Ekspresikan Diri dengan Bernyanyi, demi Rumah Sakit di Pinggiran Negeri
Konser yang digelar SMPK Santa Theresia Kupang bukan sekadar panggung ekspresi bakat para murid. Lebih dari itu, mereka menunjukkan rasa peduli pada kesehatan masyarakat di pinggiran negeri.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Konser yang digelar Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Santa Theresia Kupang, lembaga pendidikan yang berada di bawah Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS), sebuah kongregasi gereja Katolik. Konser berlangsung di Aula Eltari, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Jumat (26/5/2023) petang hingga malam.
Lebih kurang seratus anak memenuhi panggung pementasan. Mereka bergoyang, melambaikan bendera Merah Putih, sambil menyanyikan lagu-lagu yang menggugah semangat nasionalisme. Ekspresi kemampuan olah vokal itu dipentaskan untuk menghibur para penonton sekaligus menggalang dana demi pembangunan rumah sakit di perbatasan.
Pertunjukan diwarnai dengan gelak tawa penonton tatkala mereka menyaksikan beberapa bocah yang sengaja melakukan gerakan tambahan, seperti saling colek atau bergoyang tak sesuai irama. Juga guru pendamping yang wara-wiri naik ke panggung menenangkan anak-anak. Ramai dan seru.
Anak-anak itu adalah siswa Taman Kanak-kanak Santa Maria Goreti Kupang dan Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Santa Theresia Kupang, lembaga pendidikan yang berada di bawah Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS), sebuah kongregasi gereja Katolik. Mereka menggelar konser di Aula Eltari, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Jumat (26/5/2023) petang hingga malam.
Para penonton disuguhi berbagai jenis lagu, mulai dari lagu berbahasa daerah NTT hingga bahasa asing, seperti Latin, Italia, dan Perancis. Lagu-lagu dimaksud mulai dari lagu yang mudah dinyanyikan hingga lagu dengan tingkat kesulitan tinggi. Ada lagu ”Sing Hallelujah”, ”Panis Angelicus”, ”Alleluia Jubilatio”, dan ”Glorious”.
Penonton yang datang dari beragam kalangan merasa terhibur. Penonton yang duduk di barisan paling depan di antaranya Penjabat Wali Kota Kupang George Hadjo, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi, tokoh masyarakat Kota Kupang Daniel Hurek, Rektor Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Philipus Tule, dan Ketua Komite SMPK Santa Theresia Donatus Joseph Manehat.
DOKUMEN SONIA
Foto bersama anggota paduan suara SMPK Santa Theresia Kupang, lembaga pendidikan yang berada di bawah Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS), sebuah kongregasi gereja Katolik. Mereka menggelar konser yang berlangsung di Aula Eltari, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Jumat (26/5/2023) petang hingga malam.
Suster Dafrosa Muti SSpS, Kepala SMPK Santa Theresia sekaligus penanggung jawab konser, menuturkan, ide acara tersebut datang dari para siswa. Lantaran sering kali terlibat dalam berbagai kegiatan di luar sekolah, para siswa yang didampingi guru seni terdorong menggelar konser amal.
Manajemen sekolah kemudian menyetujui usulan tersebut mengingat dalam kurikulum sekolah, pengembangan minat dan bakat anak di bidang musik mendapat ruang yang cukup. Sebagai contoh, di sekolah itu terbentuk grup paduan suara yang berlatih secara terprogram. Sebelumnya, mereka pernah menggelar konser dan terlibat dalam berbagai kompetisi tarik suara.
”Konser kali ini tidak sebatas menjadi ruang ekspresi bakat seni para siswa. Ada hal lain yang ingin mereka perjuangkan. Mereka ingin terlibat dalam kegiatan amal untuk kesehatan di perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Saat ini sedang dibangun sebuah rumah sakit di sana,” kata Suster Dafrosa.
Mengekspresikan bakat
Ruang ekspresi ini merupakan wujud dari semangat Merdeka Belajar yang terus didorong oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dalam spirit ini, para murid diberi ruang untuk mengekspresikan bakat yang dimiliki demi tujuan sosial. Efek Merdeka Belajar tidak untuk pembelajaran di sekolah semata, tetapi untuk kepentingan lebih besar.
