Beberapa Kebiasaan Makan yang Tidak Bagus untuk Kesehatan
Beberapa kebiasaan kita selama ini, tanpa sadar, sebenarnya berbahaya bagi kesehatan. Pengetahuan tentang risiko kesehatan tersebut dinilai menjadi salah satu cara menghindarkan kita dari gangguan kesehatan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Menu klasik dan andalan di warung makan indomie (warmindo), seperti dipesan di Warmindo dan Giras Bersatu Kopi Cangkir 99 di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/8/2022).
Beberapa kebiasaan kita selama ini, tanpa sadar, sebenarnya berbahaya bagi kesehatan. Pengetahuan tentang risiko kesehatan tersebut dinilai menjadi salah satu cara menghindarkan kita dari gangguan kesehatan.
Kebiasaan sederhana dan banyak dilakukan orang, tetapi ternyata berbahaya bagi kesehatan, misalnya makan mi instan dengan nasi. Dosen Ilmu Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Devi Dwi Siskawardani, menyebut, makan mi instan dengan nasi akan menyebabkan akumulasi karbohidrat dan gula dalam satu waktu. Dan jika dilakukan terus-menerus, hal itu tentu berbahaya bagi tubuh.
”Banyak orang Indonesia mengonsumsi mi dicampur dengan nasi. Padahal, cara itu membahayakan kesehatan karena bahan baku mi instan tinggi akan karbohidrat dan gula. Mengonsumsinya terlalu banyak akan meningkatkan risiko beberapa penyakit, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, sakit kepala, gangguan hati, bahkan obesitas,” kata Devi, Jumat (19/5/2023), di Malang.
Pengunjung berfoto dengan latar belakang dinding mi instan” di gerai ritel KKV Indonesia di mal Central Park, Jakarta Barat, Kamis (14/1/2021).
Bumbu mi instan pun, menurut Devi, tidak perlu dituang keseluruhan karena mengandung monosodium glutamat (MSG) tinggi. Konsumsi MSG secara berlebihan akan memicu beberapa jenis penyakit pada tubuh. Oleh karena itu, Devi menyarankan untuk menggunakan sedikit bumbu dan lebih memilih menambahkan bumbu-bumbu alami.
”Misalnya dengan menambah bawang, sayuran, serta daging. Ini malah bisa memenuhi kebutuhan gizi tubuh,” katanya.
Dan terpenting, menurut Devi, air rebusan pertama mi instan diharapkan tidak dikonsumsi dan dibuang. ”Tentu ada alasan kenapa saya mengimbau hal ini, yaitu agar kandungan bahan kimia pada mi instan tidak masuk ke dalam tubuh, tapi dibuang. Intensitas konsumsi mi juga tidak boleh terlalu sering. Maksimal dua kali dalam seminggu,” tambahnya.
Nasi jeruk dengan lauk perkedel jagung, tumis pare kecombrang, ayam kecombrang, dan sambal matah.
Kebiasaan lain yang bisa dihindari adalah membiarkan nasi berada cukup lama di alat penanak nasi (rice cooker/magic com).
”Nasi akan menjadi cukup berbahaya apabila didiamkan terlalu lama dalam magic com dan dihangatkan berkali-kali. Hal itu karena proses gelatinisasi dapat terjadi. Ini membuat perubahan nilai indeks glikemik pada nasi,” tutur dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, Ns Henny Dwi Susanti.
”Makanan yang mengandung indeks glikemik tinggi dapat memicu penyakit seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan kanker,” lanjut Henny.
Ia menyebut, tidak ada batasan maksimum untuk mendiamkan nasi dalam rice cooker. Namun, lebih baik nasi segera dikonsumsi dengan catatan nasi ditunggu sampai dingin terlebih dahulu. Nasi yang dingin mengandung kadar gula lebih rendah dibandingkan nasi yang masih panas.
Nasi akan menjadi cukup berbahaya apabila didiamkan terlalu lama dalam magic com dan dihangatkan berkali-kali.
Menurut dia, selain memiliki nilai indeks glikemik yang cukup tinggi, nasi juga mengandung lebih kurang 90 persen karbohidrat, 8 persen protein, dan 2 persen lemak. Namun, nasi termasuk salah satu makanan yang rendah serat dan memiliki kandungan asam omega 6.
”Karbohidrat dalam nasi terdiri dari pati dan gula. Dua unsur itu yang menjadi salah satu alasan penderita diabetes disarankan untuk menghindari nasi putih,” katanya.
Berbagai hidangan tempe yang disajikan dalam acara Tempe Festival 2019 di rumah budaya Roemboer, Tangerang, Banten, Minggu (16/11/2019).
Sekretaris Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Titis Sari Kusuma bahkan menyebutkan banyak kebiasaan masyarakat yang tanpa disadari berbahaya. Ayam dan tempe goreng, misalnya, tidak boleh disimpan lebih dari dua jam.
”Lama saji makanan berprotein tidak boleh lebih dari dua jam, misalnya. Karena untuk bahan makanan tinggi protein, dia lebih pendek masa penyajiannya. Karena protein disukai bakteri patogen, yaitu bakteri yang bisa menyebabkan gangguan penyakit, misal bakteri E coli, Salmonella, Stapilococcus. Ini kadang orang tidak paham,” papar Titis.
Ia menambahkan, makanan saat masih panas pun tidak boleh ditutup atau dibungkus. Jika hal itu dilakukan, bakteri bisa berkembang pada makanan tersebut.
Edukasi terkait keamanan pangan ini memang harus terus dilakukan agar kita terhindar dari gangguan kesehatan.