60 Persen Calon Jemaah Haji Embarkasi Palembang Masuk Kategori Berisiko Tinggi
Sebanyak 8.192 calon anggota jemaah haji dari Sumsel dan Kepulauan Bangka Belitung akan diberangkatkan melalui embarkasi Palembang. Persiapan akan jauh lebih matang karena 60 persen jemaah kategori berisiko tinggi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Ratusan calon jemaah haji berkumpul di aula Asrama Haji Palembang untuk mengikuti pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik, Jumat (26/5/2023).
PALEMBANG, KOMPAS — Sebanyak 8.192 calon jemaah haji dari Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung akan diberangkatkan melalui embarkasi Palembang untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. Persiapan akan jauh lebih matang karena sekitar 60 persen jemaah masuk dalam golongan berisiko tinggi.
Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumsel Armet Dachil, Jumat (26/5/2023), di Palembang, menjelaskan, jumlah itu terdiri dari 7.012 jemaah asal Sumsel, 1.065 jemaah dari Kepulauan Bangka Belitung, dan 115 petugas. Mereka akan diberangkatkan dalam 23 kelompok terbang (kloter).
Mereka akan diberangkatkan dalam dua gelombang. Gelombang pertama mencakup kloter 1 sampai kloter 10, sedangkan gelombang kedua kloter 11 sampai kloter 23. ”Calon jemaah haji dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diberangkatkan di kloter 8, kloter 9, dan kloter 10,” ujarnya.
Adapun untuk kloter pertama telah tiba di Palembang, Jumat. Mereka berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumsel. Mereka akan langsung diberangkatkan menuju Madinah, Arab Saudi, Sabtu (27/5).
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ujar Armet, ada perbedaan jumlah calon jemaah haji dalam kloter. Pada keberangkatan haji sebelumnya, satu kloter bisa mencapai 460 anggota jemaah, sementara sekarang hanya 360 anggota jemaah. Itu karena tipe pesawat yang digunakan berbeda.
Meski begitu, terkait dengan persiapan jemaah selama di embarkasi, tetaplah sama. Mereka akan menjalani sejumlah tahapan, mulai dari pemeriksaan kesehatan, pemondokan, termasuk manasik haji, dan juga keberangkatan melalui Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.
Proses pemeriksaan kesehatan juga akan lebih ketat karena sekitar 60 persen jemaah berstatus berisiko tinggi. Mereka yang berstatus berisiko tinggi ialah jemaah yang telah berusia di atas 65 tahun atau memiliki penyakit tertentu. ”Karena itu, kami sudah menyiapkan jalur cepat khusus untuk jemaah berisiko tinggi agar mereka bisa lebih terpantau,” ucap Armet.
Emilya Rosa, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Palembang, menjelaskan, khusus untuk keberangkatan haji, pihaknya telah mengerahkan sekitar 50 petugas kesehatan. Mereka akan memeriksa kesehatan fisik dan juga dokumen kesehatan para calon jemaah haji untuk memastikan jemaah siap diberangkatkan.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Petugas sedang memeriksa koper calon jemaah haji asal Embarkasi Palembang di Asrama Haji Palembang, Jumat (26/5/2023).
Selain itu, dipastikan juga apakah mereka sudah menjalani vaksinasi meningitis dan vaksinasi Covid-19 lengkap, yakni dosis 1 dan 2. Jika dalam tujuh jam sebelum keberangkatan ada calon jemaah haji yang dinyatakan tidak sehat, mereka disarankan untuk menjalani pengobatan sampai pulih dan mengikuti kloter selanjutnya. ”Jika memang kondisi kesehatan tidak memungkinkan, disarankan untuk membatalkan keberangkatan,” ucap Emilya.
Beberapa peralatan kesehatan pun sudah diberikan untuk membekali calon jemaah haji selama menjalani ibadah di Tanah Suci. Langkah ini perlu disiapkan karena cuaca di Tanah Suci jauh berbeda dengan di Sumsel.
Karena itu, jemaah disarankan membawa pelindung, seperti topi dan payung serta membawa alas kaki kulit. Pasalnya, jika menggunakan alas kaki biasa, dikhawatirkan akan lumer karena cuaca panas di sana. Jemaah juga disarankan untuk minum satu gelas air setiap satu jam.
Jika calon jemaah haji memiliki riwayat penyakit, Emilya menyarankan untuk membawa obat-obatan. Khusus untuk calon jemaah haji berstatus berisiko tinggi juga disarankan memilih ibadah yang diwajibkan saja. Jangan terlalu memforsir karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan,” ucapnya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Palembang memeriksa kesehatan para calon jemaah haji di Asrama Haji Palembang, Sumsel, Jumat (26/5/2023).
Asrama haji
Sementara itu, Direktur PT Swarna Dwipa, selaku pengelola Asrama Haji Palembang, Rebo Iskandar Pohan menegaskan, Asrama Haji Palembang telah siap digunakan untuk kegiatan ibadah haji tahun ini. Sejumlah fasilitas telah disiapkan dan dibenahi.
Asrama Haji Embarkasi Palembang memiliki sejumlah fasilitas, seperti tujuh gedung penginapan yang terdiri atas 278 kamar dengan kapasitas setiap kamar maksimal untuk empat jemaah. ”Itu berarti kapasitas total asrama haji mencapai 1.112 orang. Jumlah ini bisa menampung sampai tiga kloter jika memang ada masalah dalam proses keberangkatan,” ucap Rebo.
Semua syarat sudah disiapkan oleh anak. Saya tinggal jalan saja.
Di Asrama Haji Palembang juga disiapkan fasilitas manasik, seperti mock up pesawat, miniatur Kabah, dan lintasan sa’i yang ukurannya sama seperti yang ada di Tanah Suci. Tersedia juga tempat melontar jumrah.
Dia menambahkan, Asrama Haji Palembang juga siap melayani jemaah berusia lanjut (lansia) yang tahun ini persentasenya cukup besar. Di antaranya dengan menempatkan mereka di lantai satu gedung penginapan dan menyediakan shuttle bus untuk membawa mereka dari aula asrama haji ke gedung penginapan.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Karto Yitno Ahmad Sadiyo (105), warga Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumsel, sedang diperiksa oleh petugas dari Embarkasi Palembang, Jumat (26/5/2023).
Karto Yitno Ahmad Sadiyo (105), calon anggotavjemaah haji tertua asal Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, mengaku senang bisa berangkat haji tahun ini. Sejumlah hal sudah disiapkan, termasuk dokumen dan obat-obatan. ”Semua syarat sudah disiapkan oleh anak. Saya tinggal jalan saja,” ujar Karto yang sehari-harinya bekerja sebagai petani padi.
Walau indra pendengarannya agak berkurang, Karto tampak sangat sehat. Dia masih bisa berdiri dan berjalan. Dia menjadi salah satu calon anggota jemaah haji berstatus berisiko tinggi yang dalam menjalani semua kegiatan harus didampingi oleh petugas.
Setelah menabung selama 10 tahun, Karto bisa melakukan pendaftaran haji pada 2017. ”Namun, baru sekarang saya bisa berangkat walau tidak ditemani istri yang sudah meninggal 32 tahun lalu,” katanya. Dia berharap dapat menjalani ibadah haji dengan baik.