Tasya Lawantatu, siswa kelas IX SMPK Santa Theresia Kupang, salah satu anggota paduan suara, gembira bisa tampil dalam konser tersebut. Ia merasa menemukan ruang untuk ekspresi diri. Itulah alasan dirinya memilih sekolah tersebut. Tasya berasal dari Pulau Lembata yang terpaut sekitar 15 jam pelayaran dari Kupang.
DOKUMEN SONIA
Latihan paduan suara SMPK Santa Theresia Kupang, lembaga pendidikan yang berada di bawah Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS), sebuah kongregasi gereja Katolik. Mereka menggelar konser yang berlangsung di Aula Eltari, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Jumat (26/5/2023) petang hingga malam.
Selain ekspresi kemampuan olah vokal yang tersalurkan, ia juga merasa bangga ikut terlibat dalam konser amal itu. Total penonton yang hadir sekitar 400 orang. Menjelang akhir konser, mereka melakukan lelang lagu dan diperoleh Rp 20 juta. Uang itu nantinya akan diserahkan untuk pembangunan Rumah Sakit Katolik Marianum di Kabupaten Belu. Rumah sakit itu di bawah pengelolaan kongregasi SSpS.
Rumah sakit yang terletak sekitar 275 kilometer dari Kota Kupang itu berada di dekat garis perbatasan dengan negara Timor Leste. Hingga kini, pelayanan kesehatan di perbatasan belum merata. Di sana terdapat satu rumah sakit, yakni Rumah Sakit Umum Daerah Atambua. Di rumah sakit tipe C milik pemerintah daerah itu, kondisi fasilitas dan tenaga medis masih jauh dari ideal.
Konser kali ini tidak sebatas menjadi ruang ekspresi bakat seni para siswa. Ada hal lain yang ingin mereka perjuangkan.
Banyak pasien yang tidak bisa ditolong di rumah sakit itu terpaksa harus dibawa ke Kupang dengan perjalanan sekitar delapan jam. Tak jarang banyak pasien yang meninggal dalam perjalanan. Saat ini, lebih kurang 220.000 penduduk tinggal di perbatasan yang bergantung pada rumah sakit tersebut.
Corazon Sonia Rendi Mali, guru seni di SMPK Santa Theresia Kupang, menuturkan, persiapan konser dilakukan sejak Januari 2023. Selama persiapan, mereka berlatih di akhir jam pelajaran atau akhir pekan. Anggota tim paduan suara yang semula 32 orang hingga hari konser hanya bertahan 23 orang. Proses seleksi berjalan ketat.
Sonia yang juga pelatih paduan suara di Kota Kupang menyatakan, melatih anak-anak bukan perkara muda. ”Tantangan terberat adalah menjaga mood (suasana hati) mereka. Bagaimana memahami mereka. Kadang latihan saya hentikan sejenak untuk mengajak mereka ngobrol hingga saling curhat. Kalau mereka sudah happy, baru lanjut latihan lagi,” ujarnya.
Sementara dari sisi teknik, Sonia berupaya membentuk suara mereka menjadi delapan jenis, mulai dari biasa hingga dengan tingkat kesulitan tinggi. ”Tingkat kesulitan tinggi itu yang namanya suara head voice. Setelah mereka sudah bisa dengan jenis suara yang ditentukan, mereka harus dibagi dalam grup-grup kecil agar tidak terpengaruh dengan suara lain. Kalau sudah mantap, baru mulai berkolaborasi,” ujarnya.
Ruang kreasi para siswa dalam konser amal ini senada dengan harapan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim dalam Puncak Bulan Merdeka Belajar untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional di kompleks Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (29/5/2023) malam.
Nadiem mendorong agar semangat Merdeka Belajar terus digerakkan. ”Mari kita terus bergerak serentak, berkolaborasi, dan bergotong royong mewujudkan Merdeka Belajar,” katanya.
Saat ini, peserta didik di lebih dari 350.000 sekolah telah menikmati pembelajaran yang menyenangkan dengan implementasi Kurikulum Merdeka. Selain itu, 2,6 juta lebih guru terhubung untuk saling belajar dan berbagi dengan platform Merdeka Mengajar.
Konser yang digelar para siswa di Kota Kupang bukan sekadar wujud Merdeka Belajar. Lebih dari itu, pesan moril yang dapat diambil adalah tentang rasa peduli anak yang mulai tumbuh sejak kecil, seperti menggalang dana untuk pembangunan rumah sakit di pinggiran negeri.