Budidaya Tuna Jadi Strategi Indonesia Mengamankan Sumber Daya Perikanan
Indonesia berencana mengembangkan budidaya tuna untuk menjaga populasi tuna dan memberikan nilai tambah perikanan. Pembudidayaan tuna menjadi strategi menjaga posisi Indonesia sebagai produsen perikanan dunia.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar acara The 1st Indonesia Tuna Conference (ITC-1) dan The 7th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-7) di Kuta, Badung, Bali, mulai Rabu (24/5/2023). Konferensi dibuka Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (tengah).
BADUNG, KOMPAS — Indonesia berencana mengembangkan budidaya tuna sebagai upaya menjaga populasi tuna dan ekosistemnya di perairan Indonesia selain menerapkan langkah penangkapan ikan terukur berbasis kuota. Sebagai negara kepulauan, Indonesia berpotensi besar mengembangkan budidaya perikanan tuna.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, Indonesia sudah menetapkan kebijakan ekonomi biru dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Selain dengan memperluas area konservasi kelautan, pengelolaan berkelanjutan wilayah pesisir dan pulau kecil, serta pengelolaan sampah laut, menurut Trenggono, dalam pembukaan acara pertemuan internasional perikanan tuna di Kuta, Badung, Bali, Rabu (24/5/2023), implementasi kebijakan ekonomi biru di Indonesia juga dijalankan dengan penangkapan ikan terukur berbasis kuota serta pengembangan budidaya laut, pesisir, dan perikanan air tawar.
Dalam konferensi pers seusai acara pembukaan The 1st Indonesia Tuna Conference (ITC-1) dan The 7th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-7), Rabu (24/5/2023), Trenggono menerangkan, Indonesia memiliki kaya sumber daya kelautan, termasuk perikanan.
Adapun dari pemaparan Trenggono dalam pembukaan ITC-1 dan ICTBF-7 disebutkan, wilayah perairan Indonesia termasuk lokasi penangkapan tuna, baik tuna sirip biru (bluefin tuna) maupun tuna sirip kuning (yellowfin tuna), dan cakalang (skipjack tuna).
Produksi tuna dan cakalang di Indonesia diperkirakan mencapai 791.000 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp 22 triliun. Produksi tuna dan cakalang dari Indonesia berkontribusi sekitar 15 persen dari total produksi tuna secara global.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar acara The 1st Indonesia Tuna Conference (ITC-1) dan The 7th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-7) di Kuta, Badung, Bali, mulai Rabu (24/5/2023). Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan pidatonya sebelum membuka acara konferensi dan forum bisnis itu.
Akan tetapi, penangkapan ikan secara masif, termasuk perburuan tuna secara besar-besaran, menurut Trenggono, mengancam populasi tuna dan kelestarian ekosistem kelautan. Trenggono menyatakan sudah bertemu ahli budidaya tuna dari Turki terkait rencana pembangunan budidaya tuna di Indonesia.
Budidaya tuna sudah dijalankan di Australia. Untuk itu, Trenggono mengaku akan berkunjung ke Australia untuk melihat pembudidayaan tuna di Australia.
”Juga tidak ada lagi penangkapan baby tuna secara masif,” katanya.
ITC-1 merupakan pengembangan dari Bali Tuna Conference (BTC), konferensi yang pernah dilangsungkan di Bali pada 2014, 2016, dan 2018. Konferensi diselenggarakan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Adapun ICTBF merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak 2016. ICTBF adalah forum pertemuan para pengusaha dan pemangku kepentingan utama terkait usaha perikanan tuna dari dalam dan luar negeri.
Forum ITC dan ICBTF 2023 mengangkat topik perihal inisiatif pengelolaan perikanan tuna melalui strategi budidaya (harvest strategies) dan kebijakan ekonomi biru dengan tujuan memastikan perikanan tuna berkelanjutan.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar acara The 1st Indonesia Tuna Conference (ITC-1) dan The 7th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-7) di Kuta, Badung, Bali, mulai Rabu (24/5/2023). Konferensi dibuka Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (ketiga, kiri) dan turut dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster (sebelah kanan).
Ditemui terpisah serangkaian acara ITC-1 dan ICTBF-7 di Kuta, Rabu (24/5/2023), Ketua International Pole and Line Foundation (IPNLF) Rahim Hoosen menilai strategi dan kebijakan Indonesia dalam mengelola sumber daya kelautan sudah bagus. IPNLF mendukung dan bekerja sama dengan Indonesia dan negara-negara lain dalam pengelolaan sumber daya perikanan secara berkelanjutan.
