Permintaan hewan kurban yang cenderung meningkat setiap tahun berpeluang menjadi momentum memacu kebangkitan usaha peternakan rakyat di Jawa Timur.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
Permintaan hewan kurban yang cenderung meningkat setiap tahun berpeluang menjadi momentum memacu kebangkitan usaha peternakan rakyat di Jawa Timur. Syaratnya, semua pihak harus berkolaborasi mengatasi ancaman lumpy skin disease. Selain itu, lebih gencar mempromosikan ketersediaan hewan ternak yang sehat.
Provinsi di ujung timur Pulau Jawa ini sejatinya telah lama menjadi penyangga komoditas hasil peternakan seperti daging, telur, dan produksi ternak ikutan lainnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, populasi sapi potong tahun 2022 sebanyak 5.070.240 ekor dengan produksi daging 110.991.175 kilogram.
Adapun populasi sapi perah sebanyak 314.385 ekor dengan produksi susu 543.000 ton. Sementara populasi kambing 3.897.185 ekor dan domba 1.458.157 ekor. Dengan populasi tersebut, Jatim berpeluang menjadi pemasok hewan ternak secara nasional untuk kebutuhan kurban pada Idul Adha 1443 Hijriah.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Provinsi Jatim, ketersediaan sapi potong yang memenuhi kriteria hewan kurban sebanyak 1.003.700 ekor. Jumlah itu jauh melebihi proyeksi kebutuhan hewan kurban sapi untuk Jatim tahun 2023 yaitu 56.851 ekor. Oleh karena itu, Jatim mengalami surplus sapi potong sebanyak 946.849 ekor.
Kondisi serupa terjadi pada hewan kurban jenis kambing yang total ketersediaannya di Jatim mencapai 729.600 ekor. Jumlah tersebut melebihi kebutuhan untuk hewan kurban tahun ini yang diprediksi 211.951 ekor. Dengan demikian, terdapat surplus kambing sebanyak 517.469 ekor.
Selain sapi dan kambing, hewan kurban yang banyak dicari masyarakat Indonesia adalah domba. Di Jatim, total ketersediaan domba yang masuk kriteria hewan kurban saat ini mencapai 277.000 ekor. Sementara itu, kebutuhan untuk kurban hanya 35.291 ekor sehingga terjadi surplus 241.709 ekor.
Untuk kerbau, ketersediannya mencapai 4.250 ekor. Namun, kebutuhan kurban tahun ini di Jatim diprediksi hanya 13 ekor sehingga terjadi surplus 4.237 ekor.
”Untuk Idul Adha tahun ini proyeksi kebutuhan hewan kurban Jatim sebanyak 483.859 ekor. Alhamdulillah di Jatim semua dalam kondisi cukup, bahkan surplus baik untuk sapi, kambing, domba maupun kerbau,” ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Melihat kondisi ternak yang surplus itul, Khofifah mengajak provinsi lain di Indonesia untuk membeli hewan kurban asal Jatim. Dia pun menjamin, hewan ternak dari wilayahnya dalam kondisi sehat dan baik karena sudah divaksin PMK (penyakit mulut dan kuku) dan LSD (lumpy skin disease).
”Saya mengajak daerah atau provinsi lain membeli hewan kurban dari Jatim karena kita surplus baik jumlah sapi, kambing, domba, dan kerbau. Semuanya dalam kondisi sehat dan baik. Semuanya dalam proses monitoring oleh tim dokter hewan sehingga insya Allah semuanya aman,” kata Khofifah.
Penyakit ternakKepala Dinas Peternakan Jatim Indyah Ariyani menambahkan, sejak tiga bulan terakhir, kasus PMK di Jatim sudah zero atau tidak ada kasus. Hal itu menjadi bagian penting untuk memastikan kesehatan hewan ternak, terutama untuk kebutuhan kurban.
Adapun terkait dengan penyakit LSD, upaya yang dilakukan adalah menggencarkan vaksinasi terhadap hewan ternak. Data sementara, vaksinasi LSD hingga kini telah mencapai 170.000 dosis. Jumlah vaksinasi ini akan terus ditambah untuk mengendalikan sebaran LSD dan membangkitkan kembali usaha peternakan rakyat. Saat ini paparan LSD telah menjangkau 26 kota dan kabupaten dari total 38 daerah di Jatim.
Upaya mengatasi penyakit LSD dan PMK juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah kabupaten dan kota, salah satunya Sidoarjo. Di daerah penyangga Surabaya ini, ada 1.400 sapi yang menjadi target vaksinasi LSD dari total populasi sapi potong dan perah sekitar 10.000 ekor.
Kepala Bidang Produksi Peternakan Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Tony Hartono mengatakan, selain vaksinasi, upaya mengendalikan laju serbaran penyakit LSD ditempuh dengan meningkatkan kebersihan kandang ternak. Terkait hal itu, pihaknya telah mengedukasi peternak agar rutin membersihkan kandang dan menyemprotkan desinfektan.
”Virus LSD ini menyebar melalui lalat sehingga peternak harus rutin menjaga kebersihan kandang dan kebersihan hewan ternaknya. Selain itu, apabila ditemukan ternak yang terindikasi gejala LSD, harus segera dipisahkan atau diisolasi di kandang tersendiri agar tidak menulari ternak lainnya,” kata Tony.
Dia menambahkan, masih dalam upaya mencegah sebaran penyakit ternak, pihaknya meningkatkan pengawasan lalu lintas hewan dari luar daerah. Ternak yang masuk Sidoarjo disyaratkan telah mengantongi surat keterangan kesehatan hewan dari dokter hewan di daerah asal.
Virus LSD ini menyebar melalui lalat sehingga peternak harus rutin menjaga kebersihan kandang dan kebersihan hewan ternaknya.
Peran peternak
Selain pemerintah provinsi dan pemda tingkat dua, peternak juga tak tinggal diam menghadapi serangan LSD yang mengancam kelangsungan usahanya. Peternak sapi di Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, Mustofa (55), mengatakan, ia rutin membersihkan kandang untuk menjaga kesehatan ternaknya.
Menjelang Idul Adha saat ini, dia mengaku banyak mendapat kunjungan dari calon pembeli. Bahkan, beberapa masjid sudah mulai memesan sapi untuk kebutuhan kurban. Pembeli sengaja memesan lebih awal untuk mendapatkan sapi terbaik dengan harga terjangkau.
”Alhamdulillah sudah banyak yang datang mencari hewan kurban. Untuk harga sapi saat ini masih normal sekitar Rp 21 juta hingga Rp 70 juta per ekor, tergantung beratnya,” ujar Mustofa.
Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, harga hewan kurban cenderung naik mendekati perayaan Idul Adha. Adapun kisarannya 5 persen hingga 10 persen dari harga normal. Dia memperkirakan permintaan kurban tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu karena taraf ekonomi masyarakat berangsur membaik.
Sebagai peternak, dia tak ingin membuang peluang ”panen” pada momentum perayaan kurban tahun ini. Oleh karena itu, Mustofa menjaga betul kesehatan hewan ternaknya agar bisa terjual dengan harga tinggi. Caranya dengan rutin memeriksa kondisi fisik hewan dan mengamati gejala-gejala yang muncul sejak dini.
Sebagai provinsi lumbung ternak terbesar nasional, Jatim harus lebih keras dalam berikhtiar membangkitkan usaha peternakan rakyat dari keterpurukan akibat serangan PMK dan LSD. Harapan selalu terbuka, setidaknya agar peternak bisa menikmati lebaran haji tahun ini dengan penuh ”kemenangan”.