Operasi Udara Diperlukan untuk Penanggulangan Karhutla di Kalsel
Patroli dan pemadaman melalui operasi udara mulai diperlukan karena lokasi lahan yang terbakar di Kalimantan Selatan bertambah luas dan sulit dijangkau oleh satuan tugas operasi darat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan dalam sebulan terakhir telah menghanguskan lahan seluas 42,82 hektar. Patroli dan pemadaman melalui operasi udara mulai diperlukan karena lokasi lahan yang terbakar bertambah luas dan sulit dijangkau oleh satuan tugas operasi darat.
Koordinator Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan Mansyah di Banjarbaru, Jumat (2/6/2023), menyampaikan, sejak awal musim kemarau pada Mei tahun ini, titik panas (hot spot) mulai bermunculan di wilayah Kalsel. Sebagian titik panas yang terpantau satelit adalah titik api di lapangan.
Titik api sudah ditemukan di wilayah Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Banjar, dan Tabalong. Sampai dengan Jumat (2/6/2023), sudah ada 23 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalsel dengan areal terbakar seluas 42,82 hektar (ha). Kejadian karhutla terbanyak di Banjarbaru (14 kali) dengan luas 22,6 ha.
”Sejauh ini, karhutla memang bisa diatasi satuan tugas (satgas) operasi darat. Namun, operasi udara sebenarnya sudah harus diterjunkan, terutama untuk patroli, karena wilayah rawan karhutla di Kalsel cukup luas,” ujarnya.
Mansyah menyebutkan, ada empat kabupaten/kota yang menjadi daerah rawan karhutla atau ring 1 karhutla di Kalsel, yaitu Banjarbaru, Tanah Laut, Banjar, dan Barito Kuala. Jika kejadian karhutla di daerah ring 1 itu meningkat, maka berpotensi mengganggu obyek vital, yaitu Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru.
”Saat ini kami agak kewalahan karena luas lahan yang terbakar bisa lebih dari 8 ha. Untuk memadamkan api di lahan seluas itu, kekuatan mesin kami juga kurang mendukung,” katanya.
Menurut Mansyah, sebagian besar lahan yang terbakar sampai saat ini adalah lahan mineral dan hanya sebagian kecil lahan gambut. Namun, jika kondisi panas dan kering masih berlangsung hingga beberapa bulan ke depan, lahan gambut berpotensi semakin mudah terbakar dan pemadaman akan lebih sulit.
Temuan kami di lapangan, bisa dikatakan 99 persen pemicu karhutla adalah ulah manusia, baik sengaja maupun tidak sengaja.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau di Kalsel tahun ini diprediksi akan muncul sebagaimana layaknya kemarau pada tahun-tahun normal. Namun, ada peluang munculnya El Nino, yang akan membuat kondisi kemarau menjadi lebih kering dan meningkatkan kejadian karhutla. Awal musim kemarau terjadi antara pertengahan Mei dan awal Agustus. Adapun puncak musim kemarau diprakirakan pada Agustus dan September.
”Temuan kami di lapangan, bisa dikatakan 99 persen pemicu karhutla adalah ulah manusia, baik sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu, kami terus melakukan patroli terpadu dengan tujuan supaya tidak ada masyarakat yang membakar lahan untuk tujuan apa pun,” tuturnya.
Mansyah mengatakan, pihaknya menemukan patok-patok tanah kapling di beberapa lokasi lahan yang terbakar. Temuan itu mengindikasikan lahan tersebut sengaja dibakar untuk pembersihan lahan perumahan. ”Dengan kondisi cuaca yang panas dan kering, kebakaran bisa meluas dan sulit dipadamkan,” ujarnya.
Pelaksana Harian Kepala Pelaksana BPBD Kalsel Bambang Dedi Mulyadi mengatakan, karhutla di Kalsel masih bisa diatasi dengan cepat karena kesigapan personel dan peralatan. ”Akhir-akhir ini memang sudah cukup banyak kejadian karhutla, tetapi masih bisa diatasi dengan cepat. Secara umum, risiko bencana karhutla di Kalsel saat ini dalam kategori sedang,” katanya.
Dalam upaya penanggulangan karhutla, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor lewat Keputusan Gubernur Kalsel Nomor 188.44/0395/KUM/2023 telah menetapkan status keadaan darurat bencana karhutla dan kekeringan di Kalsel. Status siaga darurat karhutla dan kekeringan terhitung mulai 22 Mei hingga 15 November 2023.
”Sesuai arahan Bapak Gubernur, kami diminta mengerahkan semua sumber daya yang ada, personel ataupun peralatan. Untuk itu, kami selalu berkoordinasi dengan TNI, Polri, Manggala Agni, dan BPBD kabupaten/kota untuk mengatasi karhutla,” katanya.
Menurut Bambang, Pemerintah Provinsi Kalsel juga sudah mengusulkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait bantuan operasi udara dan teknologi modifikasi cuaca. Untuk operasi udara penanggulangan karhutla, Kalsel minta dukungan 10 helikopter. Dua helikopter untuk patroli karhutla dan delapan helikopter untuk pemadaman atau water bombing.
”Usulan kami masih dalam kajian BNPB. Namun, kami optimistis BNPB akan membantu seperti tahun-tahun sebelumnya karena karhutla juga menjadi atensi pemerintah pusat,” katanya.