Jayapura Rawan Bencana, BMKG Tingkatkan Sosialisasi kepada Masyarakat
BMKG terus meningkatkan sosialisasi tentang potensi bencana kepada masyarakat Kota Jayapura. Sebab, ibu kota Provinsi Papua itu rawan dilanda bencana hidrometeorologi dan gempa bumi.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jayapura yang merupakan ibu kota Provinsi Papua tergolong sebagai daerah rawan bencana hidrometeorologi dan gempa bumi. Oleh karena itu, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura terus meningkatkan sosialisasi tentang potensi bencana dan upaya mitigasinya untuk meminimalkan risiko bencana.
Pada Rabu (31/5/2023), Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura melaksanakan sosialisasi di Kota Jayapura. Kegiatan itu diikuti 50 perwakilan masyarakat dari kelurahan hingga lembaga gereja.
Kepala BBMKG Wilayah V Jayapura, Yustus Rumakiek, mengatakan, kegiatan itu bertujuan untuk mengenalkan kerawanan bencana di Jayapura kepada masyarakat. Potensi bencana itu antara lain berupa bencana hidrometeorologi, misalnya banjir dan longsor, serta gempa bumi.
”Melalui kegiatan ini, kami berharap masyarakat benar-benar mengetahui pemicu bencana hidrometeorologi dan gempa beserta upaya mitigasinya. Harapannya, mereka akan menyebarkan materi ini di tengah komunitasnya,” kata Yustus.
Yustus memaparkan, berdasarkan penelitian BMKG yang membandingkan data 10 tahun terakhir dengan data 10 tahun sebelumnya, terjadi peningkatan suhu udara di wilayah Papua. Fenomena perubahan iklim ini berdampak pada meningkatnya kejadian cuaca ekstrem di Papua, khususnya Jayapura.
Berdasar data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua, pada tahun 2000-2022, Kota Jayapura menjadi wilayah dengan jumlah bencana hidrometeorologi dan korban jiwa terbanyak di Papua. Dalam kurun waktu itu, terjadi 18 kali bencana banjir dan 17 kali longsor yang menyebabkan 47 warga meninggal di Kota Jayapura.
Sementara itu, sepanjang tahun 2022, terjadi 2.909 kejadian gempa bumi di Papua. Sebanyak 97 kali gempa di antaranya merupakan gempa dengan dampak yang dirasakan. Khusus di Kota Jayapura, hingga 20 April 2023, tercatat ada 1.551 gempa. Sebanyak 232 di antaranya dirasakan masyarakat.
Gempa besar terakhir di Provinsi Papua terjadi pada 9 Februari 2023 di Kota Jayapura. Saat itu, kekuatan gempa mencapai magnitudo 5,2. Akibat peristiwa itu, empat warga tewas serta 252 rumah dan 11 fasilitas pemerintahan rusak.
Yustus menambahkan, selama ini sering terjadi kepanikan di tengah masyarakat akibat informasi hoaks tentang bencana alam. ”Dengan kegiatan sosialisasi ini, kita memberikan pemahaman bagi masyarakat agar tidak mudah memercayai informasi hoaks,” tuturnya.
Subkoordinator Bidang Pelayanan Jasa BBMKG Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre mengatakan, kejadian bencana akibat cuaca ekstrem di Papua, termasuk Kota Jayapura, terus meningkat sehingga menyebabkan korban jiwa dan kerugian materiil yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, dia menilai diperlukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak bencana, misalnya sosialisasi mengenai fenomena cuaca ekstrem serta peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
”Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana. Sebab, masyarakat menjadi orang pertama yang terdampak dan juga pertama kali memberikan respons terhadap bencana yang mereka hadapi,” kata Ezri.
Sarina Mandosir, salah seorang perwakilan warga yang mengikuti kegiatan sosialisasi itu, menuturkan, sosialisasi tentang cuaca ekstrem dari BMKG sangat bermanfaat. Sebab, dengan adanya sosialisasi itu, masyarakat menjadi tahu pemicu terjadinya cuaca ekstrem hingga berdampak pada bencana alam.
”Kami berharap upaya sosialisasi tentang cuaca ekstrem di tengah masyarakat terlaksana secara rutin. Masyarakat dapat meningkatkan kesiagaan saat terjadi hujan dengan intensitas lebat untuk menghindari banjir dan longsor,” kata Sarina.
Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana