Fenomena El Nino, Menteri Perdagangan Ingatkan Potensi Kenaikan Harga Pangan
Fenomena El Nino diduga berdampak pada penurunan produksi pangan. Masyarakat Lampung diminta bersiap menghadapi kenaikan harga bahan makanan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memperingatkan potensi kenaikan harga pangan akibat fenomena El Nino. Kemunculannya akan meningkatkan risiko kekeringan yang bakal memicu penurunan produksi pangan, khususnya di Asia.
”Kita harus bersiap-siap. Mungkin harga pangan akan mulai meningkat, siap-siap jangan kaget. Produksi menurun, maka harga akan meningkat,” kata Zulkifli di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung, Kamis (18/5/2023).
Menurut dia, El Nino menyebabkan lonjakan suhu global dan bisa meningkatkan risiko kekeringan. Efeknya juga telah membuat suhu di wilayah Asia, khususnya di India dan China, meningkat. Hal itu berdampak pada penurunan produksi berbagai komoditas pangan.
”Produksi gula menurun, tentu harganya akan meningkat. Harga bawang putih sekarang di Tiongkok sudah naik hampir dua kali lipat,” katanya.
Akan tetapi, Zulkifli menyebut, pasokan bahan pokok saat kini dalam kondisi aman. Masyarakat, kata dia, tidak perlu panik.
Ia mengingatkan, agar masyarakat menggunakan bahan pangan secukupnya. Ke depan, pemerintah juga bakal menyiapkan antisipasi jika terjadi gejolak harga pangan di pasaran.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, stok sejumlah komoditas pangan strategis surplus pada 2023. Ketersediaan beras, misalnya, diperkirakan 36,6 juta ton. Sementara kebutuhannya sebesar 30,8 juta ton.
Kebutuhan telur juga serupa. Ketersediaannya 6,1 juta ton dan kebutuhannya 5,8 juta ton. Stok bawang putih 766.600 ton dan kebutuhannya 669.100 ton. Sementara gula, konsumsinya 4,8 juta ton dan kebutuhannya 3,4 juta ton.
Khusus telur, peningkatan suhu panas turut berdampak pada penurunan produksi telur di Lampung. Kondisi itu membuat harga telur di pasaran bertahan tinggi.
Saat ini, harga jual telur di tingkat peternak Rp 27.000-Rp 28.000 per kilogram. Sementara harga jual telur di tingkat pengecer Rp 30.000-Rp 32.000 per kg.
Ketua Asosiasi Pinsar Petelur Nasional Wilayah Lampung (PPN Lampung) Jenny Soelistiani menuturkan, cuaca panas membuat ayam rentan sakit. Akibatnya, produksi telur rawan menurun.
”Ada gangguan produksi karena iklim yang tidak baik. Ayamnya kepanasan dan sakit jadi produksinya turun,” kata Jenny.
Cuaca panas juga membuat produksi jagung menurun. Hal itu rawan memicu kenaikan harga pakan ternak.
Ia menyebut, kenaikan harga pakan ayam sudah terjadi tiga kali, kenaikannya Rp 400-Rp 700 per kg. Hal itu membuat modal yang harus dikeluarkan peternak juga meningkat.
Ia menambahkan, faktor lain yang memicu kenaikan harga telur di Lampung adalah peternak sengaja mengafkirkan ayam di tengah kenaikan harga pakan.
Hal itu juga dilakukan karena biasanya tren harga telur setelah Lebaran cenderung menurun. Namun, banyaknya permintaan membuat harga telur masih bertahan tinggi hingga saat ini.
Menurut Jenny, sejauh ini, pasokan telur di Lampung surplus. Produksi telur mencapai 300 ton per hari.
Dari jumlah itu, sekitar 70 ton dikirim ke Jabodetabek. Sementara sekitar 230 ton lainnya untuk memenuhi kebutuhan pangan di Lampung.
Gunawan (45), peternak telur asal Tulang Bawang, menuturkan, selisih harga telur yang cukup tinggi di Lampung dan Jabodetabek mendorong sebagian peternak memilih menjual telur ke Jawa. Saat ini, harga jual telur di tingkat peternak di Lampung berkisar Rp 27.000-Rp 28.000 per kg. Sementara harga jual telur di Jabodetabek bisa mencapai Rp 31.000 per kg.
Sebelumnya, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam laporan ”Keadaan Iklim Global” yang dikeluarkan pada 3 Mei 2023 menyampaikan meningkatnya peluang El Nino. Menurut WMO, fenomena La Nina yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir dipastikan telah berakhir.
El Nino adalah pola iklim alami yang terkait dengan pemanasan suhu permukaan laut di tengah dan timur Samudra Pasifik di sekitar zona khatulistiwa. Menguatnya peluang El Nino ini terpantau dari peningkatan suhu permukaan laut yang signifikan di pasifik khatulistiwa.
Fenomena El Nino dengan peluang 60 persen diprediksi akan terjadi Mei-Juli 2023 dan 80 persen pada September 2023. Fenomena ini terjadi rata-rata setiap 2-7 tahun dan episodenya berlangsung 9-12 bulan.