari ini boleh, yang besok juga boleh. Dan itu tidak menjadi sebuah pertentangan,” kata Yusran di hadapan jemaah menjelang shalat Id digelar.
Yusran menambahkan, penyembelihan hewan kurban jemaah Masjid Hadiqatul Iman dilakukan Kamis besok. Ada sepuluh sapi yang akan disembelih dan dibagikan kepada masyarakat.
Samsidar (70), anggota jemaah shalat Id, mengatakan, perbedaan tanggal hari raya merupakan hal biasa. Tidak ada persoalan terkait perbedaan tersebut karena tiap-tiap keputusan itu sama-sama ada dalilnya.
”Semuanya tergantung keyakinan kita masing-masing, tidak ada masalah. Tidak pula merusak kerukunan dan persatuan umat,” kata Samsidar, seusai shalat Id. Walakin, ia berharap ke depan, hari raya bisa serentak agar terasa lebih semarak.
Keteladanan Ibrahim
Imam dan khatib shalat Id pada kesempatan ini adalah ustaz Bakri, dosen tahfiz Quran Sekolah Tinggi Ilmu Alquran Provinsi Sumbar. Dalam khotbah, ia menyampaikan pesan tentang kisah keteladanan Nabi Ibrahim AS dan anaknya Ismail. Kisah kedua sosok ini pulalah yang kemudian menjadi awal mula hari raya Idul Adha.
Ustaz Bakri mengatakan, ada tiga faktor yang membuat keimanan Nabi Ibrahim AS benar-benar diakui Allah SWT. Pertama, Ibrahim didukung anak dan istri yang saleh dan penyantun. ”Untuk mendapatkan anak saleh, orangtua harus jadi orang shaleh dulu,” katanya.
Kedua, kecintaan Ibrahim kepada Allah melebihi segala-galanya. Ibrahim puluhan tahun mendambakan kehadiran anak hingga akhirnya lahir Ismail. Namun, ketika Ismail beranjak remaja, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelihnya.
Tanpa penolakan, Ibrahim melaksanakan perintah itu sebagai bentuk ketaatan. Ia yakin Allah mahabesar dan mahaadil. Saat penyembelihan, Allah mengganti Ismail dengan kibas, hewan ternak sejenis domba. ”Ibrahim saja tidak berat, bagaimana dengan kita? Untuk membuktikan cinta kepada Allah, kita harus berkurban,” ujar ustaz Bakri.
Ketiga, Ibrahim lulus dari berbagai ujian. Banyak ujian yang diterima Ibrahim mulai dari perbedaan aqidah dengan ayahnya dan diancam dirajam dan diusir hingga diperintahkan Allah untuk menyembelih anak semata wayangnya. Namun, ujian itu bisa ia lewati.
”Mudah-mudahan khotbah singkat ini mewarnai kehidupan kita dan mudah-mudahan bisa kita teladani. Kita ambil ibrah (pelajaran) dari perjalanan Nabi Ibrahim,” kata ustaz Bakri.