”Menurut saya, kebijakan Indonesia dalam memanajemen sumber daya perikanannya merupakan hal penting. Saya pikir tidak akan mudah, tetapi tidak mustahil untuk dilaksanakan,” kata Rahim di Kuta, Rabu.
Juga tidak ada lagi penangkapan baby tuna secara masif (Trenggono).
Ketua Program Peningkatan Perikanan Tuna dan Ikan Pelagis Besar Samudra Hindia dan Pasifik (Fisheries Improvement Program Tuna and Large Pelagic Indian Ocean and Pacific) yang juga Ketua I Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Dwi Agus Siswa Putra mengatakan, langkah dan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mengontrol dan mengawasi penangkapan ikan di perairan Indonesia semakin meningkatkan posisi tawar Indonesia di khalayak internasional.
Hal itu dikatakan Dwi ketika ditemui di Kuta, Rabu (24/5/2023), serangkaian acara ITC-1 dan ICTBF-7.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar acara The 1st Indonesia Tuna Conference (ITC-1) dan The 7th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-7) di Kuta, Badung, Bali, mulai Rabu (24/5/2023). Gubernur Bali Wayan Koster memberikan kata sambutan dalam pembukaan konferensi.
Sementara itu, ketika memberikan kata sambutannya di pembukaan acara ITC-1 dan ICTBF-7 di Kuta, Rabu (24/5/2023), Gubernur Bali Wayan Koster mengapresiasi Kementerian Kelautan dan Perikanan atas penyelenggaraan konferensi dan forum bisnis perikanan tuna di Bali.
Potensi
Koster menyebutkan, meski luas wilayah Bali tergolong kecil, potensi Bali di sektor perikanan dan kelautan juga strategis dan penting, terutama dalam perikanan tuna. Koster menyatakan kontribusi Bali terhadap perikanan nasional cukup besar, di antaranya melalui perikanan tangkap dengan jenis tuna, tongkol, dan cakalang.
Koster menyebutkan, Bali juga strategis dari sisi pengolahan produk perikanan dan ekspor produk perikanan. Produksi tuna dan tongkol di Bali disebutkan mencapai 51.000 ton lebih dengan volume ekspor perikanan Bali sebanyak 26.000 ton pada 2022.
Kapal penangkap ikan, yang saat ini berpusat di Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar, 762 unit dan jumlah usaha pengolahan ikan 75 usaha. ”Sebagian besar (produk perikanan) berorientasi ekspor,” kata Koster.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar acara The 1st Indonesia Tuna Conference (ITC-1) dan The 7th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-7) di Kuta, Badung, Bali, mulai Rabu (24/5/2023). Gubernur Bali Wayan Koster (kedua, kiri) memberikan keterangan bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (kedua, kanan) dalam konferensi pers seusai acara pembukaan.
Dalam konferensi pers bersama Menteri Trenggono dan Ketua IPNLF Rahim Hoosen seusai acara pembukaan, Koster menyatakan dirinya menyambut baik dan mendukung rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memindahkan pelabuhan perikanan dari kawasan Pelabuhan Benoa di Kota Denpasar ke kawasan Pelabuhan Pengambengan di Kabupaten Jembrana.
Hal itu didasari kebutuhan pengembangan sektor perikanan dan sektor pariwisata di Bali. ”Pelabuhan Benoa sedang dikembangkan menjadi pelabuhan pendukung pariwisata, yang terintegrasi dengan Bandara I Gusti Ngurah Rai, sehingga Pelabuhan Benoa perlu dijaga kebersihan dan kenyamanannya,” ujar Koster.
Terkait hal itu, Trenggono menyatakan kawasan Pelabuhan Pengambengan akan dikembangkan menjadi pelabuhan perikanan untuk menggantikan pelabuhan perikanan di kawasan Pelabuhan Benoa. Pembangunan pelabuhan perikanan di Pengambengan disiapkan sebagai tempat pendaratan kapal perikanan.
Disebutkan, rencana pengembangan Pelabuhan Pengambengan di Jembrana diharapkan dapat direalisasikan tahun 2023 ini.
Menurut Trenggono, lokasi pelabuhan di Pengambengan strategis untuk pengembangan ekspor produk perikanan nasional.