Gelombang Tinggi di Perairan Sorong-Raja Ampat, Seorang Nelayan Hilang
Cuaca ekstrem melanda Perairan Sorong-Raja Ampat dengan tinggi gelombang maksimum mencapai 4 meter. Seorang nelayan tenggelam dan belum ditemukan hingga Minggu (28/5/2023) siang.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Seorang nelayan dilaporkan hilang karena perahunya tenggelam saat melaut di Perairan Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Kamis (25/5/2023) lalu. Selama sepekan terakhir, cuaca ekstrem berupa gelombang tinggi hingga 4 meter dan angin kencang melanda Perairan Sorong-Raja Ampat.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Sorong Amirudin, saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Minggu (28/5/2023), mengatakan, nelayan bernama Abi itu tenggelam di Perairan Waigeo pada Kamis sekitar pukul 15.00 WIT. Pria berusia 25 tahun ini belum ditemukan hingga Minggu siang.
Amirudin memaparkan, Kantor SAR Sorong menerjunkan lima personel untuk mencari Abi. Namun, upaya pencarian Abi belum membuahkan hasil karena kondisi cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah perairan di Papua Barat Daya beberapa hari terakhir.
”Tim kami telah berada di wilayah Raja Ampat pada Minggu ini. Mereka akan berupaya menyelamatkan nelayan ini di tengah kondisi cuaca yang ekstrem,” papar Amirudin.
Berdasarkan data Stasiun Meteorologi Sorong, tinggi gelombang laut di Perairan Papua Barat Daya mencapai 2 meter hingga maksimum 4 meter . Sementara itu, kecepatan angin mencapai 27 knot atau 50 kilometer per jam.
Amirudin menambahkan, Kantor SAR Sorong telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk mencegah kecelakaan akibat cuaca ekstrem di wilayah perairan Papua Barat Daya. ”Kami telah menyampaikan masalah hilangnya seorang nelayan ke pihak Sistem Radio Pantai Sorong,” tuturnya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Sorong Suharyadi meminta masyarakat di wilayah perairan yang terdampak cuaca ekstrem untuk meningkatkan kewaspadaan. Wilayah perairan di Papua Barat Daya yang terdampak meliputi Samudera Pasifik bagian utara, perairan Sorong, perairan Raja Ampat, perairan Fakfak, dan perairan Kaimana.
Suharyadi menambahkan, kondisi cuaca dengan tinggi gelombang dan angin kencang hingga 27 knot sangat berbahaya bagi nelayan dan pelaku jasa tranportasi pelayaran tradisional. Oleh karena itu, nelayan dan pelaku jasa pelayaran tradisional diharapkan terus memantau informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), baik melalui media elektronik maupun daring.
”Kami telah berkoordinasi dengan pihak Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan Sorong untuk memperhatikan kondisi cuaca ekstrem di perairan Papua Barat Daya. Diperkirakan fenomena alam ini terjadi selama tujuh hari,” ucap Suharyadi.
Direktur Polisi Perairan Polda Papua Barat Komisaris Besar Budi Utomo menyatakan telah berkoordinasi dengan seluruh jajaran polisi perairan di sejumlah kabupaten terkait gelombang tinggi dan angin kencang di perairan Papua Barat Daya. Hal ini karena Papua Barat Daya masuk dalam wilayah hukum Polda Papua Barat.
”Kami terus mengimbau nelayan dan pelaku jasa transportasi yang menggunakan perahu motor, seperti di daerah Raja Ampat dan sejumlah kabupaten lainnya di Papua Barat Daya, untuk berhati-hati. Upaya ini demi mencegah terjadi kecelakaan di laut,” tutur Budi.
Upaya pencarian Abi belum membuahkan hasil karena kondisi cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah perairan di Papua Barat Daya beberapa hari terakhir.