Evakuasi Dua Awak dan Empat Penumpang SAM Air Terhalang Cuaca Buruk
Upaya evakuasi dua awak dan empat penumpang pesawat SAM Air yang terjatuh di area pegunungan Kabupaten Yalimo terhalang cuaca buruk.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Upaya evakuasi dua awak dan empat penumpang pesawat SAM Air yang jatuh di wilayah pegunungan Distrik Welarek, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan, Sabtu (24/6/2023), terhalang cuaca buruk. Kondisi awak dan para penumpang belum diketahui hingga kini.
Komandan Pangkalan Udara Silas Papare, Marsekal Pertama Mochammad Dadan Gunawan, saat ditemui di Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu sore, mengungkapkan, enam personel tim SAR gabungan telah tiba di lokasi jatuhnya pesawat. Akan tetapi, proses evakuasi tak bisa dilanjutkan karena kondisi cuaca yang berkabut.
Dadan memaparkan, upaya evakuasi para korban kecelakaan pesawat SAM Air akan dilaksanakan kembali pada Minggu (25/6/2023) pagi. Sebanyak 14 personel tim SAR gabungan itu terdiri atas 9 personel SAR Jayapura dan 5 personel Komando Pasukan Gerak Cepat TNI AU.
Pesawat SAM Air dengan nomor penerbangan PK-SMW jatuh di gunung setelah tujuh menit lepas landas dari Bandara Elelim, Yalimo, Jumat kemarin, pukul 10.53 WIT. Pesawat membawa dua awak dan empat penumpang dengan rute Kampung Poik, Distrik Welarek, Yalimo.
Sementara identitas pilot adalah Kapten Hari Permadi dan Levi Murib selaku kopilot. Adapun identitas empat penumpang adalah Bartolomeus, Kilimputni, Ebet Halerohon, dan Dormina Halerohon.
Tim SAR gabungan yang menggunakan helikopter milik PT Intan Angkasa Air menemukan pesawat SAM Air dengan nomor penerbangan PK-SMW di area pegunungan sekitar pukul 16.10 WIT. Badan pesawat dalam kondisi hancur dan terbakar.
”Enam personel tim SAR gabungan akan bermukim di sana demi menyelamatkan para korban. Menurut rencana, proses evakuasi menggunakan metode hoist, yakni mengangkat korban dengan menggunakan helikopter Caracal HT-7201 milik TNI Angkatan Udara,” papar Dadan.
Ia pun menuturkan, tantangan dalam proses evakuasi korban adalah kondisi geografis yang sulit. Selain itu, faktor cuaca di wilayah pegunungan Papua yang cepat berubah.
”Badan pesawat SAM Air berada pada ketinggian sekitar 5.800 meter di atas permukaan laut. Sementara tingkat kemiringan di lokasi jatuhnya pesawat mencapai 40 derajat,” tutur Dadan.
Sementara itu, Yuliana selaku koordinator posko antemortem dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Papua mengatakan, pihaknya telah mengambil data antemortem dari kerabat dua awak pesawat SAM Air. ”Data yang diberikan kerabat kedua awak pesawat ini, antara lain, tinggi dan berat badan, foto, benda yang dipakai, tanda lahir, dan bekas luka,” ucap Yuliana.
Fahmi, adik kandung dari Kapten Hari Permadi, berharap tim SAR gabungan bisa menemukan kakaknya yang berusia 40 tahun. Ia mengungkapkan, Hari telah mengabdikan hidupnya sekitar 10 tahun sebagai pilot di wilayah pedalaman Papua.
”Kakak saya tinggal di Jayapura dengan istri dan dua anaknya. Saya telah menyerahkan seluruh data antemortem yang dibutuhkan pihak Bidokkes Polda Papua,” tutur Fahmi.