Tambah Fakultas Kedokteran, Muhammadiyah Berkomitmen Bantu Atasi Kekurangan Dokter
Muhammadiyah menargetkan penambahan jumlah fakultas kedokteran umum dan kedokteran gigi menjadi 25 fakultas pada tahun mendatang, salah satunya di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Muhammadiyah menargetkan penambahan jumlah fakultas kedokteran umum dan kedokteran gigi menjadi 25 fakultas pada tahun mendatang, salah satunya di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hal itu menjadi bagian dari komitmen organisasi untuk membantu mengatasi kekurangan dokter di Indonesia.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, saat ini sudah berhasil dibuka 12 fakultas kedokteran umum dan kedokteran gigi. Menurut dia, sudah banyak perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yang mengajukan permohonan untuk membuka fakultas kedokteran.
Namun, keinginan tersebut harus disesuaikan dengan regulasi pemerintah pusat terkait pendidikan di bidang kedokteran. Salah satunya di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang telah menyiapkan sumber daya manusia serta sarana dan prasarananya, tinggal izin operasionalisasinya.
”Target kita justru ingin pemerintah membuka kebijakan-kebijakan yang bersifat progresif agar kekurangan dokter bisa kita pecahkan. Tetapi, hal itu memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, seperti Kemenkes, Kemendikbudristek, dan lembaga-lembaga yang terkait dengan kedokteran dengan pihak swasta sehingga kita punya konsensus-konsensus baru untuk memajukan dunia kedokteran,” ujar Haedar Nashir, Minggu (21/5/2023), di Sidoarjo.
Haedar Nashir berada di Sidoarjo untuk meresmikan Gedung Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Kehadiran gedung tersebut menggambarkan kemajuan Umsida untuk membuka fakultas baru, yakni kedokteran.
Umsida, ujar Haedar, juga berencana membuka fakultas kedokteran umum (FK) saat perguruan tinggi ini telah memiliki akreditasi A. Hal itu tidak sulit karena sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarananya sudah lengkap. Umsida juga punya jaringan luas karena berada dalam satu payung besar Perguruan Tinggi (PT) Muhammadiyah dan Aisyiyah yang berjumlah 173 di Indonesia.
”Hal yang ingin kami sampaikan dari pembangunan ini, Umsida dengan seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah punya tiga komitmen besar dalam membangun bangsa,” kata Haedar. Komitmen tersebut, antara lain, membangun SDM kedokteran di Indonesia karena jumlah dokter gigi, dokter umum, dan dokter spesialis di Tanah Air masih kurang. Oleh karena itulah, Muhammadiyah membuka FKG dan FK sebagai sumbangsih untuk negara.
Ini komitmen kami untuk memperluas jaringan pembangunan guna mengatasi kesenjangan dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya. (Haedar Nashir)
Saat bersamaan, ujar Haedar, pembangunan itu meringankan beban negara yang harus menutup ketimpangan rasio jumlah penduduk dengan jumlah SDM kedokteran. Muhammadiyah melalui perguruan tinggi yang dikelola juga berkomitmen untuk terus berupaya membantu pemerataan pembangunan nasional. Salah satunya dengan mengerahkan perguruan tinggi, terutama yang ada di Jawa dan di kota-kota besar untuk berkontribusi mengembangkan daerah-daerah perdesaan, terpencil, dan terluar. Dengan kata lain, pihaknya berupaya membangun dari pinggiran lewat perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah.
”Ini komitmen kami untuk memperluas jaringan pembangunan guna mengatasi kesenjangan dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya,” ucap Haedar.
Haedar menambahkan, organisasi Muhammadiyah terus akan berusaha mencerdaskan bangsa guna mengatasi ketertinggalan di bidang pembangunan manusia dan meningkatkan daya saing dengan negara-negara di dunia. Persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini tidak untuk dikeluhkan, tetapi harus disikapi dengan terus membangun dan meningkatkan peran perguruan tinggi, pendidikan dasar, serta pendidikan menengah agar Indonesia bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Rektor Umsida Hidayatulloh mengatakan, persiapan FKG Umsida telah dilakukan sejak Februari lalu dan saat ini hampir semua telah siap, seperti gedung perkantoran, gedung perkuliahan, dan laboratorium. Pengajar atau dosen juga sudah siap, bahkan proposal dan naskah akademik sudah diserahkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan masuk dalam sistem siaga Kemendikbud.
”Mohon restunya, besok akan menjalani evaluasi dari KKI untuk FKG Umsida ini. Mudah-mudahan lancar dan setelah itu bulan Juli akan divisitasi dari tim lengkap yang ditugaskan oleh Kemendikbudristekdikti,” ujar Hidayatullah yang menargetkan FKG Umsida bisa beroperasi tahun ini.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Sukadiono mengatakan, FKG Umsida sudah memiliki gedung dan menunggu proses perizinan. Dia meminta Umsida tetap bersemangat karena menurut dia, proses perizinan bergantung pada persyaratan yang dipenuhi sekaligus upaya membangun jejaring di berbagai instansi terkait, seperti Kemendikbudristek, Kemenkes, dan KKI.
”Membangun FKG tidak cukup satu rekomendasi. Sewaktu Universitas Muhammadiyah Surabaya mendirikan fakultas kedokteran, ada 21 asessor yang visitasi,” kata Sukadiono.