Risiko Karhutla Rawan Meningkat di Enam Provinsi, Mitigasi Dini Jadi Prioritas
Enam provinsi menjadi prioritas penanganan kebakaran hutan dan lahan. Upaya mitigasi diperketat, terutama di kawasan ”abu-abu”. Armada pun diperkuat mengingat kemarau tahun ini diprediksi akan lebih panas.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Potensi kebakaran hutan dan lahan semakin tinggi terjadi di enam provinsi tahun ini. Musim kemarau tahun ini diprakirakan bakal lebih panas daripada sebelumnya. Persiapan lebih awal dilakukan untuk meminimalkan dampak kebakaran.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), enam daerah rawan itu adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Teknologi modifikasi cuaca (TMC) disebut sudah dilakukan di beberapa wilayah.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayor Jenderal Fajar Setyawan mengatakan, belajar dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2015 dan 2019, pemerintah menyiapkan langkah pencegahan lebih dini. Apalagi, kerawanan kebakaran lebih tinggi tahun ini. Selain personel, infrastruktur juga disiapkan.
”El Nino diprediksi menguat tahun ini. Akibatnya, kemarau akan lebih panas dibandingkan dengan tahun lalu,” kata Fajar di Apel Karhutla Kegiatan Penguatan Kapasitas Kawasan untuk Pencegahan Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2023 di Palembang, Sumsel, Rabu (17/5/2023). Apel tersebut dihadiri ratusan personel dari TNI-Polri, Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, dan sejumlah pihak terkait.
Fajar mengatakan, sejauh ini, BNPB telah menyiapkan 50 helikopter patroli dan bom air. Jumlahnya lebih banyak daripada rencana semula, 38 unit. Helikopter akan membantu satuan tugas di daerah rawan, mengawasi sekaligus memadamkan kebakaran. ”Penyaluran helikopter akan melihat eskalasi bencana di daerah tersebut,” ujarnya.
Di Sumsel, misalnya, BNPB memberikan bantuan satu helikopter patroli dan dua helikopter bom air. Jika nanti terjadi peningkatan risiko karhutla, jumlah helikopter akan ditambah. ”Sumsel mengusulkan bantuan helikopter bom air hingga delapan unit,” ucap Fajar.
Selain itu, BNPB juga telah menyediakan dana siap pakai untuk mendukung operasi lapangan. Nantinya semua instansi akan berkolaborasi untuk menanggulangi karhutla bersama Manggala Agni.
Penerapan TMC pun telah dilakukan untuk membasahi kawasan rawan terbakar, terutama lahan gambut. ”Selagi masih ada awan hujan, TMC bisa dimanfaatkan untuk mengisi embung sebagai persiapan jika nanti musim kering melanda,” ucap Fajar.
Akan tetapi, Fajar mengingatkan, kinerja semua infrastruktur itu harus dibarengi dengan kesadaran warga dan perusahaan untuk tidak membakar lahan. Dia menyebut, 99 persen penyebab karhutla adalah ulah manusia, salah satunya membakar lahan sembarangan. ”Kami akan terus memantau kawasan perbatasan tidak terkelola warga dan perusahaan atau abu-abu yang kerap menjadi awal mula kebakaran,” katanya.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Kristianto menuturkan, risiko kebakaran lahan di Sumsel lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Periode Januari-April 2023, kebakaran terjadi pada lahan seluas 900 hektar di Sumsel. Kebakaran terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Muara Enim, dan Kabupaten Musi Banyuasin. Kawasan itu berada di bekas konsesi perusahaan yang tidak terkelola dan beberapa kawasan lain yang sifatnya sporadis.
Tidak hanya kebakaran di Sumsel, kebakaran juga sudah terjadi di provinsi lain pada tahun ini. Hingga April 2023, kebakaran lahan terjadi di Riau dan Jambi. Karena itu, upaya TMC terus dilakukan. Untuk di Riau, TMC sudah diterapkan di beberapa daerah, seperti Kabupaten Pelalawan, Bengkalis, Dumai, dan Kabupaten Rokan Hilir.
Sementara untuk di kawasan Jambi, TMC juga telah diterapkan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Kabupaten Muaro Jambi. Adapun untuk di Sumsel, TMC juga telah diterapkan di Musi Banyuasin dan Banyuasin.
Nantinya, TMC akan dilanjutkan ke wilayah Muara Enim dan Ogan Komering Ilir. Namun, hal itu ditunda sementara karena pesawat yang digunakan untuk TMC masih diarahkan ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Gubernur Sumsel Herman Deru berharap semua daerah rawan karhutla siaga. Jangan sampai kebakaran menganggu aktivitas masyarakat. Apalagi, tahun ini intensitas kebakaran berpotensi meningkat karena sudah terdata sekitar 550 titik panas.
Herman berharap pengawasan sudah dilakukan sejak masih titik panas. Semua pihak harus mengecek sesegera mungkin di lapangan apakah titik panas itu merupakan titik api atau bukan.
Sejauh ini, dia juga mengapresiasi semua instansi yang sudah melakukan langkah mitigasi. Beberapa di antaranya pembangunan sekat kanal serta sumur bor dan patroli di daerah rawan.