Prof Rachmat Djoko Pradopo, Penyair Sederhana Itu, Telah Berpulang
Profesor Rachmat Djoko Pradopo dari UGM, Yogyakarta, wafat pada usia 86 tahun. Djoko adalah penyair besar dan sederhana di mata koleganya.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
ARSIP DR PUJIHARTO
Profesor Rachmat Djoko Pradopo
YOGYAKARTA, KOMPAS — Guru Besar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Prof Rachmat Djoko Pradopo meninggal dalam usia 86 tahun. Berkontribusi besar bagi dunia sastra Indonesia, penyair ini dikenal hidup sederhana.
Almarhum meninggal pada Kamis (1/6/2023) pukul 20.17. Jenazah akan disemayamkan di Balairung Kampus UGM, Yogyakarta, Jumat pukul 13.00 dan dimakamkan di Pemakaman UGM Sawitsari, Sleman, Yogyakarta.
Djoko meninggalkan seorang istri, Sri Widiati. Selain itu, ada empat anak, dua menantu, dan enam cucu.
Semasa hidupnya, dia menulis sejumlah buku penting, antara lain Pengkajian Puisi, Stilistika, Kritik Sastra Indonesia Modern, serta Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Aprinus Salam, salah satu murid almarhum, menyampaikan, buku Djoko tentang kajian puisi dan kritik sastra dari tahun 1980-an hingga kini masih menjadi bacaan wajib mahasiswa sastra se-Indonesia.
”Hingga kini, buku beliau yang menjelaskan bagaimana teori struktural dan semiotik dipakai menjelaskan dan memaknai puisi, termasuk prosa, masih dijadikan rujukan,” kata Aprinus, Jumat.
Menurut Aprinus, walaupun kini banyak teori sastra telah berkembang lebih beragam, bagi mereka yang ingin mempelajari puisi dan prosa secara lebih mendasar, buku karya almarhum masih sangat relevan.
”Teori struktural dan semiotik hingga kini masih kuat karena landasan epistemologisnya masih berdiri kokoh,” ujarnya.
Selain karya, Djoko dikenang sebagai sosok sederhana. Dia gemar memakai sepeda motor saat ke kampus.
”Beliau juga punya selera humor yang baik. Ada selera humor spritual dalam puisinya. Beliau pengagum Syeikh Siti Djenar, sembari pengamat dan penikmat wayang yang luar biasa,” katanya.
Kenangan serupa dikatakan Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia UGM Pujiharto. Selain suka naik motor, almarhum kerap membawa buku hanya menggunakan kantong plastik.
Meski begitu, Djoko dicintai kolega hingga mahasiswa. ”Beliau sangat terbuka pada muridnya. Biasanya muridnya dipersilakan datang ke rumahnya di Notoyudan, Yogyakarta,” katanya.
Selain itu, salah satu karya yang dikenang adalah mars fakultas sastra yang dinyanyikan setiap Dies Natalis Fakultas Ilmu Budaya UGM. Sejumlah karya puisinya juga diterbitkan dan dibukukan. Selain itu, beliau juga mendirikan Yayasan Sastra Yogya (Yasayo).