Para perupa ”merekam” kehidupan di sekitar Kapuas dalam bentuk karya ”drawing”.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Sungai Kapuas di Kalimantan Barat tidak henti-hentinya menjadi rahim inspirasi. Dari sana para perupa melahirkan karyanya. Mereka ”merekam” kehidupan di sekitar Kapuas dalam bentuk drawing atau coretan gambar.
Terdapat 49 lukisan drawing dari 40 perupa Kalimantan Barat yang dihadirkan dalam Pameran Drawing Nafas Kapuas. Karya-karya perupa Kalbar tersebut ditampilkan di dinding Rumah Cagar Budaya, Kampung Bangka, tepat di tepian Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Selasa (23/5/2023). Pameran tersebut dilaksanakan hingga Minggu (28/5/2023).
Rumah Cagar Budaya yang menjadi lokasi pameran drawing karya para perupa Kalbar tersebut merupakan rumah panggung adat Melayu berusia ratusan tahun. Rumah itu direkonstruksi ulang oleh Pemerintah Kota Pontianak. Tiang-tiangnya masih asli dari kayu ulin.
Karya-karya para seniman yang dipamerkan di Rumah Cagar Budaya tersebut mengangkat Kapuas dari sisi filosofi, kemudian merangkum keseharian kehidupan di sekitar Sungai Kapuas, termasuk momen-momen kegembiraan dan legenda-legenda. Semua inspirasi bagi para seniman melahirkan karya drawing.
”Drawing itu gambar. Gambar berarti dominan ke garis. Rata-rata secara konvensional yang paling sederhana menggunakan pensil, spidol, dan krayon, tetapi dominan ke garis. Garis dikembangkan menjadi arsiran searah, silang, spiral, dan sebagainya. Kalau bicara kreativitas banyak garis yang dikemas menjadi karya yang menarik,” ujar Koordinator Perupa Kalbar sekaligus Ketua Panitia Pameran Drawing Nafas Kapuas, Puji Rahayu.
Melalui karyanya, para seniman mengangkat budaya lokal sekaligus memperkenalkannya. Salah satunya meriam karbit yang unik di tepian Kapuas. Tidak semua orang mengetahuinya. Bahkan, terdapat Festival Meriam Karbit saat malam takbiran di tepian Kapuas. Para seniman memvisualisasikannya dalam karya drawing.
Momen kegembiraan di tepian Sungai Kapuas ditampilkan Puji dalam karya drawing berjudul ”Festival Perahu Hias”. Ia menggambarkan momen kegembiraan warga dalam keramaian di festival perahu hias. Ia memberikan sentuhan ragam warna dalam karyanya untuk menggambarkan kegembiraan.
Drawing itu gambar. Gambar berarti dominan ke garis.
Rudiansyah (36), salah satu perupa yang ikut dalam pameran tersebut, menampilkan karya berjudul ”Robo-robo”. Ia mencoba menampilkan wajah Kota Pontianak tempo dulu yang masih memiliki hutan. Dalam karyanya ia juga mengambarkan berbukitan mewakili daerah hulu.
Tak lupa pula ia menampilkan legenda-legenda atau mitos yang berkembang. Dalam legenda bawasannya di sungai atau laut terdapat kekuatan tertentu yang juga disebut puake, wujudnya bisa menyerupai buaya dan ikan tapah.
Dian Purwanto (52), perupa lainnya yang menampilkan karya berjudul ”Cerite Kite”, mengangkat aktivitas keseharian di tepian Kapuas. Ia menggambarkan suasana pagi di tepian Kapuas saat warga memandikan anak.
Dalam gambar siluet, ia juga menampilkan anak-anak melompat dan mandi di sungai dan sampan. Ia juga menampilkan budaya ngopi di tepian Kapuas. Pontianak memang tidak lepas dari budaya ngopi yang bermula dari pelabuhan di tepian Kapuas, lalu menyebar ke berbagai sudut Kota Pontianak.
”Gambar seperti ini mudah dimengerti. Jelas dan lugas,” katanya.
Chandra Syahputra (32), perupa lainnya dengan judul Kapal Wisata di Tepian Kapuas, menampilkan kapal wisata di tepian Kapuas. Kapal wisata salah satu yang turut mewarnai hiruk pikuk di tepian Kapuas setiap hari.
Melalui karya-karya para seniman yang dipamerkan, diharapkan juga bisa menjadi sarana penyadaran tentang lingkungan sekaligus dan sarana edukasi. Selain pameran, panitia juga melaksanakan lokakarya bagi siswa TK, SD, SMP, dan umum. Lokakarya tersebut menjadi ruang bagi anak-anak untuk belajar drawing sejak dini. Dengan menggambar sebetulnya juga turut melatih kesabaran dan kebebasan berimajinasi.
Kemudian ada juga kegiatan Drawing on the Spot, menggambar di lokasi tepian Sungai Kapuas. Bagaimana para seniman melihat obyek dengan sudut pandang yang berbeda. Kegiatan itu juga diharapkan dapat membangun interaksi antara seniman dan masyarakat, termasuk bagian dari edukasi tentang drawing.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kota Pontianak Rizal Muthahar menuturkan, kegiatan ini juga diharapkan bisa memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas, terutama generasi muda tentang karya drawing. Di samping itu diharapkan ada regenerasi ke depannya.
Branding Kota Pontianak ada dua, yaitu Sungai Kapuas dan Monumen Tugu Khatulistiwa. Melalui karya-karya seni dari para seniman ini juga turun mengeksplor branding Kota Pontianak melalui karya seni dalam Pameran Drawing Nafas Kapuas.