Usaha Warga demi Jalan yang Didamba
Patriot sengaja ngebut supaya sampai ke RS di Palembang lebih cepat. Di tengah perjalanan, orangtua itu tidur. Tiba di RS, ternyata dia sudah meninggal 2 jam sebelum tiba. Kalau jalan mulus, mungkin pasien tadi selamat.
Geram dengan jalan yang terus rusak hampir puluhan tahun, warga di Pantai Timur Sumatera, Provinsi Sumsel, secara swadaya memperbaiki jalan di tempat tinggalnya. Mereka berharap bisa menikmati mulusnya jalan sehingga kesejahteraan pun meningkat.
Umardani (50), warga Tulung Seluang, Kecamatan Tulung Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, baru pulang dari kebunnya untuk menyadap karet, Selasa (23/5/2023). Dia menggunakan sepeda motor yang telah dimodifikasi untuk bisa melewati jalan desa yang berlumpur dan berlubang untuk bisa sampai ke rumahnya.
Dia tidak habis pikir, jalan yang baru mereka perbaiki sekitar tiga bulan lalu itu kembali rusak. Perbaikan merupakan hasil swadaya warga desa agar bisa menikmati jalan yang layak. ”Kami mengumpulkan uang sekitar Rp 100.000 per keluarga untuk membangun jalan walau hanya melapisinya dengan batu koral,” ungkapnya.
Namun usaha warga seakan sia-sia karena jalan kembali rusak. Jalan tersebut selalu dilewati truk bertonase berat pengangkut sejumlah komoditas.
Menurut Umardani, sejak 20 tahun terakhir, jalan di desanya tidak pernah mulus. Bahkan saking parahnya kerusakan, kendaraan terperosok hingga terbalik sudah menjadi pemandangan biasa.
Usaha warga untuk memperbaiki jalannya sendiri adalah akumulasi kegeraman karena pejabat yang datang hanya sekadar memantau tanpa ada realisasi. ”Banyak pejabat yang datang ke desa ini berjanji memperbaiki jalan. Namun, itu hanya omongan tanpa tindakan nyata,” ujar Umardani.
Baca juga: Kerusakan Jalan di Pantai Timur Sumatera Sangat Memprihatinkan
Aslan, Kepala Desa Tulung Seluang, menuturkan, usaha mengumpulkan dana untuk perbaikan jalan di desanya tidak hanya sekali dilakukan. Pada 2022, warga sudah tiga kali dilakukan patungan untuk memperbaiki jalan.
Setiap keluarga yang memiliki kendaraan roda empat diwajibkan membayar setidaknya Rp 100.000. Adapun warga yang tidak memiliki mobil tidak diwajibkan membayar iuran tersebut. ”Namun, banyak warga walau tidak memiliki mobil tetap berkontribusi,” ujarnya.
Total dana patungan itu mencapai Rp 76 juta. Uang itu kemudian digunakan untuk membeli batu koral dengan harapan jalan bisa lebih nyaman untuk dilewati. Namun karena kondisi tanah yang tidak stabil, batu koral yang ditabur untuk menutup lubang seakan tenggelam termakan lumpur.
Usaha perbaikan juga dilakukan oleh Febri Nasution, Kepala Desa Sukadamai, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten OKI, Sumsel. Dia meminta bantuan kepada perusahaan yang beroperasi di wilayahnya untuk membelikan batu koral. Tujuannya juga untuk menutupi jalan yang berlubang.
Namun, upaya itu juga tidak berlangsung lama. Hanya dalam waktu dua bulan, jalan kembali berlubang. Warga kembali berkubang lumpur ketika hujan turun. Warga sudah berkali-kali mengusulkan perbaikan kepada pemerintah tetapi tidak ada tindakan.
Baca juga: Perbaikan Tunggu Tender, Jalan Rusak di Lampung Tengah Mulai Ditimbun Batu
”Banyak pejabat yang lewat jalan ini. Tidak mungkin mereka tidak tahu kalau jalan di sini rusak parah,” ujar Febri. Kerusakan jalan di Pantai Timur Sumatera di ruas jalan Kecamatan Pampangan-Pangkalan Lampam-Tulung Selapan sepanjang 50 kilometer sangat memprihatinkan.
