Gempa Dangkal Terjadi Tiga Kali di Cirebon, BPBD: Tidak Ada Kerusakan
Gempa dangkal di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sudah terjadi tiga kali hingga Kamis (15/6/2023) sore. Gempa yang terjadi akibat aktivitas Sesar Cirebon.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Gempa dangkal di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sudah terjadi tiga kali hingga Kamis (15/6/2023) sore. Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Cirebon menyebutkan, tidak ada laporan kerusakan akibat gempa berkekuatan magnitudo 2,9 dan 3,2 itu.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi kembali terjadi pada pukul 16.06 selama lebih dari 57 detik di sekitar 12 kilometer arah tenggara Kota Cirebon. Gempa berkekuatan M 2,9 itu berlangsung di darat dengan kedalaman hanya 10 km.
Gempa tersebut dirasakan, antara lain, di wilayah Kota Cirebon, Sindang Pancuran, dan Karangsembung. Adapun skala intensitasnya tercatat II MMI. Artinya, getaran itu dirasakan oleh beberapa orang. Benda-benda ringan yang digantung juga bergoyang.
Gempa itu merupakan rangkaian gempa bumi bermagnitudo 3,2 pada pukul 07.25 selama lebih dari 18 detik. Lokasinya di 11 kilometer arah tenggara kota dengan kedalaman gempa 7 km. Sebelum itu, ada gempa berkekuatan M 2,9 pukul 06.20 selama lebih 20 detik dengan kedalaman hanya 5 km.
Dengan demikian, sudah terjadi tiga gempa hingga Kamis sore. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon Deni Nurcahya mengatakan telah menurunkan tim untuk mengecek dampak gempa itu. Sejauh ini, gempa terasa di dua kecamatan, yakni Karangsembung dan Astanajapura.
Berdasarkan pemantauan petugas BPBD bersama aparat dari dua kecamatan tersebut, lanjutnya, warga melaporkan adanya guncangan dan dentuman. ”Tetapi, tidak terjadi kerusakan terhadap rumah-rumah warga maupun bangunan lainnya. Kondisi saat ini kondusif,” ujarnya.
Meskipun demikian, Deni meminta masyarakat di daerah itu tetap waspada. Jika merasakan guncangan, warga diharapkan segera menyelamatkan diri dengan keluar rumah. ”Kami juga selalu siaga 24 jam dan memantau terus perkembangan di grup (percakapan),” katanya.
Suwandi (30), warga Dusun II, Desa Buntet, Kecamatan Astanajapura, mengatakan, gempa membuat warga panik. ”Yang bikin panik warga itu, (gempa) yang pertama karena dentumannya beruntun, deg, deg, deg. Itu disertai dengan goyangan juga,” ungkapnya.
Ia bersama sejumlah warga pun lari keluar rumah karena khawatir dampak gempa. Mereka juga sempat bersiaga di teras rumah. Menurut dia, baru kali ini terjadi gempa di Buntet. Ia berharap tidak ada kerusakan akibat gempa. Apalagi, banyak pondok pesantren berdiri di sana.
Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Hartanto dalam siaran persnya menyebutkan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa di Cirebon termasuk dangkal. ”Gempa bumi yang terjadi merupakan akibat aktivitas Sesar Cirebon,” tulisnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Warga dapat mengakses informasi resmi yang bersumber dari BMKG via @infoBMKG atau laman http://www.bmkg.go.id.
Potensi gempa di Cirebon terdapat dalam Pemutakhiran Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017. Sejumlah sesar baru teridentifikasi melalui sejumlah kota besar padat penduduk, seperti Bandung, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Purwodadi, Cepu, dan Surabaya (Kompas, 5/9/2017).
Gempa bumi yang terjadi akibat aktivitas Sesar Cirebon.
Bahkan, gempa dangkal juga pernah merusak Jawa pada abad ke-17 sesuai catatan Stacey S Martin, Phil R Cummins, dan Aron J Meltzner di Bulletin of the Seismological Society of America, Oktober 2022. Gempa darat itu, antara lain, terjadi pada 25 Oktober 1875 di dekat Kuningan dan di Cirebon pada 16 November 1847 (Kompas, 7/2/2023).