Persiapan Kurban, Sidoarjo Target Latih 120 Juru Sembelih Halal
Sidoarjo menargetkan pemberian pelatihan terhadap 100 juru sembelih hewan dari kalangan pengurus masjid dan 20 juru sembelih dari kalangan pelaku usaha tahun ini.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sedikitnya 120 juru sembelih dari pengurus masjid dan pelaku usaha di Sidoarjo akan segera mendapat pelatihan penyembelihan halal tahun ini. Keahlian mereka akan mendukung pembangunan ekosistem halal di Jawa Timur.
Kepala Bidang Produksi Peternakan di Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Tony Hartono mengatakan, pelatihan bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi juru sembelih.
Kemampuan mumpuni diyakini bisa menghasilkan sumber pangan hewani yang aman, sehat, utuh, halal, dan sesuai standar kesejahteraan hewan.
”Tahap pertama untuk 20 orang dari kalangan pelaku usaha seperti juru sembelih di rumah potong hewan. Selanjutnya, pelatihan diberikan kepada 100 pengurus masjid di Sidoarjo,” ujar Tony, Kamis (8/6/2023).
Selain mewujudkan ekosistem halal, pelatihan juga dilakukan untuk kebutuhan hewan korban. Tahun 2022, kebutuhannya di Sidoarjo mencapai 7.000 ekor sapi dan 14.000 ekor kambing atau domba. Penyembelihan hewan kurban biasanya berlangsung selama dua hari, Lebaran hari pertama dan kedua.
Tony menambahkan, pihaknya juga memberikan pengetahuan tentang perkembangan penyakit terkini. Beberapa di antaranya lumpy skin disease, cacing hati, dan penyakit mulut kuku pada hewan ternak.
Selain itu, Pemkab Sidoarjo juga akan menggandeng organisasi keagamaan untuk memperluas jangkauan pelatihan terhadap juru sembelih hewan kurban di wilayahnya. Hal itu sekaligus untuk menyiasati keterbatasan anggaran pelatihan.
Penguatan juru sembelih halal atau juleha Pemkab Sidoarjo selaras dengan program percepatan industri halal Pemprov Jatim. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menegaskan, penguatan juleha dan rumah potong hewan (RPH) halal sangat penting. Keberadaan mereka menjadi bagian dari ikhtiar memberikan perlindungan halal bagi konsumen.
”Kita ingin memberikan layanan terbaik kepada masyarakat, termasuk di dalamnya perlindungan konsumen, bagaimana masyarakat Muslim mendapatkan perlindungan kehalalan dari produk yang dikonsumsinya,” ujar Khofifah.
Ekonomi Jawa Timur didukung oleh ekonomi berbasis syariah, termasuk industri halal. Oleh sebab itu, terjaminnya produk halal menjadi hal yang tidak bisa diabaikan.
Berdasar data Global Islamic Economy Indicator dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE) tahun 2022, ekonomi syariah Indonesia menempati posisi di bawah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Padahal, jumlah penduduk Muslim di Indonesia sangat besar.
Oleh karena itulah, lanjut Khofifah, penguatan industri halal melalui penguatan juru sembelih halal memiliki peran untuk memperkuat ekonomi syariah. Apalagi, saat ini masih banyak dijumpai proses penyembelihan hewan di rumah potong hewan ataupun tempat penggilingan daging belum memenuhi persyaratan menjaga kehalalan.
Selain proses penyembelihan yang halal, Khofifah juga menekankan pentingnya proses penyembelihan tanpa penyiksaan terhadap hewan atau memenuhi standar kesejahteraan hewan. Pemprov Jatim pun meminta dukungan dari berbagai pihak yang terlibat terutama pelaku usaha dan pemerintah daerah.