Sekitar 50 persen akses jalan mengalami kerusakan ringan hingga berat. Bahkan, diameter lubang ada yang mencapai 1,5 meter dengan kedalaman hingga 60 sentimeter. Kendaraan pun hanya bisa melaju 20-30 km per jam sehingga perjalanan dari Tulung Selapan-Palembang sepanjang 100 km harus ditempuh 5-6 jam.
Pani (52), seorang pengendara mobil travel rute Palembang-Tulung Selapan, menganalogikan ruas jalan yang ia lalui layaknya arena offroad. Jalan berlubang dan bergelombang sudah menjadi santapan sehari-hari.
”Bayangkan ketika masuk lubang, mobil kita hampir sejajar dengan jalan. Ketika hujan turun, kami seperti masuk dalam kolam,” ujar Pani yang sudah tiga tahun menggeluti pekerjaan ini.
Dia bahkan pernah mengantar seorang ibu yang mau melahirkan. Karena ada masalah pada kandungannya, ibu itu harus dibawa ke Palembang didampingi bidan. Tetapi sebelum sampai di Palembang, akibat jalan rusak, si ibu sudah kontraksi dan harus melahirkan di mobil. Syukurnya, ibu dan bayinya selamat.
Dirinya juga harus memodifikasi mobilnya agak lebih tinggi dengan ban yang lebih besar agar bisa mengarungi ruas jalan tersebut. Situasi itu membuat kendaraannya sering mengalami kerusakan. ”Dalam sebulan, saya harus mengeluarkan dana Rp 3 juta untuk memperbaiki mobil,” ujarnya.
Jasa "pak ogah"
Beruntung, ada pula ”pak ogah” yang menjadi penyelamat dadakan ketika banyak jalan berlubang. Bermodal hasil kutipan uang yang diberikan pengendara yang lewat, mereka terkadang menimbun lubang agar tidak membahayakan pengendara.
Melihat jasanya itu, setiap ada pak ogah, ia selalu memberikan uang walau hanya Rp 1.000 ”Di sepanjang rute ini, saya hitung setidaknya ada sepuluh pak ogah yang bersiaga di jalan ini. Saya ikhlas (memberi uang) karena memang hasil kerja mereka nyata,” ungkap Pani.
Sekretaris Forum Komunikasi Masyarakat Pantai Timur Patriot Muslim mengatakan, saat ini pihaknya sudah mengumpulkan data dari para kepala desa di wilayah Pantai Timur untuk mengajukan proposal perbaikan. ”Saya sudah meminta kepada setiap kepala desa untuk memotret jalan rusak di wilayahnya,” ungkap Patriot.
Hasil dari proposal itu akan diajukan ke DPRD dan Pemerintah Kabupaten OKI, Gubernur Sumsel, bahkan akan dilayangkan hingga ke DPR. Dirinya juga mengimbau para warga untuk masif memberitahukan kondisi jalan di wilayahnya untuk dipublikasikan di media sosial dengan harapan bisa dilihat oleh Presiden Joko Widodo.
”Saya ingin presiden mampir ke wilayah kami untuk melihat kondisi jalan yang sebenarnya. Harapannya ada perbaikan signifikan setelah presiden datang seperti di Lampung dan Sumatera Utara,” ujar Patriot.
Patriot punya pengalaman buruk atas jalan rusak itu. Ia pernah mengemudikan mobil, membawa orang tua tetangganya yang kritis ke Palembang. Karena kondisi pasien sudah kritis, Patriot sengaja ngebut supaya sampai ke RS di Palembang lebih cepat. Pasien sempat mengeluh jangan ngebut dengan napas yang tersengal. Namun, keluhan itu tidak diiraukan.
Di tengah perjalanan, orangtua itu tidur. Tiba di RS, ternyata dia sudah meninggal. Rumah sakit menyatakan pasien sudah meninggal sekitar dua jam sebelum tiba. Akhirnya Patriot pulang lagi ke Tulung Selapan membawa jenazah. ”Kalau jalan mulus, mungkin pasien tadi bisa diselamatkan,” kata Patriot.
