Kehidupan Baru Pascaerupsi, 21 Jenis Tumbuhan Ditemukan di Pulau Krakatau
Kehidupan mulai muncul kembali di Pulau Krakatau pascaerupsi Gunung Anak Krakatau pada 22 Desember 2018. Sebanyak 21 jenis tumbuhan ditemukan di kawasan pesisir pantai.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Tim Seksi Konservasi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Bengkulu menemukan 21 jenis tumbuhan di kawasan pesisir Pulau Anak Krakatau. Hal ini menunjukkan kehidupan kembali muncul di pulau tersebut pascaerupsi Gunung Anak Krakatau pada 22 Desember 2018.
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Krakatau Ari Rakatama menjelaskan, sensus flora itu dilalukan oleh tim Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Bengkulu pada 12-18 Mei 2023. Selama sepekan, tim menyusuri kawasan pesisir Pulau Krakatau untuk mendata tumbuhan apa saja yang ditemukan di sana.
Hasilnya, tim menemukan 21 jenis tumbuhan yang hidup di kawasan pesisir Pulau Krakatau. ”Ini menandakan kehidupan baru mulai muncul kembali. Daerah yang sudah banyak muncul vegetasi memang berada di sebelah utara pulau yang jauh dari kawah,” kata Ari saat dihubungi dari Bandar Lampung, Selasa (30/5/2023).
Jenis tumbuhan yang dominan ditemui di Pulau Krakatau adalah kelapa (Cocos nucifera), nipah (Nypa fruticans), dan nyamplung (Calophyllum inophyllum). Selain itu, ditemukan pula tumbuhan ketapang, nyiri laut, keben, waru laut, katang-katang, pandan, cemara laut, pong-pong, lamtoro, rumput tembaga, jukut tiara, mengkudu, waru, tangkil, harendong, awar-awar, kacang laut, dan sawi pantai.
Menurut Ari, pendataan flora yang dilakukan oleh tim merupakan sensus pertama yang dilakukan pascaerupsi pada 2018. Sebelum erupsi, kondisi kawasan di Pulau Krakatau sudah seperti hutan.
Dari hasil pendataan di petak sampel, diperkirakan ada sekitar 100 jenis tumbuhan yang ada di Pulau Krakatau. Jenis tanaman dominan yang ada di Pulau Krakatau sebelum erupsi adalah Cemara laut.
”Hasil sensus ini akan menjadi database sangat berharga bagi kami selaku pemangku kawasan. Saat ini, tanaman yang dominan adalah kelapa, nyamplung, dan nipah. Dalam 2-3 tahun ke depan mungkin saja berubah sehingga dibutuhkan pendataan secara kontinu,” katanya.
Ke depan, BKSDA juga akan melakukan sensus berbagai jenis fauna yang ada di Pulau Krakatau. Dari pengamatan sementara, berbagai jenis burung liar sudah banyak terlihat di kawasan Cagar Alam Krakatau. Selain itu, ada juga ular dan kupu-kupu.
Harapannya, ada berbagai pihak yang tertarik melakukan penelitian serupa di Cagar Alam Krakatau sehingga pendataan bisa terus dilakukan. Pihaknya terbuka jika ada perguruan tinggi atau peneliti yang ingin melakukan riset tentang vegatasi yang ada di kawasan Pulau Krakatau.
Ari menambahkan, aktivitas Anak Krakatau yang masih fluktuatif dan sering erupsi berpengaruh pada proses suksesi alam. Dari pengamatan di lapangan, tim juga menemukan berbagai tanaman yang mati karena terkena abu vulkanik saat gunung api itu erupsi.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Anak Krakatau terakhir kali mengalami erupsi pada 13 Mei 2023 pukul 07.10. Saat itu, gunung mengeluarkan abu vulkanik setinggi 2.000 meter dari atas kawah.
Hingga saat ini, Anak Krakatau masih berstatus Level III Siaga. Masyarakat dilarang mendekat pada radius 5 kilometer dari kawah. ”Aktivitas Gunung Anak Krakatau masih fluktuatif,” kata Andi Suwardi selaku Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancuran, Kabupaten Lampung Selatan.