Kapal Penumpang Diperbantukan untuk Angkut Kambing Kurban
Maluku Barat Daya merupakan daerah penghasil ternak kambing terbanyak. Penjualan kambing menjelang Idul Adha berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Menjelang perayaan Idul Adha 1444 Hijriah, pengiriman kambing kurban dari sejumlah pulau ke Kota Ambon, Provinsi Maluku, mulai dilakukan. Lantaran belum ada kapal ternak yang beroperasi di daerah itu, atas kebijakan Kementerian Perhubungan proses pengiriman ternak dari pulau-pulau kecil dibantu menggunakan kapal penumpang.
Anos Yeremias, anggota DPRD Provinsi Maluku yang membidangi urusan transportasi, pada Selasa (30/5/2023) melaporkan, pengiriman kambing kurban dimulai sejak Senin (29/5/2023). Pengiriman itu menggunakan KM Sabuk Nusantara 34 dan KM Manohara 02. Dua kapal yang selama ini membantu pelayaran perintis tersebut untuk sementara dialihkan mengangkut ternak.
Kambing kurban diangkut dari sejumlah pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya, seperti Kisar, Wetar, Romang, Letti, Lakor, dan Damer. Daerah itu merupakan sentra ternak kambing di Maluku. ”Total kambing kurban yang dibawa sekitar 1.000 ekor. Saat ini kapal sedang dalam perjalanan,” ucap Anos.
Menurut Anos, setiap tahunnya sebagian besar kambing kurban dari pulau-pulau itu dipasarkan ke Ambon untuk kebutuhan Idul Adha. Ada juga yang diangkut ke Kota Tual, Maluku, hingga ke sejumlah kabupaten di Provinsi Papua Barat. Tahun ini, permintaan kambing cukup tinggi. ”Mungkin pengiriman bisa sampai dua kali dengan jumlah yang hampir sama,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, pada tahun 2020 populasi kambing di Kabupaten Maluku Barat Daya sebanyak 127.288 ekor atau 53,2 persen dari populasi keseluruhan di Maluku, yakni 239.130 ekor. Di Maluku terdapat 11 kabupaten/kota.
Untuk memperlancar pengiriman kambing kurban, Kementerian Perhubungan mengeluarkan kebijakan dengan memperbantukan dua kapal penumpang, yakni KM Sabuk Nusantara 35 dan KM Manohara 02. Dua kapal itu mengalihkan rute pelayaran untuk sementara waktu.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Kementerian Perhubungan, Hendri Ginting dalam suratnya kepada sejumlah pelabuhan, tempat pengangkutan ternak, menjelaskan, kebijakan tersebut dikeluarkan atas permintaan dari Pemprov Maluku. Permintaan tersebut disampaikan pada 17 Mei 2023. Setelah penugasan selesai, kapal akan kembali lagi ke rute sebelumnya, yakni mengangangkut penumpang.
Dikatakan dalam surat itu, kebijakan tersebut diambil lantaran tidak ada kapal khusus ternak yang beroperasi di sana. Sejauh ini, wilayah operasi kapal ternak untuk Indonesia timur hanya mencapai Nusa Tenggara Timur dengan jenis ternak yang diangkut adalah sapi.
Masyarakat di sejumlah pulau mengucapkan terima kasih atas dukungan sejumlah pihak sehingga terbit kebijakan tersebut. ”Dengan adanya kapal ini, ternak kami bisa terjual ke luar pulau. Idul Adha ini menjadi kesempatan kami mendapat penghasilan lebih banyak. Kesempatan ini sekali dalam setahun,” kata Hermes Ratusehaka, peternak dari Pulau Kisar.
Kali ini Hermes mengirim sekitar 20 ekor kambing. Rata-rata harga satu ekor kambing Rp 1 juta sampai Rp 2 juta. Dengan hitungan harga paling murah Rp 1 juta per ekor, ia mendapat penghasilan sekitar Rp 20 juta. Jika dihitung secara keseluruhan 1.000 ekor kambing yang diangkut dari daerah itu, total nilai penjualan mencapai Rp 1 miliar.
Dengan adanya kapal ini, ternak kami bisa terjual ke luar pulau.
Buce (45), warga Pulau Letti, menambahkan, penjualan ternak menjelang Idul Adha sangat berdampak pada menggeliatnya perekonomian di daerah itu. Perubahan paling signifikan adalah tingginya belanja kebutuhan barang yang nanti akan dibawa masuk penjual ternak ke daerah itu.
”Juga hasil penjualan ternak pada saat ini menjadi modal bagi orangtua untuk mengurus pendidikan anak-anak mulai dari jenjang sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi,” kata Buce.