Ratusan perusahaan
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menyatakan, pihaknya sudah menyurati Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait kondisi jalan di Pantai Timur Sumatera. Hasilnya, 12 km jalan di Pantai Timur Sumatera yang mengalami rusak berat akan diperbaiki. ”Mudah-mudahan paling lambat akhir tahun ini,” ujar Herman.
Dia berharap masyarakat memaklumi kondisi Kabupaten OKI yang merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Sumsel, yakni mencapai 19.023,47 kilometer persegi. Kabupaten pasti mengalami keterbatasan anggaran jika harus membenahi seluruh jalan di daerahnya. ”Dengan APBD hanya Rp 2,7 triliun, pasti Pemkab OKI harus memilah mana yang menjadi prioritas,” ujarnya.
Dirinya pun sudah berupaya membantu Pemkab OKI melalui program dana bantuan gubernur untuk memperbaiki infrastruktur di sana. ”Namun tentu saja tidak cukup,” katanya.
Herman berharap semua pihak juga dapat berperan, termasuk perusahaan yang beroperasi di sana. ”Ada ratusan perusahaan yang mendapat izin konsesi di OKI. Seharusnya mereka turut membantu,” ujarnya.
Ada ratusan perusahaan yang mendapat izin konsesi di OKI. Seharusnya mereka turut membantu.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang OKI Man Winardi pun mengakui keterbatasan anggaran menjadi kendala pembangunan infrastruktur di wilayahnya. Karena itu, sinergitas antara pemerintah dan perusahaan harus dimaksimalkan guna menanggulangi kerusakan jalan di Kabupaten OKI.
Ketua Asosiasi Pengusaha Seluruh Indonesia (Apindo) Sumsel Sumarjono Saragih menilai kolaborasi adalah solusi untuk memecahkan masalah ini. Pengusaha pun berupaya untuk turut membantu permasalahan daerah melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
”Namun, apakah pemerintah sudah memiliki konsep dan skema yang bisa diterima pengusaha?” ujarnya. Misalnya, dengan memberikan kebijakan yang memberikan keuntungan kepada pengusaha melalui insentif.
Banyak model insentif yang bisa diterapkan, seperti apresiasi kepada perusahaan, kemudahan perizinan, relaksasi retribusi daerah, pengurangan pajak daerah, dan pembagian pendanaan, khususnya proyek yang berada di sekitar tempat usaha. ”Semua bisa dikemas dalam skema dan model yang senada dengan visi-misi dunia bisnis masa kini,” ujar Sumarjono.
Yang tidak kalah penting adalah upaya pemerintah untuk memperkuat integritasnya. ”Perlu ada revolusi birokrasi,” tegasnya. Misalnya, jika ada proyek, pejabat berkata berkomitmen untuk menghilangkan budaya korupsi di jajarannya.
Komitmen ini tentu bisa memunculkan kepercayaan di kalangan pengusaha. ”Dengan begitu, mereka (pengusaha) pasti akan berkontribusi untuk masyarakat di sekitar tempat usahanya,” ujar Sumarjono.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumsel Yuliusman menekankan bahwa permasalahan infrastruktur yang terjadi di Sumsel adalah buah dari karut-marutnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kondisi ini diperparah dengan perilaku koruptif yang masih terjadi di jajaran pemerintahan.
”Terlalu banyak izin konsesi yang diberikan sehingga tidak ada ruang bagi warga, termasuk jalan,” ujarnya. Solusi dari permasalahan ini adalah memperkuat keberpihakan pemerintah pada kepentingan publik bukan pada golongan tertentu atau kroni-kroninya.
Dia mencontohkan banyaknya kasus yang menunjukkan bahwa perbaikan jalan tidak dilakukan secara benar karena ada dana yang harus dibagi-bagi. Kondisi ini membuat sarana infrastruktur akan terus mengalami kerusakan.
Namun jika budaya (koruptif) itu dihilangkan, setidaknya pembangunan bisa lebih optimal. ”Jika itu terjadi, pasti pembangunan berkelanjutan akan terwujud dan kerusakan infrastruktur bisa ditekan,” ujar Yuliusman.
Komitmen dari semua pihak sangat diharapkan agar warga di Pantai Timur Sumatera bisa merasakan nyamannya berkendara dan mereka bisa hidup lebih sejahtera.