Stok Hewan Kurban di Lampung 87.660 Ekor, Pengawasan Kesehatan Dilakukan
Pemerintah Provinsi Lampung menyatakan stok hewan kurban surplus jika dibandingkan dengan kebutuhan pada Hari Raya Idul Adha 2023. Pengawasan kesehatan hewan diperketat di tengah fenomena penyebaran LSD.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Lampung menyatakan, stok hewan kurban mengalami surplus jika dibandingkan dengan kebutuhan pada Hari Raya Idul Adha 2023. Pengawasan kesehatan hewan diperketat di tengah fenomena penyebaran virus penyakit kulit berbenjol atau lumpy skin disease (LSD).
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Lili Mawarti mengatakan, ketersediaan hewan kurban di Lampung tahun ini sebanyak 87.660 ekor. Jumlah itu terdiri dari sapi sebanyak 21.917 ekor, kerbau 646 ekor, kambing 59.558 ekor, dan domba 5.539 ekor.
Sementara itu, kebutuhan hewan kurban sebanyak 73.365 ekor atau naik sekitar 2 persen dari tahun lalu. Kebutuhan hewan kurban diprediksi meliputi sapi sebanyak 18.171 ekor, kerbau 168 ekor, kambing 54.387 ekor, dan domba 639 ekor.
Dengan begitu, terdapat kelebihan 14.295 ekor stok hewan kurban. ”Kalau dilihat antara ketersediaan dan kebutuhan, stok hewan kurban di Lampung surplus,” kata Lili di Bandar Lampung, Jumat (23/6/2023).
Menurut dia, pemerintah daerah di tingkat provinsi dan kabupaten telah mengerahkan petugas untuk mengecek kesehatan hewan di sentra peternakan dan lapak-lapak penjualan hewan kurban di Lampung. Pemeriksaan kesehatan juga dilakukan untuk hewan ternak yang masuk atau keluar Lampung.
Total ada 1.116 petugas pemeriksa yang dikerahkan di 15 kabupaten/kota di Lampung. ”Kami juga bekerja sama dengan petugas Balai Karantina Pertanian untuk mengawasi lalu lintas ternak. Pemilik ternak harus melengkapi dengan surat keterangan sehat,” katanya.
Kalau dilihat antara ketersediaan dan kebutuhan, stok hewan kurban di Lampung surplus. (Lili Mawarti)
Berdasarkan data Dinas Peternakan Kesehatan Hewan Lampung, hingga Mei 2023 terdapat 619 ternak di Lampung yang terkena penyakit kulit berbenjol atau LSD. Sementara populasi sapi di Lampung sekitar 900.000 ekor.
Memperketat
Meski persentase penyebaran LSD tidak begitu besar dibandingkan dengan populasi ternak, petugas berupaya mencegah LSD meluas. Salah satunya dengan meminta peternak memperketat bio sekuriti di area kandang. Pemerintah juga memberikan bantuan berupa disinfektan kepada peternak. Vaksinasi juga terus diupayakan.
Sementara itu, M Kamin (51), pedagang hewan kurban di Bandar Lampung, menilai, penjualan hewan kurban tahun ini menurun. Ia memprediksi penurunan penjualan hewan kurban disebabkan momentum Hari Raya Idul Adha 2023 berbarengan dengan kenaikan kelas. Kondisi itu membuat sebagian keluarga lebih memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak.
”Biasanya saya bisa menjual sampai 150 ekor hewan kurban. Tahun ini baru terjual 30 ekor,” kata Kamin.
Ia mengatakan, harga hewan kurban juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun ini, harga kambing dibanderol seharga Rp 2,5 juta-Rp 3 juta per ekor. Sementara harga jual sapi untuk kurban berkisar Rp 22 juta–Rp 40 juta per ekor. Harga jual bergantung pada jenis dan bobot hewan kurban.
”Tahun ini tidak ada lagi kambing kurban yang harganya di bawah Rp 2 juta, begitu juga sapi harganya paling murah Rp 22 juta,” katanya.
Sebagai pedagang, ia sudah meminta petugas untuk memeriksa kesehatan hewan. Menurut dia, surat keterangan sehat ternak penting karena dapat meningkatkan kepercayaan calon pembeli.