Kondisi suhu sepanjang Mei 2023 di Aceh paling rendah 31,5 derajat celsius dan paling tinggi 36,2 derajat celsius. Namun, rata-rata suhu di Banda Aceh selama Mei antara 33 derajat celsius hingga 35 derajat celsius.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Puncak suhu panas di Provinsi Aceh yang diperkirakan baru terjadi pada Juni justru terjadi lebih cepat, yakni di pertengahan Mei 2023. Kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan menjadi ancaman paling serius dari perubahan iklim.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas 1 Blang Bintang, Feqri, Selasa (30/5/2023), mengatakan, awalnya diprediksi puncak suhu panas terjadi pada Juni 2023, tetapi pada 14 Mei 2023 suhu di Aceh berada pada angka 36,2 derajat celsius. Feqri mengatakan, puncak suhu panas masih berpotensi terjadi kembali pada Juni.
”Suhu panas terjadi lebih cepat, di luar prediksi ini merupakan bentuk perubahan iklim,” kata Feqri.
Kondisi suhu sepanjang Mei 2023 di Aceh paling rendah 31,5 derajat celsius dan paling tinggi 36,2 derajat celsius. Namun, rata-rata suhu di Banda Aceh selama Mei antara 33 derajat celsius hingga 35 derajat celsius di atas kondisi normal 32 derajat celsius.
Feqri mengatakan, suhu panas di Aceh terjadi karena pengaruh siklon tropis mawar. Massa udara di bagian Indonesia barat bergerak ke wilayah timur. Akibatnya pertumbuhan awan di wilayah barat minim. Namun, hujan ringan masih berpotensi terjadi.
Dampak paling besar dari kenaikan suhu adalah memicu kebakaran lahan dan hutan serta kekeringan di permukiman. Pada Mei 2023 beberapa kali terjadi kebakaran lahan gambut di wilayah barat Aceh. Sementara kekeringan terjadi di kawasan sumber mata air di Mata Ie, Aceh Besar.
Feqri mengatakan, diperkirakan musim panas berlangsung hingga Agustus 2023. Dia mengingatkan warga agar tidak membakar lahan dan menjaga kondisi kesehatan dengan banyak mengonsumsi air mineral.
Hujan di atas normal
Di sisi lain Aceh juga berpotensi dilanda hujan dalam intensitas yang tinggi atau di atas normal. Pada tahun 2022 Kabupaten Aceh Jaya dilanda curah hujan 1.000 milimeter (mm) per hari, sangat jauh di atas normal 200 mm-300 mm per hari.
Saat musim hujan, sebagian besar wilayah Aceh kerap dilanda banjir luapan sungai. Merujuk data dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh, satu dekade terakhir bencana hidrometeorologi berupa banjir luapan, bandang, dan longsor mendominasi bencana di Aceh.
Tercatat pada 2018 terjadi 127 kali bencana, pada 2019 sebanyak 126 kali, dan tahun 2020 sebanyak 170 kali. Nilai kerugian bencana hidrometeorologi itu pada 2018 mencapai Rp 655,8 miliar, tahun 2019 sebesar Rp 69,4 miliar, dan pada 2020 sebesar Rp 157,9 miliar.
Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Suraiya Kamaruzzaman mengatakan, perubahan iklim merupakan fakta yang harus diterima, tetapi perlu upaya mitigasi agar dampak bisa dikurangi.
”Sejumlah dampak mulai terjadi, seperti kekeringan, kenaikan suhu, penurunan kesuburan tanah, bencana alam, dan gagal panen,” kata Suraiya.
Perubahan iklim dipicu oleh ragam aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, seperti emisi korban, penggunaan energi kotor, dan alih fungsi hutan. Suraiya bersama tim pernah melakukan riset dampak perubahan iklim di Aceh Besar. Mereka menemukan adanya kenaikan suhu bumi, kekeringan ekstrem, dan penurunan panen.
Salah satu penyebab kenaikan permukaan laut karena pemanasan global.
Suraiya mengatakan, sejak 1992 hingga 2020 Aceh Besar mengalami perubahan rerata suhu dari 27 derajat celsius menjadi di atasnya. ”Kenaikan mungkin nol koma, tetapi dampaknya sangat besar,” kata Suraiya.
Kenaikan muka air laut di Banda Aceh periode 2016-2019 sebesar 7 milimeter per tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh menyebutkan, kenaikan muka air laut di Banda Aceh periode 2016-2019 sebesar 7 milimeter per tahun.
Dengan kenaikan sebesar itu, dalam 50 tahun, muka air laut berpotensi setinggi 35 sentimeter. Kondisi itu menyebabkan 3 persen atau 184 hektar wilayah Banda Aceh berpotensi digenangi banjir rob.