Dalam tiga hari terakhir, terjadi kebakaran lahan di lima kabupaten di Sumatera Selatan. Kebakaran tersebut diduga terjadi akibat aktivitas pembukaan lahan untuk pertanian.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS - Dalam tiga hari terakhir, terjadi kebakaran lahan di lima kabupaten di Sumatera Selatan. Kebakaran lahan tersebut diduga disebabkan oleh aktivitas pembukaan lahan untuk pertanian. Masyarakat meminta bantuan dari pemerintah agar mereka bisa membuka lahan tanpa harus membakar.
Lima kabupaten yang dilanda kebakaran lahan itu adalah Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, dan Musi Rawas Utara. Sebagian besar kebakaran lahan itu sudah bisa dipadamkan. Namun, hingga Minggu (4/6/2023) siang, petugas masih melakukan pemadaman di kawasan Sungai Keruh, Musi Banyuasin.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Kristanto, menjelaskan, kebakaran lahan di lima kabupaten tersebut bersifat sporadis. Adapun luasan lahan yang terbakar sekitar 0,5 hektar sampai 1 hektar.
Ferdian menyebut, kebakaran lahan di lima kabupaten itu diduga terjadi akibat pembukaan lahan untuk penanaman sejumlah komoditas pertanian. ”Untuk kebakaran lahan di lima daerah ini, kebanyakan terjadi di lahan milik masyarakat,” ujarnya.
Ferdian menambahkan, kebakaran itu terjadi di lahan atau tanah mineral sehingga lebih mudah dipadamkan. Dia menyebutkan, kalaupun ada lahan gambut yang terbakar, kebakaran hanya terjadi di permukaan. Hal itu karena sebagian besar lahan gambut di Sumsel masih digenangi air.
Pada Sabtu (3/6), petugas melakukan pemadaman di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sungai Menang, Ogan Komering Ilir. Saat itu, api bisa cepat dipadamkan karena kondisi lahan masih cenderung basah.
Namun, Ferdian menuturkan, petugas masih menemui kendala saat hendak memadamkan kebakaran di kawasan Sungai Keruh, Musi Banyuasin. Petugas kesulitan melakukan pemadaman melalui jalur darat lantaran kondisi medan yang sulit ditembus. Oleh karena itu, satu unit helikopter bom air dikerahkan untuk memadamkan api dari udara.
Di sisi lain, proses pembasahan lahan di kawasan rawan juga terus dilakukan melalui teknologi modifikasi cuaca. ”Untuk di Sumsel, penyemaian awan hujan masih terbatas di wilayah Banyuasin dan Musi Banyuasin lantaran pesawat lepas landas dari Jambi,” ungkap Ferdian.
Selain itu, Ferdian berharap agar sosialisasi terkait pencegahan kebakaran lahan pada masyarakat terus digencarkan. Masyarakat pun diminta tidak membuka lahan dengan membakar. Sebab, jika aktivitas itu terus dibiarkan, kebakaran yang lebih besar berpotensi terjadi.
Ferdian mengingatkan, kewaspadaan harus ditingkatkan karena risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun ini semakin besar. Kondisi itu ditandai dengan luas lahan terbakar di Sumsel pada periode Januari-April 2023 yang telah mencapai 995,3 hektar dengan 531,7 hektar di antaranya merupakan lahan gambut.
Angka ini lebih luas dari angka karhutla pada periode yang sama tahun lalu, yakni 485,1 hektar. Luas lahan yang terbakar pada Januari-April 2023 itu bahkan menjadi yang tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Sementara itu, Bupati Ogan Komering Ilir Iskandar menyatakan, untuk mencegah karhutla, dibutuhkan kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, kesadaran masyarakat, serta partisipasi perusahaan swasta. Dia pun berharap semua pihak lebih mengutamakan pencegahan karhutla daripada penanggulangan.
”Namun, apabila terjadi kebakaran yang di luar kendali, harus kita atasi dengan sistem kerja keroyokan, kerja sama multisektor”, kata Iskandar.
Iskandar menambahkan, kewaspadaan harus ditingkatkan mengingat Indonesia tengah menghadapi fenomena pemanasan suhu muka laut atau El Nino yang berdampak pada kekeringan, masalah ketersediaan air, serta potensi kebakaran lahan.
Herkules, tokoh masyarakat Kecamatan Cengal, Ogan Komering Ilir, mengatakan, warga sebenarnya juga berupaya untuk mengurangi kebakaran lahan di wilayahnya. Namun, dia menyebut, warga kebingungan bagaimana cara membuka lahan tanpa membakar.
Sebab, selama ini, warga hanya tahu bahwa membakar adalah cara termurah dan tercepat untuk membuka lahan. ”Kami dilarang membakar, tapi tidak ada bantuan alat berat untuk membuka lahan," ujar Herkules.
Oleh karena itu, Herkules meminta pemerintah turut menyediakan alat berat untuk membantu warga membuka lahan. ”Selama ini, belum ada bantuan maupun edukasi yang diberikan bagaimana membuka lahan dengan cara lain,” ujarnya.
Kebakaran lahan di lima kabupaten itu diduga terjadi akibat pembukaan lahan untuk penanaman sejumlah komoditas pertanian
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, partisipasi semua pihak sangat dibutuhkan untuk penanggulangan karhutla. ”Jika ada perusahaan yang beroperasi di suatu wilayah, mereka harus memiliki rasa tanggung jawab untuk menekan potensi kebakaran lahan di wilayah tersebut,” ujarnya.
Herman menuturkan, kebanyakan kawasan yang terbakar adalah kawasan yang tidak terkelola. Oleh karena itu, dia berharap agar kawasan yang kerap terbakar bisa dimanfaatkan untuk budidaya sehingga meminimalkan kebakaran sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.