Umat Buddha Diingatkan untuk Menjaga Kerukunan di Nusantara
Mereka yang mampu melawan diri sendiri itulah yang pantas disebut sebagai pemenang sejati.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Perayaan Tri Suci Waisak bermakna luas dan mendalam, mengingatkan segenap umat untuk mengimplementasikan salah satu ajaran Sang Buddha, yakni mewujudkan suasana kesejukan, toleransi, pengertian, serta penerimaan satu sama lain. Hal ini penting dilakukan dengan mengutamakan nilai-nilai cinta kasih, kemajemukan, dan keluhuran martabat kemanusiaan.
Dihadiri ribuan umat dari sejumlah daerah, prosesi perayaan Waisak di pelataran Candi Borobudur, Minggu (4/6/2023), juga dihadiri ratusan biksu dari dalam dan luar negeri, termasuk di antaranya rombongan biksu yang beberapa waktu lalu baru saja menyelesaikan ritual thudong dari Thailand ke Indonesia.
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan, sebagai bagian dari bangsa Indonesia, umat Buddha juga harus memiliki rasa toleransi demi perdamaian dan keutuhan NKRI.
”Umat Buddha diharapkan turut berkontribusi menjaga kerukunan internal agama Buddha, antarumat beragama lain, serta ikut menjaga keharmonisan hubungan antara umat beragama dan pemerintah,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam acara prosesi perayaan menanti detik-detik Waisak 2567 BE/2023 di pelataran Candi Borobudur, Minggu.
Dalam kesempatan itu, umat Buddha diingatkan untuk melaksanakan dhamma untuk mewujudkan perdamaian.
Adapun tema hari raya Waisak 2567 BE/2023 adalah ”Aktualisasikan Ajaran Buddha Dharma di Dalam Kehidupan Sehari-hari” dengan subtema ”Momentum Waisak Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa serta Perdamaian Dunia”.
Zainut mengatakan, setiap warga dan setiap umat beragama harus memiliki rasa toleransi yang tinggi karena bangsa Indonesia sangat majemuk dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Dalam kehidupan sehari-hari, semua perbedaan dan keberagaman tersebut harus dijaga dan dipelihara sehingga tidak timbul konflik yang akhirnya berujung pada perpecahan yang mengoyak keutuhan NKRI.
Toleransi, menurut dia, adalah sikap baik yang harus dijaga dan dijalankan karena berdampak baik bagi semua pihak. ”Toleransi sama sekali tidak kemudian bertujuan untuk mengubah pendapat atau keyakinan masing-masing. Toleransi hanyalah sikap, keterbukaan, untuk lebih menerima, memahami perbedaan yang dimiliki oleh orang lain,” ujarnya.
Dalam renungan Waisak, Biksu Samantha Kusala Mahasthavira juga mengingatkan segenap umat Buddha untuk selalu menjaga hati atau jiwa. Dalam hal ini, hati menjadi komponen penting yang menjadi sumber kehidupan dan kebenaran dharma.
”Berawal dari hati yang buruk dan kotor, segala hal yang dilakukan juga akan berdampak buruk bagi diri sendiri dan sekitar,” ujarnya.
Berawal dari hati yang buruk dan kotor, segala hal yang dilakukan juga akan berdampak buruk bagi diri sendiri dan sekitar.
Salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati adalah mengubah perilaku menjadi lebih baik. Dalam hal ini, setiap orang sering kali sulit melakukan karena tidak mampu melawan hawa nafsu dan kepentingan diri sendiri.
”Mereka yang mampu melawan diri sendiri itulah yang pantas disebut sebagai pemenang sejati,” ujarnya.
Wakil Ketua Waisak Nasional 2567 BE/2023 Karuna Murdaya mengatakan, sesuai tema Waisak ”Aktualisasikan Ajaran Buddha Dharma di Dalam Kehidupan Sehari-hari”, semua umat Buddha diajak, diingatkan untuk terus berbuat baik dengan saling menyayangi, saling memaafkan, dengan kesadaran sikap cinta kasih dan welas asih sebagai sumber kebahagiaan alami.
”Kebahagiaan alami dari sikap saling menyayangi ini menjadi kekuatan luar biasa di masing-masing pribadi, kekuatan untuk melawan hawa nafsu yang bisa menyeret kita pada kepedihan dan kesengsaraan,” ujarnya.
Tahun ini, sebagai bagian dari aksi kepedulian terhadap sesama, Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) kembali menggelar kegiatan bakti sosial pengobatan massal selama dua hari, yakni pada 30-31 Mei 2023, yang dilakukan dengan melibatkan 200 dokter, 400 perawat, dan 205 sukarelawan. Kegiatan pengobatan massal tersebut mengobati 7.134 pasien.
Saat ini juga masih ada 866 pasien lain yang terdata menerima layanan pengobatan gratis di puskesmas, dan ada pula yang dijadwalkan untuk mengikuti pengobatan gratis Walubi yang akan diselenggarakan tahun depan.