Saat Penumpang KA Penataran dan Dhoho Bersiap Transit di Blitar
Grafik perjalanan kereta 2023 menetapkan penumpang kereta Penataran/Dhoho mesti transit di Stasiun Blitar.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Kereta api Penataran dengan nomor lokomotif CC CC 2030202 dari Surabaya tujuan Blitar tengah berhenti di Stasiun Malang, Jawa Timur, Rabu (24/5/2023).
Arya (23) masih bergeming dari lokasinya berdiri di ujung ruang tunggu, di lantai dua Stasiun Malang, Jawa Timur, meski rangkaian kereta Penataran-Dhoho dengan nomor lokomotif CC 2030202 dari arah Surabaya telah memasuki emplasemen stasiun, Rabu (25/5/2023).
Seakan hapal situasi, penumpang tujuan Blitar itu tak ingin terburu-buru berebut naik kereta. Setelah hampir semua penumpang yang sejak awal berdiri di kiri kanan rel naik ke kereta, Arya baru turun melalui elevator dan masuk ke gerbong di sisi depan.
Dengan harga tiket Rp 12.000 per penumpang, Arya bakal menempuh waktu sekitar dua jam perjalanan dari Malang sampai ke stasiun tujuan. ”Cukup sering naik kereta ini. Selain tiketnya murah, juga lebih praktis dibanding naik bus. Naik bus lebih lama,” ucapnya.
Pagi itu merupakan hari-hari terakhir rangkaian Penataran/Dhoho bertugas mengangkut penumpang dengan sistem yang ada selama ini. Penataran/Dhoho merupakan kereta ekonomi lokal di wilayah PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional (Daop) 8 Surabaya dengan rute memutar.
Kereta ini berangkat dari Stasiun Surabaya Kota menuju Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Kertosono (Nganjuk), Jombang, Mojokerto, dan kembali ke Surabaya dengan jarak tempuh lebih dari 300 kilometer atau selama 8-9 jam perjalanan.
Penataran/Dhoho adalah kereta yang berganti nama di Blitar. Saat berangkat dari Surabaya melalui Kertosono sampai Blitar, namanya Dhoho. Sejak dari Blitar sampai Malang hingga Surabaya namanya berganti menjadi Penataran. Begitu pula sebaliknya.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Kereta api Penataran dari Surabaya tujuan Blitar tengah berhenti di Stasiun Malang, Jawa Timur, Rabu (24/5/2023). Setelah sampai Stasiun Blitar, kereta ini akan berganti nama menjadi Dhoho dan melaju menuju ke Surabaya melalui Kertosono.
Namun, mulai 1 Juni nanti, pola perjalanan Penataran/Dhoho bakal berubah. Kereta ini tidak lagi menempuh satu perjalanan memutar langsung, tetapi akan transit di Stasiun Blitar.
Terkait rencana ini, Arya mengaku sudah mendengar. Namun, dia belum tahu jadwal kereta berikutnya yang akan mengangkut penumpang dari Stasiun Blitar ke stasiun tujuan berikutnya. Menurut dia, perlu dilakukan sosialisasi lebih masif agar pelanggan kereta tahu.
”Kalau dari Malang ke Blitar tidak ada persoalan. Namun, penumpang dari Malang menuju stasiun lain mungkin sedikit bingung karena mereka harus transit dulu di Stasiun Blitar. Sebelumnya, kan, tidak perlu transit,” ucapnya.
Pihak PT Kereta Api Indonesia Daop 8 pun memberikan penjelasan terkait perubahan Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2023. Sosialisasi dilakukan di beberapa stasiun, termasuk Blitar dan Malang.
