Hingga kini, 9 dari 12 jenazah korban dalam pembunuhan berantai Slamet Tohari telah teridentifikasi. Yang terbaru, jenazah yang teridentifikasi adalah Kuwat Santosa, warga Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Identitas satu korban dalam kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh dukun penggandaan uang, Slamet Tohari, di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah, terungkap. Berdasarkan hasil pemeriksaan asam deoksiribonukleat atau DNA, jenazah yang teridentifikasi adalah Kuwat Santosa, warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pemeriksaan DNA terus dilakukan oleh tim Disaster Victim Identification Kepolisian Daerah Jateng untuk mengungkap identitas para korban dalam kejahatan yang dilakukan oleh Slamet. Pada Kamis (25/5/2023), Polda Jateng kembali mengumumkan hasil pemeriksaan DNA lanjutan terhadap salah satu korban.
”Pemeriksaan DNA lanjutan dilakukan terhadap empat sampel tulang korban. Dari pemeriksaan pada tulang iga diketahui bahwa korban adalah Kuwat Santosa. Yang bersangkutan merupakan ayah biologis dari Nurul Wasiatil Fadilah asal dari Yogyakarta,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jateng M Iqbal Alqudusy di Kota Semarang, Kamis (25/5/2023).
Sebelumnya, tim DVI telah mengambil sampel DNA Nurul sebagai pembanding. Ciri-ciri korban juga identik dengan data dari keluarga, misalnya korban memiliki tinggi badan 163 sentimeter dan berat badan 70 kilogram. Rambut korban berdiri, bentuk wajahnya bulat, golongan darahnya O, dan dadanya lebar.
Menurut Iqbal, informasi itu telah disampaikan kepada keluarga Kuwat. Kepolisian Resor Banjarnegara memfasilitasi penggalian kembali jenazah korban yang sebelumnya telah dikubur di makam Mr X bernomor 6B. Selanjutnya, jenazah Kuwat langsung dibawa pihak keluarga ke Sleman.
Masih ada tiga jenazah lagi yang belum diketahui identitasnya. Kami berharap identitas korban yang belum dikenali segera diketahui sehingga dapat diambil dan dimakamkan keluarganya.
Dengan teridentifikasinya jenazah Kuwat, jumlah total korban yang teridentifikasi hingga Kamis menjadi sembilan orang. Adapun jumlah total korban yang ditemukan sebanyak 12 orang.
Sebelumnya, tim DVI berhasil mengindentifikasi Paryanto dari Sukabumi (Jawa Barat), serta Irsad dan Wahyu Triningsih dari Lampung. Selain itu, Theresia dan Okta Ali Abrianto dari Magelang (Jateng), Mulyadi Pratama dari Palembang (Sumatera Selatan), serta Suheri dan Riani dari Lampung.
”Masih ada tiga jenazah lagi yang belum diketahui identitasnya. Kami berharap identitas korban yang belum dikenali segera diketahui sehingga dapat diambil dan dimakamkan keluarganya,” ucap Iqbal.
Sejak kasus tersebut terungkap, kepolisian membuka posko pengaduan di Polres Banjarnegara. Di posko tersebut, orang-orang yang kehilangan anggota keluarganya bisa melapor. Hingga kini sudah ada 22 laporan yang menginformasikan hilangnya 28 orang.
Berkas lengkap
Sementara itu, Kepala Polres Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Era Johny Kurniawan mengatakan, proses hukum terhadap Slamet dan Budi Santoso yang berperan sebagai pembantu dukun terus berjalan. Hingga Kamis, berkas perkara Budi sudah dinyatakan lengkap atau P21 dan siap dilimpahkan ke kejaksaan.
”Kemudian, berkas Slamet sudah kami koordinasikan dengan kejaksaan. Dalam waktu dekat akan segera P21 dan dilakukan tahap kedua atau penyerahan tersangka dan barang bukti dari pihak penyidik kepolisian kepada pihak kejaksaan untuk selanjutnya disidangkan di pengadilan,” ujar Johny.
Ponijo alias Sukijo, seorang warga asal Kabupaten Lampung Tengah, yang diduga terlibat dalam kasus pembunuhan berantai Slamet, juga ditangkap aparat Kepolisian Resor Pesawaran. Ponijo berperan mengenalkan dua pasangan suami-istri asal Kabupaten Pesawaran yang menjadi korban pembunuhan dukun bernama Slamet (Kompas.id, 13/4/2023).
”Ponijo ini orang yang memperkenalkan dan mengantarkan para korban ke Mbah Slamet. Dia mengaku mengenal Slamet dari seseorang di Semarang,” kata Kepala Kepolisian Resor Pesawaran Ajun Komisaris Besar Pratomo Widodo.