Vice Presiden Corporate Secretary PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba mejelaskan, penerapan transit dilakukan guna meningkatkan kapasitas angkut dan frekuensi perjalanan kereta. Khususnya untuk Dhoho-Penataran, pihaknya melihat okupansi penumpang tembus di atas 200 persen. ”Frekuensi kereta perlu ditambah,” katanya saat melakukan sosialisasi di Stasiun Malang.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Penumpang Kereta Api Penataran dari Surabaya turun di Stasiun Malang, Jawa Timur, Rabu (24/5/2023).
Dengan transit dan perpindahan penumpang ke kereta lain di Stasiun Blitar, waktu tempuh kereta juga bisa dipangkas 40 menit. Pada sistem yang ada selama ini, penumpang harus menunggu 1 jam (langsir di Kertosono), dan pada sistem yang baru waktunya tinggal 15-20 menit.
Selama ini ada empat kali perjalanan pulang pergi (PP) Kereta Dhoho. Begitu pula Penataran dari Surabaya menuju Blitar. Namun, dalam Gapeka 2023, frekuensi Dhoho ditambah menjadi 5 perjalanan. Sementara Penataran tetap 4 kali PP ditambah 1 perjalanan Kereta Tumapel dari Malang menuju Surabaya.
Upaya memaksimalkan penambahan frekuensi kereta melalui Kertosono dimungkinkan karena di sana sedang ada pembangunan double track (jalur ganda) di ruas Mojokerto-Sepanjang (Sidoarjo). Sementara kereta yang melalui Malang sulit dilakukan karena perlintasan masih single track (jalur tunggal).
Harapannya, pada akhir 2023, pembangunan jalur ganda selesai dan bisa digunakan. ”Dhoho akan terus dikaji apakah bisa tambah perjalanan sehinggaa pelayanan kepada masyarakat bisa meningkat,” katanya.
Seiring penyiapan infrastruktur di daerah Surabaya, menurut Anne, pihaknya juga bekerja sama dengan industri kereta api PT INKA dalam rangka menyiapkan kereta rel diesel (KRD) sebagai solusi menambah kereta lokal yang ditarik oleh lokomotif.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Cuaca terik menerpa bangunan baru di Stasiun Malang, Jawa Timur, Rabu (24/5/2023). Malang menjadi salah satu daerah di wilayah PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional 8 yang memiliki potensi penumpang cukup besar setelah Surabaya.
Dengan perubahan pola perjalanan sesuai Gapeka 2023 ini ada reaktivasi tiga stasiun, yakni Stasiun Pakisaji (Malang), Ngujang (Tulungagung), dan Purwoasri (Kediri). ”Harapannya, penumpang bisa sampai stasiun terdekat. Kami berharap pengguna bisa naik 8-10 persen,” ucap Anne lagi.
Meski harus transit, menurut Anne, penumpang tetap hanya membeli satu tiket. Harga tiket juga tidak berubah. Namun, pihaknya akan terus mengevaluasi pola ini.
Senior Manager PT KCI Daop 8 Surabaya Agus Supriatna menambahkan, Surabaya menjadi daerah kedua yang memiliki potensi penumpang tinggi setelah Jabodetabek. Jika di Jabodetabek 1,1 juta penumpang per hari, potensi di Surabaya mencapai 35.000-40.000 penumpang.
Malang sebagai kota pelajar sekaligus kota wisata juga punya potensi besar terkait angkutan massal. Pada hari biasa, volume penumpang kereta di Malang 3.000-4.000 orang. Adapun pada hari besar, seperti Idul Fitri dan libur sekolah, jumlah penumpang sebanyak 4.500-4.700 orang per hari.
”Malang jadi konsentrasi kedua setelah Surabaya. Potensi di sini lumayan tinggi. Sebagai gambaran, Stasiun Blimbing (Malang) melayani tiga kereta. Kita aktifkan semua dan kereta yang berhenti melayani penumpang, ternyata potensinya naik 300 persen,” ujarnya.
Saat berbicara mengenai peningkatan kapasitas angkutan, lanjut Agus, tidak bisa dipisahkan dari kondisi infrastruktur dan sarana yang ada.